Ceroboh

Bram semakin murka, ketika mendengar dari bibir salah seorang pengawalnya tidak dapat menemukan Nanda ...

"Apa! Kalian tidak bisa menemukan dimana keberadaan istriku? Keparat ... Mencari satu wanita hamil saja tidak bisa!"

PLAK ...!

Wajah Bram mengeras berang. Sehingga membuat semua para pengawal tak mampu untuk berkata-kata.

"Ma-ma-maaf Pak. Sama sekali kami tidak menemukan keberadaan Bu Nanda, juga Tanser. Kami kehilangan mereka berdua. Dan saat ini, kami tengah melacak keberadaan Amet. Kami sudah meminta pihak telekomunikasi untuk menyadap nomor telepon mereka. Saya rasa, jika nomor telepon mereka aktif kembali, kita akan menemukan keberadaan mereka!" jelasnya.

Bram hanya tertawa kecil, mendengar penjelasan pengawalnya. Dia merapikan pakaiannya, melirik kearah Susi yang sudah terbaring lemah, kemudian berkata ...

"Kau bereskan wanita itu! Kalau bisa, jual dia. Jadikan wanita panggilan, karena aku tidak menyukai tubuhnya!"

"Baik Pak!"

Bram berlalu, meninggalkan basecamp menuju kediaman Mira, hanya untuk sekedar memastikan bahwa istri keduanya tersebut baik-baik saja ...

Wajahnya semakin tampak frustasi, Bram tidak menyangka bahwa Nanda berani meninggalkan kediaman mewah mereka. Perasaan yang ia miliki walau bukan cinta, tapi dia sangat menyayangi wanita cantik berdarah Manado itu.

"Aagh Nanda. Dimana kamu berada! Kamu tahu, aku sangat menyayangi mu, bahkan kamu sedang hamil anak perempuan ku! Katakan pada ku dimana kamu, sayang ..." sesalnya memukul-mukul stir kemudi.

Kali ini Bram sangat-sangat gundah. Perasaannya hanya untuk Nanda, sehingga mengalihkan semua perhatiannya karena kehilangan wanita cantik itu.

"Jika aku menemukan mu! Aku akan mengikat mu, bahkan mengurung mu di dalam kamar sampai kamu melahirkan, sayang!"

Setibanya dikediaman Mira, Bram hanya mendengus dingin menatap nanar kearah wanita yang hanya menginginkan uangnya saja ...

"Mas," sapanya mendekati Bram, untuk sekedar mencium punggung tangan suami sirihnya tersebut.

Bram hanya menggelengkan kepalanya, meremas kuat rambut Mira karena perasaan kesal, "Kenapa kamu harus menghubungi Mama hmm?"

Mira meringis kesakitan, "Mas lepas! Sakit!" pekiknya, berusaha meraih tangan Bram yang sudah mendongakkan kepalanya.

Bram mendecih, "Aku pikir kau orang baik, dan lembut. Ternyata kau sama seperti jallang di luar sana. Tidak ada yang bisa menggantikan Nanda, karena dia memiliki jiwa yang baik untuk Kevin dan Celo!" geramnya, menghayunkan tangannya, sehingga kepala Mira terlepas dari genggamannya.

Mira menangis karena kebodohannya. Dia terlalu percaya pada Bram, bahwa laki-laki itu mencintainya.

"A-a-a-aku hanya ingin memastikan, bahwa kamu ada di Surabaya. Bukan maksud apa-apa, Mas," tangisnya.

"Diam kau! Sudah ku katakan, jangan banyak tuntutan, apalagi kedua orangtuaku tidak menyukai mu! Kau tahu kenapa? Karena mereka mengetahui masa lalu mu! Aku salah telah menikahi mu! Karena hanya Nanda yang selama ini sangat baik dan tubuhnya tidak pernah di nikmati orang lain!" geramnya bergumam dalam hati, "Selain Amet mantan brengseknya ..."

Air mata Mira mengalir semakin deras membasahi wajahnya, karena selalu mendapatkan hinaan jika mereka berdua bertemu.

"Mas, aku lagi hamil. Hamil anak kita, jangan pernah hina aku seperti ini!"

Bram hanya tertawa terbahak-bahak, mendengar celotehan istri keduanya itu. Dia menggeleng, bahkan mengasihani wajah Mira yang semakin tersudut di pintu masuk ruang tamu.

"Aku kesini hanya mau mengantarkan uang ini, sesuai permintaan mu! Ini sebagai pegangan kamu hingga melahirkan, dan setelah anak mu lahir, tinggalkan kota ini, karena aku tidak ingin hidup bersama mu. Aku tengah menunggu kelahiran anak ketiga ku, yang ada dalam kandungan Nanda. Jadi lebih baik kau pergi! Aku akan memberikan nafkah setiap bulan padamu, hingga anak itu berusia 17 tahun. Jadi semua keputusan sudah aku beritahukan sedari detik ini! Kau mengerti!" hardiknya.

Mira mengangguk patuh, dia tidak menyangka akan dicampakkan seperti sampah oleh pria yang selalu menyanjungnya selama ini ...

"Mas, anak ku cowok! Bagaimana jika nanti dia bertemu dengan anak mu, Mas. Kita tidak tahu, apa rencana Tuhan selanjutnya!" isaknya meremas kuat tangan sendiri.

Bram mengusap lembut wajahnya sendiri, "Aku yang memberi mu makan, aku yang memberi mu nafkah, kamu bisa mengirim semua informasi tentang perkembangan anak ini, Mira. Lagian waktu masih panjang, kau bisa pergi ke Jerman, Prancis, atau bahkan ke kampung mu! Karena aku tidak ingin kau mengganggu kesehatan kedua orangtuaku. Sejak awal ku katakan padamu, jangan pernah mengganggu keluarga. Karena kau hanya istri kedua, istri yang hanya di jadikan tempat pelampiasan sesaat saja! Aku permisi, setelah kau melahirkan, silahkan beri kunci rumah kepada pengawal ku!"

Seperti petir di siang bolong, yang langsung menghantam relung hati seorang wanita seperti Mira. Sesadisnya Bram terhadap Nanda, tapi ia tidak pernah memberi ruang kepada wanita itu untuk meninggalkan kediamannya, tanpa pengawalan.

Sangat berbeda dengan Mira, Bram justru membiarkan wanita itu, pergi hanya dalam pengawalan dari para penjaga rumah, tanpa mau bertanya ...

Bram berlalu meninggalkan kediaman Mira, untuk pergi kembali kekediaman mewahnya bersama Nanda. Sepanjang perjalanan, mata pria itu hanya terfokus pada layar handphone canggihnya, untuk melacak keberadaan Nanda yang ...

"Kau tidak bisa pergi dari ku, wanita bodoh. Karena aku telah menemukan keberadaan mu ..." senyumnya mengembang lebar, ketika dapat menemukan keberadaan titik lokasi istrinya saat ini.

.

Di tempat yang berbeda, Nanda justru tengah menikmati keindahan alam yang sangat menenangkan, dan menyejukkan. Jauh dari keramaian kota, karena hanya di temani beberapa pekerja yang sangat baik juga ramah pada nya.

"Mba ini siapanya Pak Parlin? Kok kami baru melihat ya?" tanya seorang pekerja saat mengumpulkan semua teh dalam keranjang untuk di kemas.

Mendengar pertanyaan salah seorang pekerja, membuat Nanda menunduk malu karena ia tidak dapat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Hmm jangan tanya-tanya. Nanti Bapak melihat kalian dari CCTV," godanya.

Para wanita paruh baya itu tertawa kecil, mendengar godaan Nanda yang sangat lucu dan menyenangkan.

"Tapi Mba ini lagi hamil, atau jangan-jangan Mba cantik hamil anak Bapak!!"

"Hush, jangan ngaco kamu." Nanda mengusap lembut perutnya, "Saya ini bersuami Mba, tapi yah ..." tunduknya.

Para wanita paruh baya itu hanya tersenyum, mengusap lembut bahu Nanda, "Maaf yah Mba. Kami hanya bercanda. Karena selama Pak Parlin kehilangan istrinya, dia tidak pernah bertemu wanita lain. Di tambah kesibukan dia, Mba lihat sendiri bagaimana Bapak enggak ada waktu di rumah. Dia itu pejabat, Mba. Pejabat yang berpakaian coklat, bintang dua!"

Nanda membulatkan bibirnya, ketika mengetahui identitas Parlin, yang ternyata seorang aparat negara.

"Hmm apakah aku harus melaporkan Bram atas sikapnya? Agh, tidak-tidak-tidak. Jika aku melakukannya, pasti dia akan menemukan keberadaan aku."

Berkali-kali Nanda menepuk-nepuk kepalanya, karena baru menyadari kebodohan sendiri ...

"Sial! Sial! Aku lupa menonaktifkan handphone milik ku! Oogh Tuhan, kenapa aku terlalu ceroboh ...!

Terpopuler

Comments

Chm1327

Chm1327

ya Allah Gusti, Bram jahat dan enggak punya hati yah 😥🤕😬

2022-11-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!