Suami gila

Nanda menangis sejadi-jadinya, tubuhnya mengigil, bahkan tidak dapat merasakan apapun saat ini. Sakit, bahkan seperti tercabik-cabik oleh benda yang sangat menyesakkan di bawah sana, membuat Bram tertawa puas saat mencapai pelepasan kebahagiaannya sendiri.

Entahlah, sudah lebih dari dua jam mereka di dalam kamar mewah itu, dengan penuh air mata dan rintihan seorang istri pada suami.

Nanda memejamkan matanya, merasakan pergelangan tangan yang sakit dan berbekas merah, saat Bram melepaskan ikatan dari kepala ranjang, dan membiarkan tubuh telanjang itu terbaring lemah tak berdaya ...

"Kenapa tidak kamu bunuh saja aku, Mas! Kenapa kamu terus menyiksa aku seperti ini? Setidaknya jika aku hamil anak Amet, ini karena ulah mu selama ini pada ku, Mas!!" teriaknya semakin frustasi.

Bram mendekati Nanda, dia menangkup kedua pipi istrinya itu dengan satu tangan kanan meremas sekuat tenaga ...

"Kamu milik ku, Nanda! Tidak ada seorangpun yang bisa mendapatkan mu! Termasuk Amet Radiansyah! Dan kamu akan tahu, apa yang akan aku lakukan padanya kali ini," dia meludahi wajah Nanda, kemudian melayangkan satu tamparan keras di pipi sang istri.

PLAK ...!

"Augh ..." Nanda hanya bisa menahan rasa sakit yang tak pernah kunjung usai diberikan Bram padanya.

"Kamu akan terus bersama ku! Dan aku tidak akan pernah memberi ruang pada mu, untuk bertemu dengan laki-laki laknat itu!!" tegasnya beranjak dari ranjang peraduan mereka, menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Nanda kembali meratapi nasibnya, kali ini dia harus melakukan sesuatu, untuk memberi kabar pada Amet yang berada di kota kecil tersebut.

"Amet ... Pergi, selamatkan diri mu, dan keluarga mu! Sebelum laki-laki laknat ini menyakiti kamu dan keluarga mu ..." tangis Nanda meringkuk diatas ranjang.

Tidak lama Nanda menangis, Bram keluar dari kamar mandi, dengan melemparkan handuk pada tubuh sang istri dengan sangat kasar ...

"Cepat bersiap-siap, kita akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan mu. Dan mulai hari ini, jangan melakukan aktivitas apapun di luar sana. Kedua orangtuamu akan datang siang ini! Tolong berbuat manis, dan jangan mengatakan apapun pada mereka! Jika tidak, kamu akan mati keenakan seperti hari ini!" hardiknya.

Nanda hanya bisa pasrah, dia menutup tubuhnya dengan handuk pemberian Bram, beranjak dengan langkah tertatih menuju kamar mandi. Tidak ada kata-kata yang mampu ia keluarkan untuk berucap. Kali ini ia sudah kalah, namun akalnya terus bekerja, untuk bisa kabur dari suaminya sendiri.

Saat Nanda telah memasuki kamar mandi, ia mencari keberadaan handphone miliknya, yang terletak di atas marmer wastafel hanya untuk memberikan kabar pada Amet di seberang sana ...

"Aku menemukannya ..." Nanda meraih handphone yang terletak di bawah tumpukan handuk, dengan tangan bergetar hebat, dia mencari nomor telepon Amet ...

"Amet ... Amet ... Oogh shiiit! Laki-laki brengsek itu sudah menghapus semua kontak ku! Brengsek kamu, Mas!" geram Nanda membanting handphone miliknya di pintu kamar mandi.

Bram yang mendengar sesuatu benda melayang di pintu kamar mandi, hanya tersenyum tipis, "Kamu pikir aku akan membiarkan mantan mu menjadi pemenang? Ooogh Nanda ... Kamu milik ku, sayang ... Walaupun kau mengandung benih mantan miskin mu itu ..."

Dengan perasaan senang, Bram mencari nomor telepon orang suruhannya, tersenyum sumringah karena tengah merencanakan sesuatu untuk kehancuran laki-laki yang berprofesi sebagai buruh pabrik itu ...

Bram : "Bagaimana? Bisa seret dia dan istrinya kehadapan ku ..."

Pengawal : "Bisa Pak, semua sudah diatur, dan besok akan kita eksekusi ..."

Bram : "Baik, pukul 14.00 aku tunggu di villa! Ingat, tutup mata mereka suami istri, dan jangan sakiti istrinya, karena aku yang akan melakukannya di hadapan suaminya sendiri! Setelah itu, terserah kalian ..."

Pengawal : "Siap Pak! Istrinya lumayan cantik, dan terlihat masih sangat muda! Saya dengar dari para tetangga tempat mereka tinggal, mereka sudah berpisah, tapi saya tidak tahu ceritanya ..."

Bram : "Hmm berpisah? Berarti pria itu akan merebut istriku! Lakukan semua sesuai perintah ku, jangan ada yang melakukan kesalahan ..."

Pengawal : "Siap Pak!"

Bram mengakhiri panggilan teleponnya, meletakkan handphone pipih itu diatas meja, dengan mata tertuju pada kaki jenjang milik Nanda yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi, dengan handuk membalut tubuh indah itu.

Mata Bram semakin liar, bahkan dia menyeringai lebar, melihat Nanda semakin cantik dan menawan. Ia berdiri, mengambil obat oles yang terletak di meja rias, kemudian mendekati tubuh istrinya yang masih termangu menatapnya tajam.

"Kenapa hmm? Apa kamu menginginkan aku lagi, sayang?" bisiknya pelan melepaskan handuk yang membalut di tubuh Nanda, untuk mengobati bagian memar di tubuh ramping tersebut.

Nanda tidak ada kuasa untuk menolak, bahkan ini sudah sering dilakukan oleh suaminya, jika melakukan hal-hal yang tidak di sukai Bram.

Tangan Bram mengoles di semua bagian yang terluka, dan memar, sambil berkata ...

"Jangan melawan lagi, karena aku sangat menyayangi mu. Tidak ingin kehilanganmu, sayang. Aku sangat senang, jika kamu patuh dan menuruti semua keinginanku ..." senyumnya mengembang lebar.

Nanda hanya diam, menahan rasa sakit yang bercampur aduk, bahkan seperti tersayat-sayat saat obat itu meresap di kulit halusnya yang lembut.

Entah berapa bekas memar, dan luka yang membekas di punggung, dan seputar pahanya, membuat Nanda sesekali meringis menahan perih.

"Shht ... Sa-sa-sa-sakit Mas! Jangan tekan terlalu kuat," rintih Nanda saat Bram mengoleskan di bagian pahanya yang melebam biru kehitaman.

Bram tersenyum, bergegas dia menggendong tubuh Nanda ala bridal, sambil menatap wajah cantik itu.

"Aku tidak tahu kapan aku bisa jatuh cinta padamu, sayang. Mungkin jika kamu memberikan anak perempuan, aku akan menceraikan Mira, dan hidup bahagia bersama mu. Aku yakin, anak yang ada dalam kandung kamu ini, perempuan. Dan kita akan pindah dari kota ini, aku berjanji akan menjadi suami yang baik pada mu," kecupnya saat meletakkan tubuh Nanda di ranjang kingsize kamar mereka.

Nanda tak bergeming, kali ini ia mengalihkan pandangannya kearah lain, agar tidak terpedaya oleh rayuan Bram.

Dengan perlahan Bram menekukkan kedua paha istrinya, kembali mengoleskan obat yang ada dalam genggamannya, di bagian pangkal paha mulus milik Nanda. Berkali-kali ia menelan ludahnya, menahan gairahnya, jika sudah menatap kearah sana.

Bram bertanya tanpa perasaan bersalah, "Masih perih?"

Nanda hanya memejamkan kedua bola matanya, enggan untuk memberi jawaban.

Setelah mengobati semua luka yang ditorehkannya, Bram mengusap lembut perut ramping Nanda sambil mengecup lembut dan mengajak janin didalam sana untuk berkomunikasi ...

"Halo baby yang cantik. Ini Papa, kita akan bertemu beberapa bulan lagi, Papa akan memberikan nama yang indah buat kamu, sayang ... Marisa, yah Marisa Queen ... Sehat terus ya anak Papa ..." kecupnya, selayaknya seorang pria yang merindukan buah hati.

Nanda mendengus dingin, sambil bergumam dalam hati ... "Dasar suami gila!!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!