Pemotretan Er berakhir. Arga langsung menarik tangan Er keluar dari studio.
" Ar ... apa yang kau lakukan. Lepaskan aku!!" teriak Er.
Tapi Arga tetap tak melepaskan Er. Dia terus menggandeng tangan Er kembali ke ruang ganti yang sudah di tunggu oleh Inka.
" Cepat ganti bajumu," kata Arga melepaskan tangan Er.
" Kenapa? bukankah baju ini terlihat begitu seksi di tubuh ku?" kata Er dengan mendekatkan diri pada Arga.
Arga menarik tangan Er masuk kedalam kamar pas, lalu dia mendorong tubuh Er hingga bersandar ke dinding.
" Jangan menggoda ku di tempat umum, Er. Karena itu hanya membuat mu terlihat seperti wanita murahan," kata Arga menatap lekat netra indah Er.
" Heh ... jadi kau menantang ku?" kata Er menarik kerah kemeja Arga.
" Ya, aku menantang mu." Arga langsung melepaskan tangan Er yang menarik kerah bajunya.
Lalu keluar dari kamar pas, meninggalkan Er yang terlihat kesal dengan Arga.
" Inka, aku ingin bicara denganmu." Arga langsung keluar dari ruangan itu dan Inka mengikuti nya dari belakang.
' Apa salah ku ya?' batin Inka sambil terus berjalan di belakang Arga.
Arga berhenti di ujung lorong, dan berbalik menghadap Inka. Dia menatap tajam pada Inka, sehingga Inka menundukkan kepalanya.
" Jangan pernah terima tawaran pekerjaan atau pemotretan yang melibatkan seorang pria," kata Arga dengan suara bass nya.
" Tapi __"
"Atau kau ingin Er kehilangan reputasi nya!!" tegas Arga.
" Aku akan membayar mu 2x lipat, jika kau selektif memilih pekerjaan ini. Aku tak ingin melihat Er terlibat pemotretan dengan seorang pria seperti tadi."
Inka hanya menganggukkan kepalanya dan tak berani membantah Arga.
Lalu Arga pergi dari hadapan Inka.
Inka menoleh dan melihat kepergian Arga, senyumnya tersungging sambil melipat kedua tangannya di dada.
" Sepertinya dia cemburu jika Er melakukan sesi pemotretan dengan model pria," gumamnya sambil berjalan menuju ruang ganti.
" Inka, dari mana saja kau?" kata Er yang duduk di depan cermin sambil membersihkan makeup yang menempel di wajah nya.
" Tadi aku sedang berbincang dengan Tuan Arga sebentar."
Er langsung menoleh pada Inka dengan tatapan tajam nya.
' Oh my, sepertinya mereka memang pasangan serasi,' batin Inka menundukkan kepalanya melihat tatapan tajam dari Erlina.
Lalu mereka melanjutkan pekerjaannya, sampai pekerjaan itu selesai.
Saat Erlina akan masuk kedalam mobilnya, ada seseorang yang menarik tangan nya. Dan langsung memasukkan nya kedalam mobil yang lain.
Er melihat kearah seseorang yang masuk kedalam mobil itu dan menduduki kursi pengemudi.
" Arga ... kau lagi?" kata Er dengan nada yang sedikit berteriak.
Arga tak menggubrisnya, dia langsung melajukan mobilnya menuju apartemennya.
" Untuk apa kau membawaku kesini lagi?" kata Er saat mobil itu berhenti di depan gedung apartemen milik Arga.
" Untuk membuktikannya tantangan mu," kata Arga menatap Er.
Er langsung menelan saliva nya, dia seperti terjebak dalam permainan nya sendiri.
Arga keluar dari mobil dan langsung membukakan pintu mobil untuk Er.
Tapi Er tetap duduk di kursi mobil dan tak mau beranjak.
Arga langsung membopong Er layaknya karung. Dan itu mengundang perhatian semua orang yang ada di area parkiran.
" Arga ... turun kan aku!! aku bisa jalan sendiri!!" teriak Er.
Lalu Arga menurunkan Er saat ada di depan pintu lobby.
Er berjalan dengan menghentakkan kakinya menuju lift. Arga hanya tersenyum miring melihat tingkah laku Er.
Kini Er dan Arga sudah ada di depan pintu apartemen milik Arga. Saat Arga ingin membuka pintu apartemen nya, tiba-tiba Er kabur dan berlari menuju lift.
Namun dengan cepat Arga mengejarnya dan langsung menarik tangan Er yang hendak masuk kedalam lift.
" Jangan coba-coba kabur dari ku!!" tegas Arga sambil membopong Er.
" Lepaskan aku, Ar. Lepaskan!!" teriak Er sambil memukul punggung Arga.
Arga langsung menghempaskan tubuh Er ke atas ranjang saat dirinya sudah berada di dalam kamar di apartemennya. Lalu mengunci pintunya.
" Mau apa kau, Ar!!" tegas Er memundurkan tubuhnya.
" Kau ingat perjanjian kita?" kata Arga sambil membuka jasnya lalu melemparkan nya kearah sofa.
" A- aku ingat," sahut Er gugup.
" Apa kau betul-betul ingat? atau hanya pura-pura ingat?" kata Arga sambil membuka jam tangan nya dan meletakkan nya di meja.
" Aku betul-betul ingat," sahut Er sambil terus menatap Arga.
" Lalu?" kata Arga sambil membuka kancing kemeja nya satu persatu.
" Lalu? lalu apa?" jawab Er tegas.
" Heh, kau tak mengingat nya," kata Arga melepaskan kemejanya lalu melemparnya ke sembarang arah.
Er terus mendorong tubuhnya hingga bersandar di sandaran ranjang itu. Dia terus melihat gerak gerik Arga yang menurut nya aneh.
" Aku tak begitu mengingat surat perjanjian itu karena aku belum membaca nya," kata Er.
" Tapi aku sudah membacakan nya untuk mu, bukan?" kata Arga sambil membuka ikat pinggangnya.
" Ar ... apa yang kau lakukan padaku?" teriak Er sambil menutup wajahnya. dengan bantal.
Arga tersenyum miring melihat tingkah Er, dia melanjutkan kegiatannya membuka celana bahannya. Dan kini Arga hanya mengenakan celana training pendek sepaha.
Perlahan Arga naik keatas ranjangnya. Er berteriak sambil melempar kan bantal kearah Arga.
Wanita itu mulai histeris, dia terus berteriak sambil berkata.
" Aku tidak melihatnya!! aku tidak akan menikah, sungguh. Jangan pukul aku!! aku tidak ingin melakukan hal itu. aku tidak akan menikah!!" teriak Er sambil menangis.
Arga terus mendekati Er, karena dia tahu sedikit tentang menangani mental seseorang yang sedang trauma.
" Aku tidak mau!! aku tidak mau!! jangan sakiti aku!!" teriak Er terus menjauh dari Arga.
Namun dengan cepat Arga menarik tangan Er dan mendekapnya begitu erat.
Er berontak dan terus berontak sambil berteriak, tapi tenaganya tak cukup kuat untuk melepas diri dari Arga.
" Diamlah Er!!" bentak Arga.
Lalu Er tak lagi berontak, dia hanya terus bergumam sendiri sambil terisak.
Arga terus mendekap tubuh Er, dia memeluknya sambil mengusap lembut lengannya hingga Er terlihat tenang.
" Tidak akan ada yang menyakitimu, jika kau berada di dekat ku. Aku berjanji," kata Arga sambil mencium puncak kepala Er.
Er mendongakkan wajahnya melihat wajah Arga, lalu Arga mencium keningnya.
Er masih terisak sambil memeluk tubuh kekar Arga yang bertelanjang dada.
Mereka terdiam tanpa melepaskan pelukannya. Arga begitu yakin bahwa ada sesuatu yang dirahasiakan oleh Erlina di masa lalunya.
' Aku akan mempercepat pernikahan kita Er. dan cepat atau lambat aku akan mengetahui apa rahasia itu.' batin Arga.
Lalu Er melepaskan pelukannya, dia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Tapi sebelum dia masuk kedalam kamar mandi, Er menoleh pada Arga dan berkata.
" Jangan coba-coba mengintip ku."
Arga langsung tertawa sambil menggelengkan kepalanya melihat sikap Er yang sudah kembali normal.
Er masuk kedalam kamar mandi, dia mengisi bathtub karena dia ingin berendam.
" Apa aku harus menceritakannya pada Arga?". gumamnya.
Erlina Lorenza
Arganta Mahardika
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments