Pagi menjelang, Erlina terbangun karena suara ponselnya yang tak berhenti berdering.
" Ck, sepertinya aku memang tak bisa menikmati waktuku sebentar saja," gumamnya sambil meraba ke meja nakas mencari ponselnya.
Erlin mengerjapkan matanya menatap nama yang tertera di layar ponselnya.
" Mom ... bisakah tak mengganggu tidur ku kali ini saja," ucap Erlin menjawab panggilan itu.
" Sayang ... kau sudah berjanji akan pulang ke mansion hari ini, kan?" tanya Lintang dari seberang telepon nya.
" Ya, Mom. tapi tidak sepagi ini!!" sahut Erlin.
" Er ... ini sudah jam 9, sayang ... dan kau belum bangun?" ucap Lintang.
" Masih jam 9 Mom, satu jam lagi aku akan kesana. Please don't distrub me." Erlina langsung mematikan panggilan teleponnya.
Tut ... tut ...
Terdengar suara telepon yang sudah di matikan oleh sang putri.
" Kebiasaan ...." Lintang menatap ponselnya.
.
.
Di kediaman keluarga Mahardika, seorang pria tampan sedang berada di ruang gym nya.
" Arga ... ayo sarapan dulu, ini sudah jam 9 pagi," ucap seorang wanita paruh baya.
" Ya, Mom." Arga langsung meninggalkan ruangan gym dan menghampiri Momynya di ruang makan.
" Dimana Daddy, Mom?" tanya Arga sembari duduk di kursi ruang makan.
" Di ruangan kerjanya, sepertinya ada masalah di perusahaan cabang." Tita mengambilkan makanan untuk Arga.
" Hmmm, mungkin Daddy butuh bantuan ku," kata Arga menerima piring yang sudah berisi makanan.
" Cepat habiskan makanan mu, setelah ini kita bicara!" tegas Bram, berjalan dari ruang kerjanya lalu duduk di ruang tengah.
" Sepertinya ada masalah yang serius," gumamnya sambil menyantap makanannya.
.
Kini Arga telah menyelesaikan makan paginya, dia langsung menghampiri kedua orang tuanya yang sudah menunggu nya di ruang tengah.
" Sebenarnya ada apa, Dad?" tanya Arga bergabung di sofa itu.
" Kita memiliki masalah di perusahaan cabang, bahkan kita bisa kehilangan perusahaan itu. Karena banyak dari investor yang menarik sahamnya dari kantor kita." Jelas Bram sambil memijat keningnya.
" Lalu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Dad?" tanya Arga.
Setelah cukup lama terdiam, Bram memutuskan untuk meminta bantuan seorang temannya.
" Cepat ganti bajumu, ikut aku menemui seseorang," kata Bram beranjak dari sofa.
" Baiklah." Arga beranjak dari sofa berjalan menuju kamar nya.
.
.
Di kediaman keluarga Lorenza, tampak Erlando sedang berbicara serius dengan seseorang di balik telepon nya.
" Aku akan membantu perusahaan mu, tenanglah. Tapi itu tidak gratis," kata Erlando tersenyum licik.
" Aku sudah menduganya, Uncle tidak akan membantu perusahaan ku dengan cuma-cuma," jawab seseorang dari seberang telepon.
Erlando tertawa mendengar jawaban dari seorang di seberang telepon.
" Kau pasti tahu apa yang aku mau, kan?" ucap Erlando.
" Ya, tidak masalah. Yang penting aku tidak kehilangan perusahaan itu."
Lalu Erlando mematikan teleponnya.
Erlando Lorenza seorang pengusaha tambang yang sangat sukses. Dia adalah seorang kakek serta seorang ayah yang sangat di hormati oleh anak dan cucunya.
Dia memiliki sikap yang tegas, dan tak ada yang berani membantah nya. Erlando sedang mencari kan jodoh yang tepat untuk cucunya Erlina.
Dan dia sudah mempunyai rencana untuk itu, agar cucunya tidak bisa menolak rencananya ini.
" Dimana Er ...? Apa dia belum sampai?" tanya Erlando pada istri dan anaknya.
Lalu terdengar bunyi klakson mobil dari arah gerbang, dan benar saja selang beberapa menit, Erlina tiba di mansion keluarga Lorenza.
" KAKEEKK ... I'M COMING ...!!!" teriak Erlina dari pintu utama mansion.
" See ... kau sudah bisa menebak siapa yang datang," kata Leni, istri Erlando.
" Er ... bisakah kau tidak berteriak?" kata Lintang tak suka dengan sikap putrinya itu.
" Ck, terlalu banyak peraturan di mansion ini." Er tidak menanggapi perkataan Mom nya dan langsung memeluk sang kakek.
" Aku curiga, pasti kakek sudah merencanakan sesuatu untuk ku, kan?" tanya Erlin sambil mendongakkan kepalanya menatap sang kakek.
" Hmmm, kau memang cucuku yang paling pintar." Erlando mencubit pipi sang cucu.
" Aku tahu kau free hari ini, sayang. Jadi kakek kemari dan akan memberikan mu sedikit kejutan," kata Erlando melepaskan pelukannya.
" Dan ku harap kejutan kali ini, kau tak akan menolaknya." Erlando menangkup wajah cantik Erlina.
" Hmmm, baiklah. kita lihat saja nanti." Erlin melepaskan tangan Erlando, Lalu berjalan kearah kamarnya.
Erlando pun duduk di sofa ruangan itu dengan tegap sambil menatap jam tangannya.
" Ada apa, Pah? sepertinya Papah sedang menunggu seseorang," kata Lintang melihat gerak gerik Erlan.
" Aku sedang menunggu calon besan kita," ucap Erlan dengan nada dinginnya.
" Pah, apa papah yakin Er akan menerima nya?" tanya Lintang cemas.
" Hmmm, dia sangat menyayangi dan menghormati ku, bukan? jadi dia pasti akan menerima nya," sahut Erlando tersenyum licik.
" Tapi jika er tidak menyetujuinya. Maka jangan pernah kau paksa dia, sayang," kata Leni memperingati.
Erlando hanya tersenyum miring mendengar peringatan dari sang istri. Leni sangat takut jika nasib cucunya seperti anaknya.
Lintang masih setia menjanda hingga kini. Dia seakan tak percaya lagi dengan sebuah pernikahan.
Maka dari itu, dia juga tak pernah memaksa sang putri untuk segera menikah.
Dia memang sangat takut, jika nasib putrinya sama seperti dirinya.
" Permisi Nyonya, ada tamu. Katanya sudah ada janji dengan Kakek Erlando," kata seorang pelayan.
" Suruh mereka masuk," ucap Erlando dengan suara bass nya.
" Baik, kek."
Lalu pelayan itu pergi dari ruangan itu dan mempersilahkan tamu dari tuannya untuk masuk.
" Selamat siang, Uncle Erlando," kata Bram memberi salam pada sang tuan rumah.
" Selamat siang, Bram. Duduklah," sahut Erlan mempersilahkan tamunya duduk.
" Kak Bram? kau kah itu?" tanya Lintang mengingat pria yang dulu menjadi temannya.
" Ya, Lintang. Kau masih mengingat ku?" jawab Bram. Lalu mereka bersalaman serta berpelukan sejenak.
" Kak Tita ... kau semakin cantik saja," ucap Lintang dan dibalas senyuman oleh Tita.
" Ah ya ... kenalkan ini Arganta, kalian pasti ingat dengan nya," kata tita memperkenalkan putra tampannya.
" Hallo, Aunty, Nenek. Senang bertemu dengan kalian." Arga mencium tangan lintang dan juga Leni.
" Dia sangat tampan, dan juga sopan," kata Leni memegang bahu Arga.
" Terimakasih atas pujiannya, Nek," kata Arga tersenyum ramah.
" Ayo, silahkan duduk." Leni mempersilahkan tamunya untuk duduk.
Lalu mereka berbincang hangat, mengenang masa-masa dahulu ketika mereka masih ber tetangga.
Hingga mereka berpisah karena urusan bisnisnya masing-masing.
" Ah ya, tentang perusahaan mu. Aku akan memberikan suntikan dana yang cukup tinggi agar kau bisa mempertahankan perusahaan itu," kata Erlando di sela pembicaraan nya.
" Memang nya ada apa dengan perusahaan mu, Kak Bram?" tanya Lintang.
" Biasalah Lin, Perusahaan ku sedang koleb. Aku tidak mau kehilangan perusahaan itu, karena itu perusahaan pertama yang aku jalankan dulu setelah meneruskan perusahaan keluarga," kata Bram menjaskan.
" Emm ... semoga permasalahan di perusahaan mu cepat terselesaikan, Kak," jawab lintang.
CEKLEK ...
Terdengar suara pintu terbuka dan semua orang yang ada di ruang tengah serentak menoleh ke arah pintu yang terbuka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments