Darren terdiam menatap Rista yang terbaring lemah di atas ranjang pesakitan. Tangan yang di pasang selang infus dan juga oksigen di bagian hidungnya. Keadaan Rista sangat tidak bisa di bilang baik-baik saja. Darren tidak bisa membayangkan seberapa besar penyesalan yang akan dia rasakan jika dia tidak bisa menyelamatkan Rista.
Pintu ruangan yang terbuka membuat Darren mengalihkan pandangannya. Dia melihat seorang gadis blasteran yang menggendong anak kecil. Dia Duta, dia adalah anaknya.
"Duta maksa ingin lihat Bundanya Tuan" kata Xien
Darren mengangguk, dia melambaikan tangannya agar Xien mendekat ke arahnya. "Tidak papa, sini Nak"
Duta terlihat sangat takut melihat Darren. Tentu anak itu masih mengingat wajah Darren yang bertemu dengannya dan Rista di taman bermain. Darren tahu kenapa anaknya bersikap seperti itu padanya. Dia mencoba meraih Duta dari gendongan Xien, namun anak itu semakin mengeratkan pelukannya di leher Xien.
Darren menghela nafas "Duta, ini Papa. Aku adalah Papa kamu"
Reaksi Duta tidak seperti yang Darren bayangkan. Duta langsung menoleh dan meraih tangan Darren yang masih meleyang di udara untuk menggendongnya. Darren tersenyum, segera dia membawa anaknya ke dalam gendongannya, mencium kepala Duta dengan sayang. Untuk pertama kalinya dia bisa menggendong anaknya. Anak yang bahkan tidak dia ketahui kehadirannya sejak awal.
"Benar ini adalah Papa Duta? Apa Duta juga punya Papa seperti Rion"
Darren mengangguk dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. "Duta juga punya Papa seperti Rion. Ini adalah Papa Duta"
Hiks..
Anak itu langsung menangis dan memeluk Darren dengan erat. Bahagia rasanya bisa memiliki seorang Ayah seperti saudaranya, Rion. Duta juga ingin punya Papa. Kata yang sering dia ucapkan pada Ibunya, namun berakhir dengan tangisan yang selalu Duta dengar setiap dia setelah menanyakan itu pada Rista.
"Sekarang Duta harus nurut sama Papa ya, do'akan Bunda agar cepat sembuh. Dan Duta harus nurut kalau Papa suruh Duta pulang dan diam di rumah bersama Kak Xien. Duta 'kan masih kecil, tidak boleh terlalu lama di rumah sakit. Tidak baik, karena rumah sakit itu tempatnya virus yang mengincar anak kecil seperti Duta"
Begitulah cara Darren memberi pengertian pada Duta agar anak itu bisa mengerti dengan keadaan Ibunya yang sedang tidak baik-baik saja. Darren bisa langsung menunjukan jiwanya sebagai sosok seorang Ayah setelah bertemu langsung dengan Duta.
Duta melirik ke arah Ibunya yang berbaring di atas ranjang pasien. "Papa, Bunda kenapa? Kasihan Bunda"
Darren semakin tidak bisa menahan laju air matanya. Saat ini dirinya sedang benar-benar rapuh, melihat Rista yang tidak berdaya di atas ranjang pesakitan. Nyawa wanita itu sedang berada di ujung tanduk. Sementara ada seorang anak yang masih sangat membutuhkannya. Jadi, Darren akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa menyembuhkan Rista. Dia tidak mau kalau sampai Duta harus kehilangan Ibunya di usianya yang masih sangat kecil.
"Bunda hanya sedang istirahat, dia sedikit sakit kepala. Jadi, Duta jangan mengganggunya dulu ya. Duta harus nurut sama Kak Xien. Tunggu Bunda sembuh dan pulang ke rumah"
"Duta ingin menemani Bunda, Pa. Duta ingin bersama Bunda disini"
Ternyata tidak semudah itu untuk meyakinkan seorang anak kecil. Darren menoleh dan menatap Rista yang masih belum menunjukan kesadarannya. Selama ini dia hanya mengurus Duta seorang diri. Betapa hebatnya wanita itu bisa menghadapi setiap hari dengan segala rintangan dan cobaan. Merawat Duta sampai saat ini, tentu tidak mudah baginya.
"Duta lupa ya apa kata Papa tadi, rumah sakit itu tempatnya virus jahat yang mengincar anak kecil seperti Duta" Xien membantu membujuk anak itu agar ma dia bawa pulang. Selain memang rumah sakit tidak baik untuk anak sebesar Duta, Xien juga mengerti kalau Darren juga membutuhkan waktu berdua dengan Rista. Mereka masih harus menjelaskan apa yang telah terjadi selama ini.
"Iya Duta, benar apa yang di katakan oleh Kak Xien. Duta tidak takut apa untuk berlama-lama disini? Bunda biar Papa saja yang menjaganya"
Duta menatap Ibunya yang masih tak berdaya di atas ranjang pasien, lalu menatap Ayah dan Xien secara bergantian. Anak itu sedang berfikir keras dengan apa yang di ucapkan oleh Xien dan Ayahnya. Sampai akhirnya dia mengangguk. "Iya deh, Duta pulang saja sama Kak Xien"
Darren tersenyum lega, dia mencium pipi anaknya. "Yaudah Duta pulang ya sama Kak Xien. Anak pintar"
"Iya Pa, jagain Bunda ya Pa"
Darren mengangguk dengan sedikit mengusap ujung mata yang mulai berair. "Iya Sayang, Papa akan menjaga Bunda dengan baik" Takkan Papa biarkan Bundamu pergi sebelum dia memaafkan Papa.
Akhirnya Duta pulang bersama Xien dan sekarang di kamar rawat inap ini hanya ada Darren dan Rista yang masih belum sadarkan diri. Sampai dokter datang, Darren langsung menanyakan kenapa Rista belum juga bangun sampai saat ini.
"Rista sudah menghentikan pengobatan dan cuci darahnya sejak 3 bulan yang lalu. Entah apa alasannya saya tidak mengerti. Sekarang kondisinya semakin memburuk. Hal yang bisa kita lakukan sekarang selain menjalani operasi adalah melakukan cuci darah kembali. Kita memulai pengobatan lagi dari nol, syukur-syukur kita segera mendapatkan donor yang cocok untuk Rista"
Penjelasan Dokter benar-benar membuat Darren lemas. Dia terduduk di kursi samping ranjang pasien. Dia menatap wajah Rista, rasanya dadanya mulai terhimpit batu besar. Sangat sesak dan berat. "Lakukan saja yang terbaik untuknya Dok"
"Baik, mari kita bawa Rista ke ruangan lain. Kita mulai cuci darah dengan jangka waktu cukup lama karena berhentinya pengobatan yang Rista jalani, membuatnya harus memulai lagi dari awal"
Darren mengangguk. Dua orang perawat datang dan mendorong ranjang Rista menuju ruangan lain. Darren ikut menemani Rista dengan perasaan campur aduk. Untuk pertama kalinya dia akan melihat wanitanya kembali kesakitan. Bukan karena dirinya, tapi karena sakit yang di deritanya. Beberapa menit cuci darah di mulai, Rista tersadar dan merasakan sakit yang luar biasa. Dia menatap Darren yang duduk di kursi samping ranjangnya. Rista menatap Darren dengan tatapan lemahnya.
"Kenapa kau melakukan ini? Arghh.. Aku sudah tidak mau melakukan ini lagi. Aku sudah lelah. Hentikan Darren! Hentikan pengobatan tidak berguna ini" teriak Rista di tengah rasa sakitnya.
Darren tidak bisa lagi menahan air matanya, dia memeluk Rista yang berontak. "Dengar! Ini demi kebaikanmu. Rista Sayang, ingat Duta. Dia masih sangat membutuhkanmu. Kalau kamu tidak mau sembuh dan melakukan pengobatan ini. Bagaimana dengan Duta dan aku. Tolong jangan seperti ini, aku tidak akan siap untuk kehilangan kamu untuk selamanya. Aku mencintaimu Rista"
Rista memalingkan wajahnya dengan terus meringis kesakitan. Tapi hatinya lebih sakit lagi mendnegar ungkapa cinta dari Darren. Kenapa baru sekarang? Padahal sudah dari dulu Rista mengharapkan kalimat itu terucap dari Darren.
Darren menggenggam tangan Rista, membiarkan dia mencengkram erat tangannya untuk sedikit saja meringankan rasa sakitnya.
Bersambung
Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya.. Berikan bintang rate 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
lovely
semoga Rista bisa sembuh kasian duta
2022-12-02
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
semangat Rista ada duta yg masih membutuh kan kamu
2022-12-01
1
noer faizah
km pasti bisa rista
2022-12-01
0