Apakah ini mimpi?
Darren seolah tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat saat ini. Berada di sebuah taman hiburan yang di kerjakan oleh proyek perusahaan Pamannya. Dari tempatnya duduk terlihat jelas sebuah toko kue di sebrang jalan. Darren melihat wanita yang selama ini dia cari, dia terlihat sedang melayani pelanggan yang datang.
Dia Rista.. Gadis yang dia sakiti dan hancurkan hidupnya. Namun, Darren melihat kehidupan Rista yang terlihat lebih baik sekarang. Meski tidak bisa di pungkiri jika wajahnya terlihat sangat lelah. Kaki ini terasa berat untuk melangkah, sungguh Darren ingin segera bertemu dengan wanita itu. Tapi kakinya seolah merapat dengan tanah sehingga sangat sulit untuk melangkah.
Darren hanya diam mematung di tempatnya. Masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini. "Rista.. Ya, dia Risataku"
Di sisi lain Rista sedang melayani beberapa pelanggan yang datang ke toko kuenya. Menjelang sore memang toko kuenya semakin ramai, apalagi setelah adanya taman hiburan di sebrang tokonya. Senang sekali saat melihat kemajuan dari ReinaRista Bakery yang cukup melonjak tinggi.
"Sebentar ya Duta, Bunda sedang membuat pesanan kopi ini"
Toko kue dan roti yang di sertai dengan kopi. Rista memang cukup lihai menggunakan mesin kopi. Membuat beberapa kopi pesanan pelanggan. Selesai dengan pesanan terakhir, barulah dia menghampiri anaknya yang sedari tadi terus memanggil-manggil dirinya.
"Ada apa?"
"Duta mau ke taman hiburan itu lagi, kan baru sekali saja kita kesana" Duta menunjuk taman hiburan di sebrang jalan.
Rista tahu jika anaknya bosan karena hanya diam saja di dalam rumah. Rista tidak bisa membiarkan anaknya pergi main keluar bersama anak-anak lain. Karena Rista sedang menghindari omongan-omongan orang yang mungkin akan membuat mental anaknya down. Rista tidak mau itu terjadi. Cukup dia yang mendengarkan setiap keluh kesah Duta yang selalu menanyakan tentang keberadaan Ayahnya. Setidaknya Rista masih bisa terus berbohong dan mencari alasan lain agar anaknya tidak terus bertanya tentang Ayahnya padanya.
"Iya nanti kalau sedang tidak ramai pelanggan kita kesana ya. Sekarang 'kan sedang banyak pelanggan yang datang. Jadi Duta bersabar ya"
Duta cemberut, anak itu langsung masuk ke dalam rumah. Rista hanya menghela nafas melihat anaknya yang sedang merajuk. Dia tahu jika Duta juga butuh hiburan, jangankan Duta dirinya saja memang butuh waktu sejenak untuk sekedar refreshing. Tapi, Rista tidak punya waktu untuk itu. Dia tetap harus bekerja keras untuk terus menghasilkan uang dan menabung untuk biaya hidup anaknya kedepannya. Apalahi tahun depan Duta sudah mulai masuk sekolah. Itu artinya kesibukan Rista akan semakin bertambah.
"Permisi"
"Iya, ada yang bisa dibantu? Mau pesan apa?" Rista berbalik dan seketika lututnya terasa lemas saat melihat siapa orang yang datang ke tokonya. Tuhan.. Ini hanya mimpi 'kan? Kenapa dia bisa datang kesini?
Darren berdiri di depan sebuah etalase yang membatasi Rista dan dirinya. Jajaran kue dan roto terlihat menggiurkan di dalam etalase berkaca itu. Dia tidak salah melihat, dia benar adalah Rista. Wanita yang dia cari selama ini.
"Ris-Rista"
Entah kenapa Darren merasa gugup sendiri. Lidahnya seolah kelu untuk berbicara. Padahal ada banyak hal yang harus dia bicarakan. "Maafkan aku"
Akhirnya kata maaf itu terucap juga dari bibir Darren tepat di depan wanita yang di sakitinya. Namun respon Rista justru tidak seperti harapannya. Dia masih saja diam mematung di tempatnya. Perlahan Rista melangkah ke arah Darren, membuat pria itu tersenyum tipis karena merasa cukup lega saat Rista sudah mau menemuinya.
"Mau pesan apa ya Tuan?" tanya Rista dengan wajah datar dan dingin, tatapannya selalu menghindar dari Darren. Seolah dia tidak ingin melihat pria itu berada di depannya saat ini.
Darren tersentak dengan sikap Rista yang seolah tidak mengenali dirinya. Apa mungkin wanita itu hilang ingatan? Setelah 5 tahun lebih mereka tidak pernah bertemu. Tapi, melihat reaksi Rista pada saat pertama kali melihat Darren. Dia yakin jika Rista tidak sedang hilang ingatan. Dia hanya sedang menghindar.
"Rista, ini aku Darren..." Seolah orang yang mengingatkan jika Rista dan dirinya memang saling kenal. "....Apa kau melupakan aku? Maafkan aku Rista, aku tahu aku salah"
Aku tahu kamu Darren, pria yang berhasil menghancurkan segala tujuan dalam hidupku.
"Maaf jika tidak ada yang mau di beli, silahkan pergi. Masih banyak yang antri"
Darren menoleh ke belakang, ada tiga orang yang mengantri. Menunggu dirinya selesai. Akhirnya Darren tidak mau egois, dia tahu jika Rista sedang dalam jam kerjanya. Jadi, biarkan saja dia melakukannya dengan baik. Darren akan menunggu sampai toko ini sepi dan akan menemui Rista kembali. "Baiklah aku pergi dulu, nanti aku akan datang lagi"
Rista menghela nafas lega saat Darren sudah pergi dari hadapannya. Dia memanggil pekerjanya yang di pekerjakan oleh Elion sebagai pengganti Reina.
"Xien tolong layani dulu mereka, aku mau ke kamar dulu lihar Duta. Dia sedang merajuk"
"Oke"
Rista berjalan masuk ke dalam rumahnya, melihat anaknya yang sedang duduk di sofa dengan televisi yang menyala dia depannya. Menayangkan sebuah cara kartun yang dia gemari. Rista duduk di samping anaknya, dan Duta langsung memalingkan wajahnya dari Rista saat menyadari kehadiran Ibunya itu.
"Duta mau ke taman hiburan 'kan? Siap-siap sekarang. Bunda akan mengantar Duta kesana sebentar, toko biar di jaga sama Kak Xien dulu"
Duta yang awalnya memalingkan wajahnya itu langsung menoleh kembali ke arah Ibunya dengan wajah yang berbinar. "Beneran Bunda?"
Rista tersenyum dan mengangguk, dia mengelus kepala anaknya itu. "Iya, ayo sekarang siap-siap"
Rista mengganti setelan anaknya dengan pakaian lebih baik. Lalu dia pun berganti pakaian, dan mereka pun pergi ke sebrang jalan untuk menemani Duta bermain beberapa wahana permainan yang ada disana. Hati Rista selalu menghangat saat melihat keceriaan anaknya. Hanya dengan pergi ke sebrang jalan dari tempat tinggalnya dan main di wahana permainan ini, sudah membuat Duta sangat bahagia. Jadi akan merasa sangat bersalah jika Rista tidak menuruti keinginan anaknya yang sangat sederhana ini. Duta tidak pernah meminta hal atau sesuatu di batas kemampuan Ibunya. Jika membeli mainan pun hanya mainan murah yang di jual di pinggir jalan.
"Senang gak?" tanya Rista saat anaknya selesai menaiki wahana permainan terakhirnya. Duta berlari ke arah Ibunya yang sedang duduk menunggunya di salah satu bangku disana. Namun, sebelum Duta sampai pada Rista tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di hadapan Rista membuat anak itu langsung menabraknya dengan tidak sengaja.
Rista berdiri dengan tegang saat tahu siapa yang di tabrak oleh anaknya. Pria itu menunduk dan membantu Duta untuk berdiri, bahkan dia menggendong anak itu.
"Mau kemana?"
"Bunda...."
Bersambung
Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya juga.. berikan bintang rate 5 untuk cerita Rista ini..
Yuk mampir di karya temanku ini.. Ceritanya bagus..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
dia tidak lupa sama kamu Darren tapi dia mencoba meleupakan kamu
2022-11-28
0
lovely
good job Rista jangan dulu memaafkan atau luluh dulu biarkan c Darren ngejar² dulu dan menyesalinya
jangan lupa visualnya thourrr biar makin semangat ngehaluuu nya 😇
2022-11-28
0