Rista duduk di atas trotoar pinggir jalan, membuka ransel mengambil minum dan makanan yang dia bawa. Rista benar-benar kelelahan, namun perjalanannya masih jauh. Dia hanya mengandalkan berjalan kaki, karena tidak sepeser pun uang yang dia pegang. Rista harus bisa mencari pekerjaan dulu untuk bisa sampai di tempat Reina. Masih terlalu jauh, dia tidak akan sanggup melanjutkan perjalanan lagi. Kakinya sudah terasa patah karena terlalu banyak berjalan.
Rista menatap sebuah kedai kopi sederhana di sebrang sana. Tulisan di kertas putih yang di tempel di kaca, terlihat jelas oleh Rista. 'Sedang mencari pekerja' tulisan yang ada disana. Rista tersenyum, dia harus mendapatkan pekerjaan dulu dengan dirinya yang bersembunyi dari Darren. Sudah pasti pria itu akan langsung mencarinya ke rumah Rista atau ke rumahnya. Rista harus bersembunyi dulu saat ini.
Rista menyebrang jalan dengan sisa tenaganya. Kaki yang sudah mulai bengkak karena terlalu banyak berjalan sejauh ini. Dia mendatangi kedai itu, sejenak Rista melihat penampilannya saat ini. Baju seadanya dengan penuh keringat, tas ransel dan wajah yang kelelahan. Penampilan Rista saat ini persis seorang pengemis menyedihkan.
Perlahan dia masuk ke dalam kedai kopi, ada beberapa orang yang sedang berada di sana. Mereka menatap jijik pada penampilan Rista, ya dia sadar jika penampilannya saat ini pasti menjadi pusat perhatian banyak orang.
Rista menengok ke arah ruangan yang di sekat, ruangan itu sebagai tempat menyeduh kopi dan mie pesanan para pelanggan. Tempat ini dekat dengan proyek jalan yang sedang berlangsung. Jadi banyak pekerja proyek yang datang kesini.
"Permisi Bu"
Seorang Ibu paru baya menoleh ke arah Rista. Dia menatap Rista. "Iya, ada apa ya?"
"Maaf Bu, apa saya bisa bekerja disini? Saya sedang butuh pekerjaan, saya lari dari orang jahat yang menculik saya. Saat ini saya hanya butuh uang untuk bisa kembali ke rumah, jadi bisakah saya bekerja disini?"
Ibu pemiliki kedai itu menghampiri Rista dengan pandangan prihatiin. Gadis manis yang malang. gumamnya. Dia memperhatikan penampilan Rista yang memang sangat menyedihkan. Membuatnya menjadi tidak tega.
"Baikalh Nak, kamu bisa bekerja disini. Kamu bisa kerja apa saja 'kan?"
Rista mengangguk cepat "Iya Bu, saya bisa cuci piring atau melakukan pekerjaan lainnya"
"Baiklah kalau begitu ayo ikut Ibu"
Rista mengikuti langkah Ibu pemilik kedai menuju sebuah pintu keluar dari arah belakang kedai ini. Rista melihat rumah sederhana di belakang kedai ini. Ada halaman kecil disana. Ibu itu membawanya ke rumah itu. Membuka pintu rumahnya.
"Ayo masuk Nak, kamu bisa tinggal disini saja. Tidak ada siapa-siapa hanya ada anak Ibu yang masih sekolah. Kamu tidur di kamar paling ujung ya. Ibu mau kembali dulu ke kedai"
"Loh Bu, saya 'kan mau bekerja"
"Besok saja mulai bekerjanya, kamu kelihatan lelah sekali. Lagian ini sudah sore, tanggung kalau kamu kerja hari ini"
Rista mengangguk, hari memang sudah hampir petang. Rista pun masuk ke dalam rumah ini dan masuk ke dalam kamar yang di tunjukan Ibu tadi. Dia mengambil handuk yang menggantung di balik pintu lalu keluar lagi untuk mencari kamar mandi. Rista haru membersihkan dulu badannya yang terasa lengket oleh keringat. Kamar mandi terletak di dapur, segera Rista menyelesaikan mandinya.
Rista menggunakan handuk yang hanya menutupi bagian dada hingga pahanya. Tepat pada saat dia keluar dari pintu dapur, pada saat itu pula pintu kamar ujung sana terbuka. Rista mematung di ambang pintu dapur saat melihat pria yang keluar dari sana.
"Heh, kau siapa?" Pria itu pun juga merasa terkejut dengan kehadiran Rista. Dia menatap penampilan Rista, dan mata nakalnya mulai tak bisa dia kontrol.
"Maaf, aku tidak tahu jika ada orang di rumah ini. Saya adalah pekerja baru di kedai kopi sana"
Pria itu mengangguk, dia berjalan perlahan ke arah Rista. Menatapnya dengan nakal, membuat Rista meringsut ketakutan dengan kedua tangan yang menutupi bagian dadanya. "A-ada apa?"
Dengan nakal pria itu mengelus pundak Rista yang polos. "Mulus juga, siapa namamu? Kau cantik"
"Ri-Rista"
"Wawa nama yang cantik seperti orangnya" Dia kembali mengusap sisa air di wajah Rista.
"Maaf saya harus segera ke kamar" Rista segera berlalu dan masuk ke kamarnya dengan terburu-buru. Sampai di kamar, dia menyandar di pintu kamar yang tertutup. Tangannya masih menutupi dadanya. Tess.. Lagi-lagi air mata nakal terus mengalir di pipinya. Rista tidak menyangka jika dia akan mengalami hal seperti ini.
Melihat dari reaksi pertama anak Ibu pemilik kedai itu, membuat Rista semakin takut. Sepertinya dia bukan anak baik-baik. Dia berani bersikap seperti itu pada Rista yang jelas umurnya lebih tua darinya. Rista hanya perlu berhati-hati bekerja disini. Terutama pada anaknya pemilik kedai ini. Saat ini Rista tidak bisa pergi dari sini, dia harus bekerja disini sampai memiliki uang untuk bisa menemui Reina. Untuk mencari pekerjaan semudah ini sangat sulit, apalagi tanoa berkas persyaratan.
Selesai mengganti pakaiannya, Rista merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur single di kamar ini. Menatap langit-langit kamar dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Kenapa hidupnya harus seperti ini, Rista yang tersakiti karena cinta. Rista yang di bodohi karena cinta. Rista yang dibutakan oleh cinta. Sehingga dia menyakiti sahabatnya sendiri hanya demi cinta yang ternyata hanya menyakitinya.
Ayah, apa kau tidak mencariku?
Bahkan keluarganya sepertinya tidak sama sekali mencari keberadaan Rista selama 6 bulan dia di tahan oleh Darren. Apa mungkin dirinya memang tidak seberarti itu bagi mereka. Bahkan pria yang dia cintai dengan sepenuh hatinya, juga tidak menginginkannya. Dia hanya mencintai satu wanita, yaitu sahabatnya. Bagaimana Rista bisa bertahan di tengah orang-orang yang tidak mempunyai cinta untuknya.
Kenapa Tuhan? Kenapa aku tidak bisa dicintai? Apa aku tidak pantas untuk dicintai?
Air mata terus mengalir di balik sudut matanya, menetes membasahi bantal yang sedang di pakainya. Rista sedang benar-benar hancur, dirinya paling terhancur dalam hidupnya. Ya saat ini.
Rista hanya bisa membiarkan takdir akan membawanya kemana. Biarkan pemilik hidup ini yang mengatur skenario hidupnya. Karena saat ini dirinya pun tidak tahu harus melakukan apa? Biarkan saja Tuhan yang mengatur hidupnya. Rista hanya akan menjalaninya saja.
Rista sudah lelah, dia tidak bisa terus memaksa untuk bahagia saat ini. Karena nyatanya kebahagiaan itu tidak kunjung datang padanya. Malah kehancuran yang kini Rista dapatkan dalam hidupnya. Rista lelah dengan semuanya. Rasanya dia ingin berakhir saja. Mengakhiri hidupnya saat ini juga.
Bersambung
Jangan lupa dukungannya.. Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya juga..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
lovely
aduh kasian amat Rista udah kluar mulut harimau masuk mulut buaya smoga ada keadilan thour jangan di siksa lagi dan slma di gauli ko gak Hamill ya padhal 6 bln tuh 🥺
2022-11-28
0
mom's Azril
lanjut thor
2022-11-21
0
Authophille09
Lanjut kak, babang Arka nungguin terus loh🙆
2022-11-21
0