PESONA GADIS BERMATA HAZEL
"Plis dong Kay, jangan nangis terus gini," kata Shilla. Gadis itu bahkan menemani tidur Kayra, memastikan sahabatnya itu tidak melakukan hal yang aneh. "Gue nggak tau harus apa kalo lo gini," katanya lagi seraya memeluk kepala Kayra yang tertutup hijab berwarna putih. "Ini juga pilihan elo sendiri kan, bukannya gue mau nyalahin lo. Tapi emang elo sendiri yang ambil keputusan ini biar Mba Acha seneng disana," kata gadis itu.
Kayra menarik nafas panjang, gadis itu memaksakan senyum indah di bibir merahnya. Memandang dirinya sendiri di pantulan cermin. Dia terlihat begitu cantik pagi ini, dengan polesan tangan profesional. Namun sayangnya raut wajahnya tidak menunjukkan kebahagiaan, membuat aura Kayra tidak terpancar. "Sorry ya Shill,"
"Sorry buat apa?" tanya Shilla. "Lo nggak ada salah apapun sama gue,"
"Sorry, kalo mungkin nanti gue nggak bisa jadi ipar yang baik," Kayra tersenyum miris. "Ya elo tau sendiri gue nggak sebaik Acha Shill,"
Shilla mengusap air matanya. "Lo apaan dah Kay," kata Shilla. "Elo sama mba Acha itu sama bagi gue, kalian sama-sama baik, kalian sama berartinya sendiri," kata gadis itu lagi.
"Bantu gue ya Shill," Kayra membalikan kursinya, gadis itu menatap tepat di kedua mata Shilla yang hari ini dihiasi softlens berwarna biru, membuat kedua iris gadis itu terlihat lebih cantik dari biasanya. "Gue nggak ada tujuan lain selain buat Acha bangga sama gue Shill, gue cuma bisa meng-iyakan mau dia, tanpa mikirin apapun lagi," Kayra menghela nafas pelan. "Bahkan saat itu gue sampe lupa kalo gue juga punya Azmi,"
Keduanya diam beberapa lama, membuat riuh di lantai satu semakin terdengar jelas.
"Elo nggak ada bilang apapun sama Azmi?"
Kayra menggeleng pelan. "Nggak," jawabnya singkat. "Dan dia juga nggak ada minta penjelasan apapun sama gue," Kayra tersenyum pasrah. Senyum yang terlihat begitu menyesakan dada Shilla. "Gue juga nggak bisa kasih dia penjelasan apapun si,"
Shilla menarik Kayra ke pelukannya, menepuk pundak gadis yang sekarang menanggung beban yang pasti sangat berat. "Gue selalu ada buat elo Kay," kata Shilla.
Dia sendiri belum tentu kuat jika berada di posisi Kayra, gadis itu sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun, tujuannya baik yaitu agar sahabatnya yang sudah "pulang" lebih dulu merasa tenang karena sudah menitipkan suaminya dengan orang yang tepat. Namun tentu saja pandangan miring akan Kayra dapatkan juga, bahkan mungkin akan ada yang mengira diam-diam Kayra menjalin hubungan dengan Iqbal jauh sebelum Acha meninggal.
*****
Artar memeluk kakaknya, pemuda itu tidak bisa menahan air matanya begitu melihat Kayra dengan balutan baju kebaya berwarna putih. "Mbakk," panggilnya pelan. Dia tau jika yang Kayra lakukan hari ini bukanlah suatu hal yang buruk. "Jangan pernah ngerasa sendiri ya, elo tau kalo elo punya gue," kata Artar lagi.
Kayra mengangguk pelan. "Iya gue tau ko Ar, makasih banyak ya," katanya.
"Cerita kalo ada apa-apa ya mbak,"
"Pasti," jawab Kayra cepat.
Berbeda dengan ketika dia bersama Shilla, dengan Artar, Kayra sama sekali tidak mengeluarkan air matanya. Seolah memang dia tidak pernah menyesali keputusan yang sudah dia ambil ini.
"Lo mau tinggal disini mbak?" tanya Artar memandang sekelilingnya yang masih ramai. Meskipun pernikahan hanya dihadiri oleh kerabat dekat namun nyatanya yang datang bahkan jauh dari dugaan. "Nggak mau di rumah aja mbak?"
"Kan sekarang gue istri pak Iqbal Ar," kata Kayra. "Do'ain aja yang terbaik buat gue ya,"
"MBAKK KAYYYY," panggilan dari gadis kecil membuat Kayra dan juga Artar menoleh dengan cepat. Amel, adik perempuan mereka berdua menghambur ke pelukan Kayra. "Ko mbak Kay nggak menikah sama mas Azmi? Kenapa? Kenapa sama suaminya mbak Acha? Kenapa nggak sama mas Azmi?" tanyanyam pertanyaan yang sama sekali tidak bisa dijawab baik oleh Kayra maupun Artar.
Artar ikut berjongkok, pemuda itu berada di antara kakak dan juga adiknya. "Amel," panggilnya pelan. "Amel ikut sama mas Artar aja ya? Mbak Kay harus istirahat," katanya dengan nada yang begitu lembut.
"Mbak jawabb," kata Amel lagi. Anak itu bahkan tidak mau melepaskan pelukannya di leher Kayra. "Kenapa nggak sama mas Azmi? Amel mau sama mas Azmi mbak bukan sama mas Iqbal," kata Amel lagi.
Kayra menghapus air matanya, gadis itu menggigit bibir bawahnya pelan. "Sayang," panggilnya pada adik perempuan satu-satunya. "Amel nggak boleh ngomong gitu ya," katanya lagi seraya menghapus air mata yang menempel pada pipi gembul Amel.
"Tapi Amel maunya mas Azmi mbak, bukan mas Iqbal," katanya lagi, masih menangis dalam pelukan Acha. "Amel maunya mas Azmi mbak,"
"Tapi mba Kay udah nggak bisa sama mas Azmi Amel," kata Kayra. Gadis itu melepaskan pelukannya, memegang kedua bahu adiknya. "Jodoh itu ditangan Allah, mungkin memang mas Azmi dan mba Kay nggak berjodoh, nggak bisa seperti mamah sama papah. Yang mbak Kay minta dari Amel, Amel do'ain mbak dan juga mas Azmi disana ya. Karena Amel anak baik, do'a Amel pasti didengar sama Allah,"
"Udah ya, sekarang mas anter Amel ke mamah ya," kata Artar. Pemuda itu mengambil alih adiknya. "Gue ke mamah dulu ya mbak, lo kalo butuh apa-apa telfon aja," kata pemuda itu.
*****
Sepeninggal adiknya, Kayra termenung sendiri. Gadis itu sibuk dengan pikirannya, rentetan kalimat yang dikatakan Amel terus terdengar di telinganya. Tiba-tiba perasaan bersalah muncul, dia jelas tau betul jika Amel sangat mengidamkan sosok Azmi sebagai kakak laki-lakinya.
Azmi yang selalu mengajaknya bermain, Azmi yang selalu mengantar jemputnya ke sekolah, Azmi yang bahkan tidak jarang tiba-tiba datang ke rumah hanya untuk mengajak Amel makan diluar. Ya Amel, hanya Amel berdua dengan pemuda itu.
"Gue nggak pernah ngira mi, kalo apa yang sudah kita rencanakan dengan matang harus hancur berantakan seperti ini," kata gadis itu. Air matanya terus turun membasahi pipi tirusnya. "Ada banyak yang mau gue ceritakan ke elo, tapi ternyata gue nggak sampai hati. Gue egois, gue tau itu. Gue pengen buat Acha tenang di atas sana, tapi disisi lain sekaan gue nggak mikirin perasaan elo,"
"Kenapa kamu nggak tolak permintaan Acha?" kata Iqbal yang tiba-tiba sudah muncul di ambang pintu. "Kenapa kamu nggak tolak permintaan Acha? Kalo kamu sendiri nggak mau melakukan ini semua, kalo kamu sendiri merasa telah merugikan banyak orang. Bahkan kamu menghancurkan harapan besar Amel," kata Iqbal lagi.
Kayra seperti disudutkan oleh pemuda itu, gadis itu seperti disalahkan atas keputusan yang dia ambil beberapa waktu lalu sehingga terjadilah pernikahan yang sama sekali belum pernah terbayangkan olehnya.
"Saya nggak pernah ngira kalo kamu menyetujui permintaan Acha,"
Kayra masih diam, gadis itu masih mencoba menenangkan dirinya sendiri. Berada satu ruangan berdua hanya dengan Iqbal untuk yang pertama kalinya ternyata cukup menegangkan. Terlebih saat ini Iqbal memperlakukannya seolah dialah yang jahat disini.
"Saya nggak pernah mengira kalo ini yang Acha minta dari saya pak," kata Kayra. Suaranya terdengar jelas di telinganya. Meskipun sedikit bergetar, tapi dia berusaha untuk melindungi dirinya agar tidak terus disudutkan.
"Dan kamu langsung menyetujui permintaan istri saya?!" nadanya naik satu oktaf, membuat Kayra menggigit bibir bawahnya. "Kamu egois Kay,"
"Kenapa nggak bapak saja yang menolak? Kenapa seakan-akan aku yang salah disini. Padahal jika dipikir lagi bapaklah yang lebih leluasa untuk menolak permintaan Acha," kata Kayra. "Kenapa tiba-tiba saya yang dijadikan tersangka?" air matanya luruh begitu saja.
Tanpa menjawab, Iqbal meninggalkan Kayra sendiri. Pemuda itu sendiri juga bingung akan kelanjutan dirinya, seperti Acha membawa setengah dari dirinya untuk pergi bersama gadis cantik itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Oris Oris
dr sebelah lgsg sni kk,,😌
2023-01-05
0
Pipit Sopiah
hadir di ceritamu thor
2022-12-16
0
Sadiah
masih menyimak belom paham alur ceritanya
2022-12-15
2