Kayra menatap pantulan dirinya di cermin, setelah memasukkan semua pakaiannya ke lemari yang ada di kamar Iqbal, gadis itu tidak lantas merebahkan badannya. Melainkan duduk diam di depan cermin yang melukiskan wajah cantiknya.
Senang? Entahlah apa yang Kayra rasakan kini. Nyatanya semua terasa begitu tiba-tiba untuknya, dia yang tiba-tiba harus menikah dengan Iqbal, dan kini Iqbal yang entah kerasukan apa tiba-tiba memintanya untuk pindah ke kamar atas. Kamar yang pasti masih dipenuhi kenangan pemuda itu dengan Acha.
Tapi jika boleh jujur Kayra saat ini sudah amat bersyukur. Dia tidak berharap banyak untuk hubungan mereka berdua, namun dengan sikap baik yang Iqbal tunjukan sudah selangkah lebih baik untuk hubungan mereka berdua. Meskipun Kayra tidak tahu apakah ada tujuan lain dari Iqbal atau tidak.
"Sudah dibawa semua Kay?" tanya Iqbal yang baru keluar dari toilet yang ada di kamar ini.
Kayra menganggukkan kepalanya, gadis itu menunduk pelan begitu melihat Iqbal yang keluar dengan keadaan rambut basah. "Sudah pak, baju saya nggak banyak kok,"
"Oh masih banyak yang di rumah ya?" tanya pemuda itu.
Kayra kembali menganggukkan kepalanya, gadis itu berdiri tanpa mengatakan apapun pada Iqbal yang juga terlihat acuh.
"Mau kemana Kay?"
"Mau ke dapur pak, mau bantu bi Surti,"
Iqbal berdehem pelan. "Kapan saya boleh ketemu bapak sama ibu Kay?"
Gadis itu mengangkat satu alisnya. Bingung dengan pertanyaan suaminya yang terdekat aneh di telinganya. Untuk apa Iqbal ingin bertemu bapaknya?
"Ada perlu sama bapak pak?"
Iqbal terkekeh pelan mendengar apa yang ditanyakan Kayra. Gadis itu memanggil suami dan juga ayahnya dengan panggilan yang sama. Bapak.
"Semenjak kita menikah saya belum pernah sama sekali ketemu sama bapak sama ibu," kata Iqbal. "Meskipun mereka pasti paham apa alasannya, tapi kayaknya kurang etis aja," lanjut pemuda itu.
"Pak Iqbal tau sendiri, bapak sama ibu ada di rumah terus. Dan kalaupun lagi nggak ada di rumah pasti ada di toko," jawab Kayra. "Mereka bisa ditemu kapan aja,"
"Besok bisa?"
Kayra mengangguk. "Bisa," jawabnya. "Ada hal penting yang mau diobrolin sama bapak pak?" tanya Kayra yang sudah begitu penasaran dengan maksud dan tujuan Iqbal.
"Ada," jawab Iqbal singkat, padat dan jelas. "Kamu ikut ya,"
"Aku?"
"Iya,"
"Kenapa?"
"Biar tetangga nggak ada yang gosipin lagi," jawab Iqbal. "Kasihan kan bapak sama ibu kalo dapet gosip yang nggak bener,"
"Gosip apa yang nggak bener?"
"Kamu tau sendiri lah Kay," jawab Iqbal.
Ah iya, akhirnya pemuda itu sadar jika Kayra menjadi bahan gunjingan tetangganya. Apalagi jika bukan karena menikah dengan mantan suami sahabatnya sendiri. Dan apa kabar ibu? Apa ibu juga masih mendapatkan cibiran itu ketika ikut pengajian?
Terakhir kali Kayra mendapat kabar dari adik laki-lakinya, Artar. Dia mengatakan jika ibu menangis sepulang dari pengajian karena tetangga mereka menggosipkan Kayra tepat di hadapan ibu.
"Kenapa nggak pernah cerita sama saya Kay?"
"Cerita apa?"
"Kalo ibu sama bapak jadi bahan gunjingan tetangga," jawab Iqbal hati-hati.
"Emang bapak mau tau?"
Skak mat. Satu kalimat yang meluncur dari bibir Kayra tepat mengenai ulu hati Iqbal. Ya, awalnya dia juga sama sekali tidak ingin tau menahu mengenai apa yang terjadi dengan Kayra. Catat, hanya dengan Kayra. Tapi jika sudah menyangkut keluarga, Iqbal pasti akan luluh juga. Terlebih ini ibu, perempuan yang juga sudah dianggap ibu sendiri oleh mendiang istrinya.
*****
Untuk pertama kalinya, semenjak pernikahan mereka yang digelar satu bulan yang lalu mereka tidur di ruangan yang sama dan juga berbagi ranjang yang sama. Keduanya saling memunggungi satu sama lain, bahkan Kayra dengan sengaja meletakkan guling di tengah-tengah mereka sebagai batasnya.
"Aku boleh matiin lampunya?" tanya Kayra. Karena gadis itu tidak bisa tidur jika lampunya terlalu terang.
Tanpa membuka matanya Iqbal mengangguk pelan. "Silahkan," jawabnya.
Hening, hanya hening yang menyelimuti mereka berdua. Kayra memejamkan matanya, tapi gadis itu berkali-kali membuka matanya juga. Dia melirik Iqbal pelan, apakah pemuda itu sudah tertidur dengan mudahnya?
"Saya boleh tanya?" Suara Iqbal benar-benar mengejutkan Kayra yang sedang menatapi pemuda itu. "Saya tahu kamu belum tidur Kay,"
"Tanya apa?"
"Hubungan kamu sama Azmi gimana?" tanya Iqbal.
"Saya nggak ada hubungan apa-apa sama Azmi,"
"Anak kecil aja tau kalo kalian ada sesuatu," jawab Iqbal.
Kayra diam, membiarkan Iqbal mengatakan apapun yang pemuda itu inginkan.
"Dia juga nggak dateng ke pernikahan kita kan?" tanya Iqbal lagi. Dia ingin sekali menanyakan hal ini dari lama pada Kayra. Tapi selalu diiringi karena dia yang sudah di terlanjur tidak menyukai gadis yang saat ini sedang berbaring di sampingnya, tempat yang dulu diisi oleh Acha.
"Dia nggak tau kalo kita nikah," kata Kayra. "Aku nggak kasih tau dia,"
"Saya yang kasih tau dia Kay," jawab Iqbal cepat. Pandangan mereka bertemu dengan Kayra yang mengerutkan keningnya bingung. "Aku yang ngasih tau dia kalo kita mau nikah, dengan harapan dia bisa menggagalkan pernikahan kita," jawab Iqbal jujur. "Tapi ternyata dia malah pergi entah kemana,"
"Pergi?"
Iqbal mengangguk. "Jangan bilang kamu juga nggak tau?" tanya Iqbal.
Kayra mengangguk pelan. "Pergi kemana?" tanyanya ingin tau. Sedangkan baru saja beberapa Minggu yang lalu Amel bilang kalo Azmi baru saja berkunjung ke rumah mereka.
"Saya nggak tau, dan nggak ada yang tau," jawab Iqbal.
"Tapi kata bapak dia ke rumah?"
"Ke rumah?" tanya Iqbal membeo.
"Iya," jawab Kayra. "Bahkan kata ibu juga dia sempet pergi sana Artar sama Amel,"
Iqbal menggeleng pelan. "Aku boleh tanya satu pertanyaan lagi?"
"Silahkan,"
"Kalau suatu saat nanti Azmi balik lagi gimana?"
"Gimana apanya?" tanya Kayra bingung sendiri. Sebenarnya apa yang diinginkan Iqbal. Pemuda itu terus saja menanyakan perihal Azmi. "Aku sama dia udah berbeda jalan, keadaan udah nggak sama lagi. Jadi apa yang harus aku bingungin?" tanya Kayra balik bertanya.
"Saya tahu kamu masih cinta sama dia Kay,"
"Saya cinta atau tidak sama dia itu urusan saya," jawab Kayra tegas. "Saya aja nggak pernah mempermasalahkan apakah bapak masih mencintai Acha atau tidak. Terus apa sekarang perasaan saya ke Azmi jadi permasalahan juga?" tanya Kayra sebelum gadis itu benar-tidaknya membalikan badannya dan memejamkan matanya. Air matanya meluruh, mengingat kenangan yang pernah mereka habiskan bersama. Siapa sangka dia yang dulu mendambakan Azmi untuk jadi teman hidupnya ternyata kini tidur di ranjang yang sama dengan mantan suami sahabatnya. Bahkan dia kini tidur di tempat dimana Acha biasa merebahkan tubuhnya.
"Maaf Kay,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments