"Gimana kabar kamu?" tanya seorang gadis pada Azmi yang masih diam mematung. Setelah hampir satu tahun mereka tidak bertemu bahkan Azmi sendiri tidak tau dimana keberadaan gadis itu, dan kini tanpa disengaja keduanya dipertemukan. "Kayra baik kan?" tanyanya lagi.
"Alhamdulillah baik Ra," entah untuk pertanyaan yang mana Azmi menjawab demikian, yang jelas dirinya tidak dalam keadaan yang bisa disebut baik.
Clara. Gadis itu bernama Clara, perempuan yang membuat dirinya dan Kayra dekat. Karena musibah yang menimpa Clara, dia dan Kayra semakin dekat, bahkan hampir setiap hari keduanya bertemu.
"Aku turut berduka cita ya mi," kata Clara lagi. "Waktu Acha meninggal aku pengen banget dateng ke pemakaman, tapi nggak bisa karena mamah yang saat itu belum bisa ditinggal dan juga anak aku yang belum bisa dibawa kemana-mana," jawab Clara.
Azmi mengangguk memaklumi. "Iya nggak papa Ra, do'anya aja buat Acha,"
Clara berdehem pelan. "Dan untuk Kayra-" kata gadis itu, kalimatnya tertahan di tenggorokan. Menunggu reaksi yang akan Azmi tampilkan. "Kamu yang sabar ya Mi, aku tau kalo kamu sayang banget sama Kayra," kata Clara.
Azmi tersenyum kecil. "Tapi emang gue sama Kayra nggak jodoh Ra," jawab Azmi apa adanya. Meskipun dia sendiri menolak apa yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Aku tau Kayra gadis yang baik mi, bukan cuma aku. Tapi orang diluaran sana juga pasti setuju sana apa yang aku bilang," kata Clara. "Kayra cantik, baik, pintar, berwawasan luas. Makanya itu banyak yang suka sama dia termasuk kamu," katanya lagi. Gadis itu menatap lurus Azmi yang kini menunggu kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Clara. "Tapi kamu juga nggak kalah baik dari Kayra mi, kamu baik, kamu pintar, mapan, wawasan kamu luas. Dan-" Clara ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Dan apa?" tanya Azmi, kedua lengannya dia lipat di atas meja.
"Dan kamu juga ganteng," jawab Clara hati-hati.
Azmi terkekeh kecil, pemuda itu tidak mengelak apa yang dikatakan oleh Clara. Dia sendiri juga mengakui jika dirinya tampan. "Kalo itu emang gue sadar si Ra," jawab pemuda itu.
Clara terkekeh geli. "Nggak ada yang berubah ya dari kamu," kata Clara. "Masih suka narsis aja," kata gadis itu lagi.
"Ya gimana lagi coba," jawab Azmi. "Kalo nggak gitu gue nggak bisa liat senyum lo dong," kata Azmi lagi yang membuat Clara tersenyum tertahan.
"Apaan deh kamu,"
"Sejak kejadian itu elo benar-benar cuma di Jogja Ra?" tanya Azmi. "Nggak ada sekalipun elo ke jakar?" tanyanya lagi.
Clara menggeleng pelan. "Nggak," jawab gadis itu pelan. "Belum berani aku, dan aku pikir Jogja emang tempat paling aman buat aku, mamah dan anak aku," katanya lagi.
Azmi mengangguk paham, dia tau pasti sangat berat trauma yang dialami oleh Clara. "Jadi kamu ngerawat anak kamu sama Tante sendiri?"
Clara menggeleng pelan, dia mulai menyiapkan kue greentea yang tadi dia pesan sebelum menjawab pertanyaan dari Azmi. "Nggak, Kayra sana Acha nyariin aku asisten rumah tangga. Yang bantu aku semuanya," jawab Clara. "Bukannya kamu tau?"
"Nggak tau Ra, mereka berdua nggak ada kasih tau gue apapun," jawab Azmi jujur. Untuk masalah tempat tinggal Clara memang tidak ada yang tau kecuali Kayra dan Acha. Karena itu merupakan ide yang dipakai Acha untuk melindungi Clara dan keluarga gadis itu. "Sorry ra gue mau tanya,"
"Tanya apa?"
"Kenapa lo nggak cari pasangan disana? I mean mungkin saat elo punya pasangan bakal buat hidup lo lebih berwarna lagi. Meskipun gue sendiri juga tau pasti sekarang keadaan elo, anak lo sama Tante juga udah jauh lebih baik kan? Tapi nggak ada salahnya kan lo cari pasangan yang satu visi misi. Biar lo juga bisa shareing masalah lo ke pasangan lo, dan nggak cuma numpuk di elo sendiri," kata Azmi.
"Yang satu visi misi kan?" tanya Clara. Azmi mengangguk kecil. "Mungkin kalo kamu minta aku buat cari pasangan biar bisa berbagi masalah yang aku punya akan jauh lebih gampang dibandingkan harus nyari pasangan yang satu visi misi." Clara terkekeh pelan. "Susah banget mi, cari pasangan yang kaya gitu. Disaat sini ngiranya udah cocok semua, eh ternyata dianya nggak ada rasa sama sekali. Kan ya nyesek nggak si?"
"Jadi udah pernah ada yang cocok nih?"
Clara mengangguk kecil. "Iya, aku aja udah kasih semuanya ke dia. Tapi yang dibilang kebanyakan orang emang bener, seberengsek berengseknya laki-laki pasti mau pendamping yang baik pula. Mana saingan aku langsung spek bidadari, ya jelas kalah lah aku ini,"
"Serius Ra? Lo udah deket banget dong sama dia?"
"Mi," panggil Clara pelan. "Jangan bilang kamu nggak tau siapa yang aku maksud?"
Dengan polosnya Azmi menggelengkan kepalanya. "Emang gue kanal Ra?"
"Kenal banget lah,"
Azmi diam sebentar. "Jadi lo masih ada perasaan sama bang Iqbal?" tanya Azmi.
Tawa Clara pecah, air matanya bahkan keluar karena pertanyaan polos yang Azmi tanyakan. Gimana bisa dia menyebutkan nama laki-laki lain, sedangkan yang dibicarakan Clara sejak tadi adalah dirinya dan gadis pujaannya. Tapi Azmi tidak sepenuhnya salah, karena Iqbal juga pernah menjadi satu-satunya laki-laki yang dia cintai, dan dia juga sudah memberikan semuanya ke pemuda itu.
"Udah deh lupain topik itu," kaya Clara. "Yang jelas sekarang aku cuma mau fokus ke anak sama mamah aku aja, cuma mereka keluarga yang aku punya," kata Clara. "Meskipun sampai nanti aku nggak punya suami juga bukan masalah besar buat aku, asalkan mamah cepet sembuh dan selalu ada sama aku, semuanya akan selesai dengan baik," jawab Clara. "Kayaknya yang perlu dibahas bukan aku deh mi," kata Clara lagi. "Tapi kamu," kata gadis itu lagi sambil terkekeh pelan.
"Hidup aku masih sama Ra, masih kaya dulu aja. Cuma ya bedanya sekarang makin sepi aja," jawab Azmi jujur.
"Diluaran sana masih banyak perempuan seperti Kayra mi, kamu nggak seharusnya merasa seperti ini dan membandingkan diri kamu sama mas Iqbal,"
"Emang banyak perempuan diluaran sana yang kaya Kayra Ra, tapi mereka bukan Kayra," jawab Azmi dengan jelas.
*****
"Kamu nggak mau tanya apa saya obrolin sama Azmi?" tanya Iqbal ketika keduanya sudah siap dengan sarapan yang ada di atas meja.
"Enggak pak," jawab Kayra cepat. Meskipun dirinya sangat ingin tau apa yang Iqbal bicarakan dengan Azmi, tapi dirinya berusaha sekeras mungkin agar tidak keceplosan menanyakan hal itu.
"Meskipun kamu sudah jadi istri saya, tapi nama kamu masih jadi topik yang buat Azmi selalu semangat Kay," kata Iqbal. "Saya nggak tau harus cerita sama kamu atau enggak, tapi ada sedikit rasa kurang suka ketika dia selalu menunjukan ketertarikan saat nama kamu disebut,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sadiah
cieee mulai cemburu nie iqbal,,
2022-12-16
1