Tak terasa hari sudah mulai sore, pekerjaan mereka telah usai. Lenna dan Diva telah merapihkan seluruh sudut kamar Laki-laki. Vina dan Rena yang dibantu Geysa juga telah selesai dengan pekerjaannya. Della, Laura, dan Laras juga demikian, merombak susunan barang di dapur dengan berusaha senyaman mungkin untuk digunakan. Mereka meletakan barang-barang yang Fian kumpulkan di sudut ruangan.
Kini, isi ruangan UKS menjadi lebih nyaman ditempati, juga telah dihilangkan dari bau obat-obatan. Mereka semua beristirahat. khusus untuk kelompok 1 (tim Kean), mereka akan mempersiapkan diri nanti malam.
,,,,,,,,,,,,,,
Hari yang menegangkan bagi kelompok 1 pun tiba. Sebelum pergi, mereka semua memulai sarapan terlebih dulu.
Sarapan di lakukan dengan bincang-bincang mengenai rencana yang akan mereka jalankan. Kean meminta seluruh kawannya agar mengikuti instruksinya.
"Dengar baik-baik!!!" Kean mulai membuka suaranya. Semuanya mengalihkan perhatian pada Kean. Tatapan serius itu membuat Kean terdiam.
"Sebelum aku lanjut bicara, bisakah kalian tak menatapku seperti itu? Kalian membuat aku takut." Ujar Kean sembari terkekeh. Semua yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas dan melanjutkan makan mereka. Ada juga yang memprotes Kean, Dean lah orangnya.
"Bisakah kau sedikit lebih serius?"
"Tapi terlalu serius seperti tadi bisa membuat orang takut."
Rian, Kevin, dan Chandra tertawa melihat tingkah Dean dan Kean. Keduannya merupakan teman dekat, jadi wajar bila sering seperti itu.
"Hahh.... baiklah, aku akan melanjutkan ucapanku. Jadi hari ini adalah hari yang cukup menegangkan bagi yang baru memulainya. Bila kalian berhadapan langsung dengan para Reyns, usahakan serang kepala mereka! Anggota tubuh yang lain telah mati. Jadi mereka tak lagi memiliki rasa sakit. Hanya kepala yang merupakan kelemahan mereka! Hal ini juga berlaku pada monster." Ujar Kean. yang lain mendengarkannya dengan cermat.
"Seperti yang kalian ketahui, monster memiliki taring, cakar tajam, juga memiliki tubuh yang lebih besar dari pada reyns lainnya. Ia juga tampak lebih pintar dan memiliki insting yang kuat. Hal ini terbukti saat aku berhadapan dengan salah satu monster yang sedang terpojok, ia berusaha berlari dan mencari jalan keluar. Sedangkan reyns, mereka hanya mengejar mangsanya tanpa memikirkan hal tersebut. Jadi, aku harap kalian lebih berhati-hati bila bertemu dengan sejenisnya." Tambah Fian.
"Untuk saat ini belum ada nama pasti untuk menyebutnya. Sepertinya itu adalah jenis reyns yang bermutasi. Entah Reyns dari jenis apa. Namun dilihat dari penampilannya, monster itu merupakan mutasi dari reyns jenis hewan." Pendapat Charlie. Mereka membenarkan ucapan Charlie. Karena mulai dari cara mereka jalan, menyerang, dan lainnya persis seperti binatang.
"Intinya, sebisa mungkin hindari pertemuan dengannya. Dan bila terpaksa, hancurkan kepalanya!"
Dean menambahkan dan diangguki oleh Charlie.
"Baiklah, terima kasih atas infonya! Sepertinya kita perlu nama untuk kelompok ini. Bagaimana jika Team Survei? Sesuai dengan namanya, tugas kita adalah menjelajahi setiap tempat dan lorong yang ada agar dapat digunakan ketika kita berada dalam keadaan genting." Kean mengajukan idenya. Fian mengangguk diikuti Brayen dan Farel. yang lain juga ikut setuju dengan keputusan itu. Mereka akhirnya sepakat dengan nama baru kelompok itu. Akhirnya mereka dapat melanjutkan sarapan.
,,,,,,,,,,,,,,,,
Jam telah menunjukan pukul 8.00, mereka semua telah berkumpul di ruang santai. Beberapa dari mereka nampak tengah menenangkan hati. Ada rasa gugup jika harus bertemu lagi dengan reyns di luar sana.
"Sekali lagi ingat! Ini adalah latihan uji mental. Nasib kalian semua berada di tangan masing-masing! Kalian tidak bisa terus bergantung pada orang lain. Usahakan bisa menjaga diri kalian sendiri. Bila tak bisa menjaga orang lain, setidaknya diri sendiri!" Kean memberi sedikit arahan kepada anggotanya.
Laras terlihat tegang, ia memegang sebuah pedang yang diberikan oleh Fian semalam. Pedang bermata dua yang hampir sama dengan milik Kean. Dari belakang Della merangkul pundaknya agar lebih tenang. Laras tersenyum hambar ketika menatap Della.
"Keep calm, ok!" Della melingkarkan jarinya sehingga membentuk isyarat "OK". Laras mengangguk lalu kembali menghadap ke depan. Ia sempat melirik Fian sejenak, Fian tampak tenang memandangi Kean yang sedang memberi arahan. Dirinya merasa menyesal tak bisa satu team dengan Fian.
"Semuanya, periksa kembali peralatan kalian!" Masing-masing mengikuti arahan Kean. Dengan cekatan mereka mengecek segala benda yang akan dibawa.
Setelah semua siap, Kean dan timnya melangkah menuju pintu.
"Lenna!!! Jangan mati! Hutangmu minggu lalu belum lunas!" Ejek Rena. Lenna menoleh dan menggerutu. Tatapan sinis mengarah padanya. Rena terkekeh geli melihat tingkah kawannya yang seperti itu.
Kini tim Survei 1 telah ke luar ruangan. Mereka mulai menelusuri koridor di depan mereka. yang lain mengantar mereka sampai di depan pintu.
"Aku harap mereka baik-baik saja!" Vina menatap kepergian para rekannya.
"Aku tak pernah meragukan kemampuan Lenna. Kau tenang saja, Mereka pasti kembali dengan selamat." Rena pun meyakinkan Vina yang harap-harap cemas di sampingnya.
,,,,,,,,,,,,
Langkah demi langkah telah mereka tempuh. Pemandangan di depan masih sama seperti sebelumnya. Darah dan mayat yang berserakan.
Dengan hati-hati, Kean dan timnya melewati kumpulan tubuh itu. Meneliti tiap tubuh, khawatir jika ada dari mereka yang masih hidup dan menyerang secara tiba-tiba.
"Ada baiknya kita buang semua sialan ini!" Kevin menggerutu kesal. Menendang kepala reyns yang bersender di dinding.
"Vina memang hebat, tapi cukup menyulitkan." Balas Chandra.
"Apa?? Vina? Maksudnya?" Brayen mengernyitkan dahinya. Ia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Vina yang telah membunuh mereka semua. Eeh... lebih tepatnya sifat lain dari Vina. Apa kau lupa saat pertama kali kalian datang dan membantu kami?" Jawab sekaligus tanya Kevin. Brayen tampak berfikir sejenak. Mengingat kejadian saat Fian, Vina, dan Kean membunuh 2 monster bersamaan membuatnya sedikit percaya.
Singkat cerita mereka telah sampai di tangga. Mereka memilih menuju atas terlebih dulu karena lantai atas sepertinya agak aman. Laras melirik Laura dan Lenna. Laura masih tegang dan terus siaga memegang senjatanya yang berupa sebuah pedang pendek. Sedangkan Lenna, ia masih santai namun tetap waspada. Tongkat baseballnya kini diganti dengan dua buah celurit panjang milik Fian.
Di awal lantai 7, mereka tak mendapati apapun. Hanya bercak darah yang tertinggal di sana. Mereka mengecek satu persatu ruangan yang ada, meja dan kursi semuanya tampak kacau. Tapi dibandingkan dengan lantai bawah di sini jauh lebih baik karena hanya satu-dua kaca saja yang pecah dan lainnya hanya nampak bercak darah.
Di ruangan kelima, mereka mulai mendapati beberapa Reyns yang sedang bolak-balik tak karuan. Sekali-kali terdengar suara erangan dari mereka.
"Argghhhh...... "
sreettt.., sreett...,
"Grrrraa!!!"
kean berhasil menebas Reyns yang berlari ke arahnya. Lenna dengan sigap memainkan celuritnya.
Srakkkk....
"AAARRRGGGHHH.!!!!!!"
Lentingan demi lentingan terdengar dari ruangan itu. Laras yang awalnya takut kini mulai yakin. Ia mulai berani menebas leher Reyns yang berusaha mendekatinya.
ZREEKKK....
brukkhh.!!!
Tubuh reyns yang menyerang Laras terjatuh Ke lantai.
"Yeaahhhh akhirnya aku berhasil" Laras gembira melihat mayat Reyns yang tergeletak tak bernyawa. Ia kemudian kembali menebas Reyns lain yang datang menyerangnya.
Laura melihat peningkatan pada Laras membuatnya semakin semangat dan ikut memberanikan diri untuk memberantas para Reyns yang ada. Nampaknya nyali Laura ikut terpancing.
Kevin, Charlie, Brayen, dan Chandra bertugas di luar untuk menahan reyns yang mulai berdatangan akibat suara-suara lentingan. Dengan mudah, mereka telah menumpas seluruh Reyns yang menyerang.
"Hufffttt.... kau hebat Laura!" Puji Laras yang lelah.
"Kau juga sama hebatnya" Laura tersenyum lalu bangkit dari duduknya untuk kembali melanjutkan jalan.
"Cukup istirahatnya, mari kita lanjutkan perjalanan! Kita harus kembali sebelum sore tiba." Kean mengingatkan yang lain. Mereka kembali bangkit dan melangkah ke luar. Sekitar 20 ekor Reyns telah tergeletak di lantai.
"Hufftttt... hasil yang lumayan" gumam Laura tersenyum.
..
Kean dan timnya kembali melanjutkan perjalanan. Di perjalanan mereka hanya ada beberapa ekor Reyns yang menghadang. Mereka sangat beruntung karena tidak mendapati banyak hambatan di sana.
Sebuah persimpangan koridor kini terlihat di depan mereka. Kean memilih arah kanan terlebih dulu.
Kean mempercepat langkah mereka agar segera sampai di tempat tepat waktu. Barang yang berguna ia masukan ke dalam ransel. Beberapa makanan juga tak lupa mereka kemasi.
"Sepertinya hanya tinggal menunggu waktu saja untuk kita keluar dari gedung ini. Karna makanan di sini sangat terbatas. Kita perlu mencari toko atau warung yang menyediakan banyak bahan makanan." Kevin membuka percakapan. Ia melirik Kean yang masih fokus meneliti jalan.
"Kau benar, di samping kita melakukan penelusuran ini, kita juga harus mencari jalan keluar yang mudah untuk kita gunakan." Charlie membenarkan ucapan Kevin.
"Kalian harus mengikuti cara kami!" Brayen tersenyum. Charlie dan Kevin berpandangan sejenak lalu mereka ikut tersenyum. Lain halnya dengan Chandra, ia malah berubah pucat ketika mendengarnya.
"Hey....apakah tak ada jalan lain?" Chandra bertanya penuh harap. Kevin yang mengingat kalau Chandra takut ketinggian menyeringai jahat.
"Jika kau ingin menjadi makan siang bagi mereka, ya.... aku tak masalah."
Kevin tersenyum jahat. Chandra hanya bisa pasrah dengan keputusan yang positif terjadi nanti. Brayen yang melihat keduanya tampak heran. Namun ia segera mengerti ketika Kevin memainkan alisnya sembari mengeluarkan senyum khasnya.
"Ya ampunn.... kau jahil sekali Kevin!" Brayen terkekeh melihat dua teman barunya itu.
Di tengah candaan mereka, Kean nampak menemukan sesuatu. Ia menghentikan langkahnya.
"Eee... apakah kalian tidak ingin melihat ini?" Kean berhenti mendadak. Ia menunjuk ke arah depan.
Hal yang ditakuti mereka ternyata terjadi. Mereka harus berhadapan dengan 3 ekor monster yang menghadang. Laras dan Laura terkejut, mereka mundur beberapa langkah dengan digantikan Lenna yang segera melindungi kedua temannya itu.
"Cuihh.. sedikit menghambat!" Brayen kesal dengan kedatangan monster yang tidak diundang itu.
"RAAWWRR.!!!!!"
Sebuah serangan mulai dilancarkan oleh ketiga monster itu. Mereka berlari dan berusaha menerjang Kean dan timnya.
"Kalian! Serang bagian kiri monster dan aku bagian kanan." Kean dan timnya membelah barisan, menyisakan ruang di tengah koridor. Di sana ada Lenna yang bertugas memancing datangnya monster itu.
JRATSS....
"Arrrrggghhhh!!"
BRUKHH!!!
Kean berhasil memotong kedua kaki salah satu makhluk itu. Disusul Chandra yang membelah kepalanya dengan sadis.
"GGRRRR!!!"
Jlebbb....
"ARGKK!!!"
Charlie menerjang tubuh monster kedua dengan menusukkan pedangnya tepat di dada. Hal itu dimanfaatkan oleh Kevin dan Brayen yang segera menahan tubuh monster lalu memotong tubuhnya menjadi 2 bagian.
Monter ketiga berhasil ditahan oleh Lenna yang dengan sigap mengayunkan celuritnya ke arah perut. Ia berusaha menghindari tiap cakaran yang dikerahkan oleh monster itu. Lidahnya terus berusaha menggapai tubuh Lenna.
"Ahhh.... SIAL!!" Rutuk Lenna di tengah sulit.
CRATSS!!!
kepala monster itu terpenggal. Tubuh monster ambruk. Terlihat Laras yang sedang berdiri memegang pedangnya di belakang monster tadi. Ia tampak terengah-engah dan tubuhnya bergetar hebat.
Lenna tersenyum lalu bangkit. "Kau hebat Laras! Terima kasih telah menyematkan nyawaku!" Ucapnya tulus. Laras tersenyum lalu mengangguk senang. Ia telah berhasil membunuh seekor monster walaupun tubuhnya tak henti menggigil.
Ketiga monster itu terlegeletak di lantai. Mereka semua kembali melanjutkan perjalanan untuk mencari gudang penyimpanan.
Setelah melangkah cukup jauh, akhirnya mereka menemukan sebuah gudang. Mereka memasuki ruangan itu lalu menggeledah seluruh isinya.
"Apakah di sekolah selalu menyimpan barang-barang unik?" Tanya Laras saat melihat dua buah kunai yang terpajang di sana.
"Entahlah....., namun nampaknya sekolah ini ingin membangun museum sendiri."
Jawab Laura yang masih mencari benda-benda berguna. Laras mengangguk paham, lalu ia memasukkan dua kunai tadi ke dalam ranselnya.
Laras melirik ke arah kanan, Di samping Laras tampak Lenna sedang memegangi sebuah perisai mini. Lalu ia menggantungkan perisai itu di punggungnya.
"Heyy.... look this!" Brayen memamerkan sebuah samurai yang ditemui. Mata Samurai itu nampak berkilau terkena sinar matahari.
"Di mana kau mendapatkannya Brayen?" Mata Kevin berbinar. Setelah ditunjukan tempatnya oleh Brayen, ia segera melesat pergi lalu memburu alat-alat tempur itu.
"Lebih baik kita istirahat sejenak di sini! Perut kita perlu diisi. Pergulatan tadi pastinya menguras banyak tenaga." Charlie mengingatkan rekan-rekannya.
"Kau betul Charlie, aku sudah lapar sekarang." Ucap Chandra sembari terkekeh. Kean tersenyum lalu menganggukan kepalanya pelan.
"Baiklah, setelah mengemasi benda yang berguna, kalian bisa beristirahat. Bagaimana jika kita ambil waktu sekitar 30 menit? Soalnya kita harus secepatnya kembali ke UKS." Terang Kean, rekan setimnya mengangguk paham. Mereka lalu beristirahat sejenak di ruangan itu.
...***********...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments