"Fian, apakah kamu mendengarnya?" tampak seorang remaja yang sedang bertanya tentang suara dentuman itu pada salah satu temannya. Pria yang bernama Fian pun menoleh, mengangguk kecil sembari mengembalikan tatapannya.
"Ya. Aku juga mendengar suara itu. Tampaknya telah terjadi kecelakaan lalu lintas."
Tatapan mata birunya terus menghadap pada jendela kaca yang terletak di sampingnya. Tampaknya ia juga sedang mengamati kejadian tersebut.
Fian bangkit dari tempat duduknya dan melangkah lebih dekat dengan jendela. Sepertinya hal yang mengejutkan akan dimulai. Hatinya berdegub kencang seakan mendapatkan sinyal bahaya. Ia masih dalam keadaan siaga dan siap dengan segala apa yang akan terjadi. Ia pun kembali dan segera menggendong tasnya di pundak.
"Aku harus tetap waspada. Bagaimanapun ini akan terasa lebih sulit. Nampaknya bahaya sedang mendekat." Gumamnya. Posisinya kini kembali memantau kekacauan yang terjadi. Ia berusaha untuk tetap tenang. Diliriknya Brayen yang juga ikut memandangi jendela bersama kawan lainnya.
"Aku harus berusaha menyembunyikan rasa aneh ini agar yang lain tidak panik." Ia pun mengalihkan pandanganya pada layar Handphone. Ia terdiam begitu menatap layar hitam berbentuk persegi panjang di tangannya.
Sepertinya dugaanku benar. Ini akan terasa lebih sulit. Batinnya ketika melihat sekilas beberapa berita yang muncul di notifikasi layar handphone miliknya.
..........
Dean yang melihat ekspresi Kean pun seakan tau isi hatinya. Ditepuknya pundak Kean untuk menangkan.
"Tenang kawan, kupastikan semua baik-baik saja."
Kean hanya bisa mengangguk walaupun hatinya masih sangat bingung dan pastinya penuh dengan pertanyaan yang belum bisa dijawab.
Derrrtttt.....
Kean segera membuka Handphonenya yang bergetar. Ia sangat terkejut melihat puluhan notifikasi di layar.
"ohh shiittt..... Sepertinya ini memang bukan peristiwa biasa." umpatnya.
Dean yang terkejut langsung melihat handphone miliknya juga. Dengan ekspresi heran ia membaca sekilas semua berita yang ada di notifikasi yang memberitakan tentang kejadian serupa di beberapa daerah. Di mana sebagian orang berlagak layaknya kanibal yang terus menyerang mangsanya.
Segera Dean dan Kean beradu pandangan. Mereka berdua nampak berfikir. Mungkinkah kejadian besar akan terjadi?
"Kita harus segera pergi Dean!" Dean mengangguk dan segera memanggil teman-temannya.
"Hey Chandra! panggil yang lain untuk pergi dari sini! Sepertinya ad....."
"ARRHHHHHH....!!!!"
kata-kata Dean terpotong oleh lentingan suara orang teriak. Diliriknya kondisi di luar jendela. Semua orang yang mengerubungi kecelakaan mendadak bubar dan berlarian tanpa arah.
"Terlambat....." raut wajah Kean menunjukan antara cemas dan menyesal. Nampaknya kekacauan yang sebenarnya baru dimulai. Para warga yang telah menjadi kanibal terus berlarian menyerang manusia lain.
"Sepertinya kita harus pergi!" Ajak Dean yang membuyarkan lamunan mereka. Chandra mengangguk dan memanggil temannya yang lain. Setelah semuanya berkumpul, mereka segera pergi menuju lantai bawah.
Buukkk....
Kean yang terburu-buru tanpa sengaja menabrak salah satu teman kelas yang terkenal paling pendiam jugaa tertutup di kelas, Charlie.
"Hey Kean, jangan ke sana!" Cegahnya. Kean yang terheran hanya dapat mengerutkan keningnya.
"Bukannya di sana jalan keluar?"
"Sekarang sudah bukan lagi."
Kean yang masih terheran hanya bisa terpaku mendengarnya.
"ARRGHHHHH....."
BRUKKKKHHH....
Lamunan Kean terbuyar dengan suara dobrakan dan teriakan dari lantai bawah. Ia reflek menarik lengan kawannya untuk naik. Siswa pendiam itu masih saja terpaku dan masih memandang tangga turun.
"Charlie, ayo naik!"
Ditariknya tangan Charlie, Charlie yang tubuhnya terasa tertarik reflek menoleh ke arah tarikan itu yang ternyata bersumber dari tangan Kean. Tidak mau membuang waktu lama, Charlie segera menyusul yang lainnya untuk naik.
..........
"ARRGHHH....!!!"
BRRUKKKHH...
Suara teriakan disertai dobrakan pintu gerbang juga terdengar dari salah satu kelas di lantai 2 gedung pertama. Hanya terdapat 3 orang gadis di sana. Sedangkan yang lainnya telah keluar dari ruangan untuk melihat apa yang terjadi. Tampak seorang gadis yang sedang menenangkan temannya.
"Aku takut Lenna!" ujar salah satu gadis yang meringkuk di sudut.
"Kau tenang dulu ya Diva! Aku jamin pasti aman kok!"
Ditenangkannya gadis yang kini masih menangis takut. Hati seorang gadis yang bernama Lenna itu terus bertanya tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi. Jantungnya berdegub kencang ketika mendengar teriakan para kanibal yang sepertinya telah mengepung halaman sekolah. Ia berusaha untuk tetap tenang.
Lenna terus berpikir untuk menemukan jalan keluar.
Jika kita turun sekarang, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kita akan berhadapan dengan makhluk itu. Namun kita juga tidak bisa terus disini. Ahh... Ya. Satu-satunya jalan adalah naik ke lantai atas. Lenna berpikir dengan keras dan akhirnya menemukan jawabannya.
"Hey kalian semua harus tenang! Kita akan mencari jalan keluarnya. Rena, kau cari alat untuk berjaga-jaga. Bagaimana pun kita harus siap dengan apapun yang terjadi. Aku akan mengumpulkan barang berguna lainnya." Lenna memberikan intruksi pada temannya. Gadis yang disebut dengan nama Rena itu mengangguk dan segera melakukan apa yang diinstruksikan. Syukurlah ternyata Rena nampak biasa, tidak setegang Diva sekarang.
"Tunggu sebentar ya! Aku akan segera kembali." Diva hanya mengangguk lemah. Lenna segera beranjak pergi mencari barang yang dicari. Ia segera menjelajah seisi kelas. Ada dua ruangan di kelas itu. Salah satunya sebagai gudang kelas yang sedang dijelajahi oleh Rena.
Lenna menggeladah seluruh tas siswa yang ada dalam kelas. "Keadaan telah kacau. Mungkin benda2 ini tak akan digunakan lagi." Gumamnya.
Setelah berhasil mengumpulkan barang-barang, ia mendapatkan beberapa botol air minum, bungkusan snack, dan beberapa bungkus roti. "Ucapan maaf sepenuhnya aku ucapkan untuk orang yang aku ambil barangnya." ucap Lenna sembari terkekeh. Lenna mengambil salah satu tas berukuran sedang untuk menyimpan barang yang ia dapatkan.
"Bagaimana Rena? Apa yang kau dapatkan di sana?" tanya Lenna ketika sampai di tempat Diva.
Rena memamerkan barang buruannya yang berupa beberapa bilah pisau, 2 ikat tali tambang, serta tongkat baseball. Lenna segera mengambil dua buah pisau berukuran panjang. "Aku akan bawa yang ini." Lenna mengangkat pisau berukuran panjang dengan ukiran layaknya batik di belakang mata pisaunya yang tajam. dua pisau itu tampak sempurna dengan sarung pisau yang berukir. Lenna telah siap dengan bawaannya.
"Rena, kau yang membawa pisau-pisau itu. Aku memilih membawa tongkat ini". Tawar Diva.
"Ok siap!" jawabnya santai.
Mereka semua sudah siap dengan bawaanya masing-masing. Lenna menatap 2 ikat tali tambang yang tergeletak di lantai. "Sepertinya ini berguna" gumamnya sembari memasukan tali itu ke dalam tas.
Ketika Lenna hendak membuka pintu, ia terlebih dahulu menoleh pada 2 kawannya.
"Bagaimana? sudah siap?" tanya Lenna.
mereka berdua mengangguk serentak.
krieeettt....
bunyi pintu yang terbuka menggema di seisi koridor. Suasana tampak hening. Namun banyak kertas dan barang-barang lain yang berserak di lantai.
"Mereka berlarian tak tentu arah hingga membuat barang-barang berserakan." Gumam Lenna.
"Sepertinya mereka sudah keluar atau pindah ke kelas lain." simpul Rena yang memang tercap sebagai orang yang enggan untuk ambil pusing suatu masalah. Ia termasuk sebagai orang yang simpel.
Mereka terus melanjutkan jalanya. Hingga sampai di ujung koridor, terdapat dua persimpangan. Arah kiri dan kanan. Lenna melirik ke arah persimpangan itu secara bergantian. Kemudian ia memutuskan untuk mengecek bagian kiri terlebih dahulu. Mereka bertiga kemudian melanjutkan langkahnya dengan berhati-hati. Sesampainya di satu kelas dengan papan kelas yang terpampang menunjukkan kelas 12 Mipa 3, mereka mendengar bunyi yang tak beraturan. Entah seperti apa bunyinya. mungkin lebih mendekat pada benda yang sedang dikoyak. Terdengar juga suara seperti erangan seseorang.
"Apakah itu mereka?" Diva terlihat ketakutan.
Lenna segera mengisyaratkan mereka berdua untuk tidak berisik. Ia memberikan aba-aba kepada mereka berdua untuk menunggunya di persimpangan. Ia kembali mengecek kelas yang merupakan sumber suara aneh itu. Dengan langkah hati-hati ia berhasil mencapai jendela kelas. Lenna terpaku melihat pemandangan yang sangat mengerikan dari dalam kelas.
KLONTANG...!!!
Lenna menoleh pada sumber suara lain di belakangnya. Ternyata itu suara dari Diva yang tak sengaja menjatuhkan tongkatnya.
"AARGGGHHH...!!"
Para kanibal yang menyadari kedatangan mereka segera berlari ke arah Lenna.
"Gawat!!!" Lenna yang melihat itu langsung berbalik dan berlari menuju arah kedua temannya.
"Run!!!!!!!" Rena segera menarik tangan Diva ketika mendengar aba-aba dari Lenna. Mereka mengambil langkah seribu demi menjauhi para kanibal itu.
Mereka terus berlari mencari tangga yang dapat mereka lewati untuk naik ke lantai 3. Sesekali Lenna menoleh ke arah para kanibal.
"Banyak sekali jumlah mereka." Ia segera mempercepat langkahnya menyusul Diva dan Rena yang berjarak beberapa meter darinya.
..........
"hufttt..... Tadi itu hampir saja!!" Ujar Dean yang sedang terbaring di lantai kelas. Kean dan kawan-kawannya berhasil kembali ke kelas mereka dengan aman. Kean merasa penasaran, ia akhirnya bertanya pada charlie mengapa ia menyuruh mereka untuk kembali. Charlie menjelaskan ceritanya dari awal.
"Jadi, pada saat kecelakaan terjadi, aku kebetulan tengah melewatinya. Aku sempat melihat para korban yang terluka di sana. Ada yang terkena luka bakar, ada yang mengalami patah tulang, dan lainnya. Semua tampak biasa. Keadaan berubah ketika peristiwa aneh terjadi." Charlie berhenti sejenak. Kean dan yang lainnya masih menunggu kelanjutan dari ceritanya.
"korban kecelakaan yang telah terbakar tubuhnya keluar dari mobil dan berlari menyerang warga yang sedang menonton. Ada beberapa warga yang sempat terkena serangan dari para korban kecelakaan itu. Semua yang ada di sana mendadak bubar dan lari tanpa arah. Aku yang saat itu masih bingung segera berlari masuk ke area sekolah."
"Setelah dirasa jauh, sekilas aku menoleh ke belakang. Jelas terlihat salah satu korban yang terkapar di aspal dengan lehernya yang telah tergigit itu bangkit kembali dan mengaum keras. Telah dipastikan bahwa ia sudah bukan lagi manusia." Lanjutnya.
kean berfikir sejenak, apa mungkin ini adalah bencana dari sebuah virus? pikirnya. "Lalu mengapa kau memilih masuk dan terjebak di dalam sekolah ini?" Tanya Kean sembari memandang charlie.
Charlie menunduk "Laura..." jawabnya lirih.
Kean dan yang lainnya saling berpandangan. Belum sempat Charlie melanjutkan cerita, mereka dikejutkan dengan auman dan suara panik yang terdengar seperti suara para wanita.
"Masih ada yang selamat?" Kean memandang Dean ragu.
..........
"ARRGGGHHHH........"
Teriakan para kanibal yang berjumlah lebih dari satu itu terus mengejar mereka bertiga.
"Tangga!!!! cepat menuju tangga!!!" Lenna menunjuk pada tangga di ujung salah satu persimpangan koridor. Arah kanan persimpangan tak mereka hiraukan. Mereka terus berlari menuju tangga yang ada di depan mata.
"Naik... Naikk.... cepat Diva!" seru Rena yang sedang berlari di belakang Diva. Mereka melewati tangga dengan serabutan. Kata hati-hati sudah tak ada artinya lagi. Bagi mereka lolos dari para makhluk itu adalah hal yang paling utama.
"Arah yang mana ini?"
"Duhhh... Mereka sudah dekat... Cepat!!!" mereka bertiga tampak berpikir.
Dari kejauhan tampak seorang wanita juga berlari dan di belakang wanita itu juga terdapat banyak sekali makhluk yang mereka sebut kanibal itu.
"Ohhh shitt......" Lenna mengumpat.
"Arah sini.... Cepat!!!!" wanita itu menunjuk jalan di sebelah kanan Lenna. Dengan sigap Lenna menarik tangan teman-temannya untuk segera pergi dari sana.
Mereka terus saja berlari hingga tanpa sadar mereka masuk ke dalam jalan buntu. "kayanya tamat riwayat kita." Diva tampak putus asa.
Dengan cekatan, Lenna mengambil tongkat baseball Diva dan memukulkannya pada satu kanibal yang berhasil mendekat dan hampir menggigit Diva.
BRRASSHHH.....
Tongkat baseball di tangannya berhasil menumbangkan satu kanibal. Kepalanya hancur dan hanya meninggalkan noda darah di lantai.
"Uueeekkkhhhhh..!!"
Diva memuntahkan isi perutnya saat itu juga.
Ini masih belum berakhir karna yang telah tumbang hanya salah satu dari puluhan yang tengah mengejar mereka. Beruntung kawanannya masih berlari jauh di belakang.
"Tamatlah kita...." Ujar Rena yang siaga memegang 2 buah pisau di tangan.
para makhluk itu sudah mulai dekat. Mereka terlihat pasrah dan siap menghadapi semua makhluk itu. Rena memberikan 2 buah pisau kepada gadis yang baru saja ditemuinya. Ia segera menerimanya dan memasang posisi siap menyerang.
ceklek....
Suara pintu terbuka yang ternyata dari baliknya muncul seorang pria. Ya, pria itu adalah Kean.
"Cepat masuk!!!!"
Mendengar panggilan itu membuat mereka segera berbalik dan menyerbu pintu kelas tersebut tanpa menunggu aba kedua.
BUKKHH.....
"Aargh.." Suara erangan Lenna dan kawan-kawan yang berhasil masuk dan terjatuh di lantai.
"huftt..... Hampir saja...." Lenna menatap langit-langit ruangan. Sepertinya baru saja ia melalui senam jantung paling nyata yang pernah ada. Adegan tadi sempat membuatnya panik seribu kali lipat dari biasanya.
Diliriknya teman-teman yang berlari bersama, nampak melakukan hal yang sama dengan Lenna, yakni terbaring dan terus mengatur nafas masing-masing.
Tiba-tiba sekelebat pertanyaan muncul di kepalanya, Siapakah yang telah membantuku? Bantinnya dalam hati.
...************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
GRAVITY 000
naif bro lu ngajak banyak orang sama aja bawa daging
2023-04-13
2