Perkenalan

Dengan bersatunya kelompok Kean dan Fian membuat kelompok mereka semakin kuat. Kemunculan beberapa Reyns bukan lagi penghalang bagi mereka. Ditambah kemampuan Vina dan Lenna yang dipercaya untuk menjaga area belakang, namun Vina sepertinya tak betah dengan Posisinya saat ini. Rian yang melihatnya tersenyum dan mempersilahkan Vina untuk maju bersama Kean dan Fian. Vina tersenyum nakal lalu berterimakasih padanya.

"Benar-benar gila dan nekat." Rian berucap sebelum Vina pergi. Vina hanya mengacungkan jari tengahnya ke arah belakang.

"shiittt!!" Umpat Rian sedikit kesal. Terdengar kekehan puas dari Vina.

"Halo!!! Apakah ada yang menarik di sini?" Tanya Vina yang kini telah berdiri sebaris dengan Kean dan Fian.

"Sedikit hambatan di depan." 

Di depan mereka terdapat 2 ekor Monster serupa dengan yang mereka hadapi tadi. Monster itu berlari dan siap menerjang mereka.

wweeerr-werrrr

Creepp...

Creppp...

Dengan cekatan Fian melemparkan beling kaca tepat mengenai mata kedua monster itu. Bukan hanya satu, namun kedua monster itu kini kehilangan indra penglihatannya yang menghasilkan lengkingan keras keduanya. Lemparan Fian tepat mengenai kedua mata para monster itu secara bersamaan. Kean yang melihatnya terkagum. 

"Benar-benar keahlian yang langka." Gumamnya. Kini tinggal Vina dan Kean yang bertugas menyelesaikannya. Tentunya dengan bantuan Fian memudahkan mereka dalam membunuh monster itu.

Hanya memerlukan waktu Sekitar 15 menit untuk mereka sampai ke tempat tujuan. Di dalamnya masih sangat bersih, berbeda dengan situasi di ruang lain yang penuh bercak darah. Pastinya hal itu dikarenakan tidak adanya orang yang masuk ke dalam gudang di saat wabah menyebar. Fian segera berkeliling mencari benda yang diinginkannya.

"I get it!!" 

Mata Fian tertuju pada sebuah pedang yang terpajang di dinding. Pedang yang memiliki ukiran unik dan terlihat begitu mengkilap.

Pedang tersebut terbuat dari logam khusus yang sangat kuat serta mampu memotong besi dalam ketebalan tertentu. Mata pedang yang tajam memberi kesan tersendiri yang membuat benda ini sangat berkelas. Keunikan lainnya adalah cahaya biru yang dapat keluar dari setiap ukirannya saat gelap, dan itu muncul ketika pengguna ingin mengaktifkannya. Fian tersenyum puas memandang pedang 'Damascus Blade' yang kini berada di tangannya. Pedang itu sekilas seperti bersinar menandakan kecocokkannya dengan Fian.

"Wowww.... Pedang yang keren. Ternyata kau mengincarnya selama ini." puji Kean. Fian menoleh dan mengangguk.

"Apa kau ingat saat pameran sekolah diadakan pertama kali?" Tanya Fian.

"Ohh.... Ya aku ingat. Saat itu mereka sempat memamerkan pedang ini."

"dan... Kau, Kau sudah mengincarnya sejak itu?" Tanya Kean tak percaya.

"Ya. Aku sudah mengagumi Damascus Blade sejak saat itu. Sayang sekali pedang ini harus disimpan di gudang seperti ini yang membuat nilai gunanya sedikit menurun. Namun karismanya tetap dan tak berubah." Fian masih saja terkagum dengan senjatanya. Berkali-kali ia ayun-ayunkan logam itu sehingga menciptakan bunyi begitu khas.

"Mari kita mulai pembantaiannya!!!" ujar Fian. Kean mengangguk lalu mengambil pedang lain di sana.

"Heyy...  Aku sarankan kau memakai yang itu!" tunjuk Fian ke arah pedang bermata dua. Kean mengangguk lalu meraih pedang tersebut.

Saat mereka hendak melangkah ke luar, Lenna menahan mereka berdua. Wanita itu nampak berkacak pinggang dengan wajah heran.

"Apakah kau tak membiarkan kami istirahat?" tanya Lenna tegas. Fian dan Kean saling pandang sejenak lalu berbalik arah sembari terkekeh kecil. Lenna menahan dirinya agar tidak tertawa melihat tingkah mereka berdua. Ia masih mempertahankan sikap tegasnya.

"Hahhh... Pertarungan tadi membuatku sedikit lelah. Aku ingin pamit pada kalian. Hmm.... Kau! Sampai ketemu!" Ujar Vina sambil merobohkan tubuhnya di sudut ruangan. yang terakhir ditatapnya adalah Fian, Lalu ia tak sadarkan diri.

"Ada apa dengannya?" tanya Kean. ia menatap Fian penuh tanya. Namun Fian yang tak mengerti hanya menggeleng pelan.

"Baiklah, kita hampir melupakan ini. Kita harus mulai perkenalan diri. Namaku Dean!" Dean menyebutkan namanya pada Fian diikuti oleh temannya yang lain.

"Namaku Fian, itu Farel dan ini Brayen." Fian memperkenalkan namanya dan menyebutkan nama kawan-kawannya.

setelah mereka berkenalan, kegiatan dilanjutkan dengan istirahat dan mengisi perut. Rena memandang wajah cantik Vina yang sedang dalam keadaan pinsan di sudut ruangan. Ia sedikit iba pada kawan barunya itu, "Terimakasih untuk semuanya. Kau telah membantu kami sebisamu. Sepertinya aku akan selalu mengikuti kemanapun kau dan Lenna pergi. Aku mempercayai kalian berdua." ujar Rena yang masih memandang Vina dengan senyum menghiasi bibirnya.

,,,,,,,,,,,,,,,

Waktu terasa cepat berlalu, Hari kini mulai panas. Kean dan Fian sedang memeriksa barang bawaan masing-masing. Lenna membantu Kean membawa ransel berisi perbekalan mereka.

"Sepertinya istirahat sudah cukup. Kini waktunya melanjutkan perjalanan. Seingatku ada satu ruangan yang cocok ditempati di lantai atas." ujar Kean. Kean mengingat bahwa ada ruangan UKS yang tampak bersih dan cocok untuk mereka tempati sementara. Setidaknya sampai mereka bisa keluar dari sekolah itu.

Charlie, Dean, Rian, Kevin, Chandra, Brayen, dan Farel tampak siap dengan senjata masing-masing. Mereka melapisi seluruh tubuh dengan buku yang diikat menggunakan selotip. Cara ini dilakukan agar dapat melindungi tubuh dari gigitan maut para Reyns.

Sementara itu, para Wanita juga sedang bersiap mengemasi barang bawaan mereka. Vina baru bangun dan merasakan sedikit pusing di kepalanya.

Apakah aku habis pinsan lagi? Ucapnya dalam hati. Rena mendekat dan menyodorkan sebotol air padanya.

"Terima kasih Rena!" Vina meneguk air dalam botol. Setelah selesai minum, pandangannya beralih pada pria bermata biru yang sedang asik memandangi senjata barunya.

"Siapa itu?" Vina mengernyitkan dahinya. Rena menoleh mengikuti arah mata Vina yang tertuju pada Fian.

"Owhh..... Itu namanya Fian. Dia tadi menyelamatkan kita dari para monster." ucapnya sembari tersenyum.

"M...monster??" Vina bingung setelah mendengar kata Monster. yang ia ingat hanya puluhan Reyns yang menyerang mereka dari dua arah secara brutal.

Rena mengangguk. "Bahkan kau sempat bersaing dengannya dalam mengalahkan monster itu. Kekuatan kalian tampak seimbang. Aku kagum padamu." 

Vina terkesiap dengan mata yang membulat sempurna. Memandang wajah Rena yang terlihat begitu tulus mengucapkan kalimat itu. Vina kini tertunduk, lalu mulai mengatakan sesuatu.

"A- aku...."

"Aku tau Vin, kamu kuat. Kami menerima apa yang ada di dalam dirimu. Bahkan kami sangat berterimakasih padanya."

Vina kembali mengangkat wajahnya, memandang Rena penuh tanya.

"Jadi, kalian sudah mengetahui semuanya?" Vina tampak terkejut dan cemas. Biasanya siapapun yang mengetahui sifatnya akan menjauh dan mengucilkannya. Berbeda dengan Rena yang malah terkagum karena kelainannya. Ehh... Bukan, tapi keunikannya. Vina sama sekali tidak menganggapnya sebagai keanehan ataupun penyakit. Baginya itu semua adalah anugrah dan pemberian dari tuhan untuknya. Buktinya saja Sifat lainnya yang kuat mampu melindungi dirinya dari segala macam bahaya.

"Ya.... walaupun awalnya sempat bingung. Namun Charlie yang berpengetahuan luas mampu menjelaskan keunikanmu itu. Aku sempat iri melihat gaya bertarungnya yang sangat hebat." Ucapan Rena sangat tulus membuat Vina ikut merasakan ketulusan darinya. Vina tersenyum, rasanya seperti senang, atau aneh. yang jelas ia terkejut dengan sikap Rena yang malah mengaguminya.

"Sekali lagi terima kasih Rena!" Rena mengangguk santai.

"Tapi, apakah aku boleh tau bagaimana bisa kau memiliki keunikan itu? Aku benar-benar penasaran." Rena bertanya dengan wajah serius. Vina tersenyum dan menjawab,

"Akan kuberi tahu ketika kita sampai nanti." Ujarnya yang mengerti bahwa mereka akan pindah tempat lagi. Rena mengangguk senang dan merangkul Vina.

"Kau sudah bangun Vin?" tanya Dean. Fian sempat melirik sebentar, saat tatapannya bertemu dengan Vina yang juga menatapnya, ia segera mengalihkan pandangan ke arah pekerjaannya.

"Iya. Baru saja aku bangun." jawabnya dan berlalu ke arah Fian. Rena tampak mengejek Dean yang ditinggal begitu saja oleh Vina. Dean hanya bisa menggerutu menerima ejekan Rena.

"ee... apa kau membantuku tadi?" 

Fian menghentikan pekerjaannya sebentar dan menoleh. Mata birunya tampak menyipit seakan menaruh beberapa pertanyaan di kepalanya.

"Biar aku bantu! Hmm... Ngomong-ngomong terima kasih telah membantu kami, namaku Vina!" Ujarnya.

"Baiklah. Terima kasih juga atas bantuanmu. Namaku Fian." Jawabnya dengan sedikit senyum yang tampak di bibir.  Fian sebenarnya masih heran dengan sikap Vina yang tampak berubah. Namun ia segera paham ketika melihat bukan hanya sikapnya yang berubah, namun ingatannya pun menghilang. Ditambah lagi mengingat tatapan Vina yang terakhir dilihatnya sebelum ia tidur tadi. Tatapan matanya berbeda dengan yang ada saat ini, tatapannya kini sangat damai dengan mata yang terlihat sendu, penuh kelembutan. Berbeda dengan sebelumnya yang penuh dengan aura membunuh dan terlihat mematikan.

Fian merupakan seseorang yang cepat paham akan keadaan sekitarnya. Dengan sedikit hasil yang dilihat, Fian mampu mengetahui sifat lain yang ada pada tubuh Vina.

"Aku pamit." Vina yang merasa canggung segera menjauhi Fian. Fian masih memandangi kepergian Vina dan kawannya itu.

"Dia sangat dingin. Bahkan suhunya membuatku menggigil." Rena menyenggol Vina yang masih menahan malu dengan rona merah di wajahnya. Vina bahkan tak menghiraukan ocehan Rena.

"Apakah kalian sudah siap?" Tanya Kean pada teman-temannya.

"Aku sudah siap! Sudah tak sabar untuk mencoba Senjata baruku." Rian memamerkan samurai yang ditemukannya di sana. yang lain setuju dengan jawaban Rian.

"Baiklah. Mari kita lanjutkan!" Ujar Kean penuh semangat. Charlie dan Fian tersenyum bersamaan namun dari arah yang berbeda. Yang lain segera mengatur strategi yang telah di buat. Dari para wanita yang siap bertarung hanya Lenna dan Rena. Sedangkan Vina siap dengan kapak yang entah kapan lagi bisa ia gunakan. "Hanya perlu mengayunkannya saja kan?" tanya Vina pada dirinya sendiri.

**************

Episodes
1 Ada apa ini?
2 kanibal
3 Virus Reyns
4 perjalanan yg melelahkan
5 We are the legend
6 Rencana Evolusi.
7 Petanda dalam mimpi
8 Keunikan Vina
9 Keberuntungan
10 Perkenalan
11 Dendam masa lalu
12 Kisah sedih Geysa
13 Tiga prajurit perang
14 Kisah Vina...
15 kisah Vina [part 2]
16 Pembentukan Team
17 Team Survey one
18 Team Survey Two
19 Feeling Fian
20 Pertunjukan Yang Sebenarnya
21 Rencana Cadangan
22 Run!!!
23 The runners..
24 sama skak....
25 Kapten John, Elwis, dan Dokter Richard
26 Bad Plan or Good Plan???
27 Pesta Senjata
28 Luka Vina
29 Hubungan The Tree dengan Charlie.
30 Teka-Teki Dokter Charlos
31 Fian VS Pria The White Eagle
32 I'm Home!!!
33 Rumah Fian
34 Rumah Fian [Part 2]
35 Rencana Kepergian Charlie
36 Mengecek Pangkalan Militer
37 Ceroboh....
38 Rencana Perjalanan
39 perpisahan...
40 Perjalanan Menuju Desa Fan
41 Perjalanan Menuju Desa Fan [part 2]
42 Perjalanan Menuju Desa Fan [Part 3]
43 Perjalanan Menuju Desa Fan [part 4]
44 Bertemu Para Survivor
45 Selamat Datang Di Desa Fan!!!
46 Keadaan Markas The Tree....
47 perkenalan singkat....
48 Undangan Pelatihan.
49 Diskusi malam
50 Ujian Awal...
51 Keheningan Meja Makan.
52 Hujan Pertama...
53 "Welcome back, my Friend!!"
54 kembali lengkap.
55 What is Wrong With Me???
56 Latihan Lanjutan
57 Serangan di Desa
58 Kecemasan Rian
59 Serangan Reyns Kedua...
60 Konflik....
61 Informasi dari WSA
62 Perjalanan Menuju Pelabuhan.
63 Perjalanan Menuju Pelabuhan [Part 2]
64 Pelabuhan....
65 Are You Fine???
66 Harapan Dalam Tujuan....
67 Firasat Deri....
68 Really???
69 The Wrong Grudge...
70 Welcome Zein, Lia!!!
71 Zein....
72 Pulau Kundari...
73 Am I A Tough Boy???
74 Sebuah Rencana
75 Selalu Ada Akal...
76 Putus Asa...
77 pengorbanan.
78 Nigeria Island
79 Akhirnya Usai....
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Ada apa ini?
2
kanibal
3
Virus Reyns
4
perjalanan yg melelahkan
5
We are the legend
6
Rencana Evolusi.
7
Petanda dalam mimpi
8
Keunikan Vina
9
Keberuntungan
10
Perkenalan
11
Dendam masa lalu
12
Kisah sedih Geysa
13
Tiga prajurit perang
14
Kisah Vina...
15
kisah Vina [part 2]
16
Pembentukan Team
17
Team Survey one
18
Team Survey Two
19
Feeling Fian
20
Pertunjukan Yang Sebenarnya
21
Rencana Cadangan
22
Run!!!
23
The runners..
24
sama skak....
25
Kapten John, Elwis, dan Dokter Richard
26
Bad Plan or Good Plan???
27
Pesta Senjata
28
Luka Vina
29
Hubungan The Tree dengan Charlie.
30
Teka-Teki Dokter Charlos
31
Fian VS Pria The White Eagle
32
I'm Home!!!
33
Rumah Fian
34
Rumah Fian [Part 2]
35
Rencana Kepergian Charlie
36
Mengecek Pangkalan Militer
37
Ceroboh....
38
Rencana Perjalanan
39
perpisahan...
40
Perjalanan Menuju Desa Fan
41
Perjalanan Menuju Desa Fan [part 2]
42
Perjalanan Menuju Desa Fan [Part 3]
43
Perjalanan Menuju Desa Fan [part 4]
44
Bertemu Para Survivor
45
Selamat Datang Di Desa Fan!!!
46
Keadaan Markas The Tree....
47
perkenalan singkat....
48
Undangan Pelatihan.
49
Diskusi malam
50
Ujian Awal...
51
Keheningan Meja Makan.
52
Hujan Pertama...
53
"Welcome back, my Friend!!"
54
kembali lengkap.
55
What is Wrong With Me???
56
Latihan Lanjutan
57
Serangan di Desa
58
Kecemasan Rian
59
Serangan Reyns Kedua...
60
Konflik....
61
Informasi dari WSA
62
Perjalanan Menuju Pelabuhan.
63
Perjalanan Menuju Pelabuhan [Part 2]
64
Pelabuhan....
65
Are You Fine???
66
Harapan Dalam Tujuan....
67
Firasat Deri....
68
Really???
69
The Wrong Grudge...
70
Welcome Zein, Lia!!!
71
Zein....
72
Pulau Kundari...
73
Am I A Tough Boy???
74
Sebuah Rencana
75
Selalu Ada Akal...
76
Putus Asa...
77
pengorbanan.
78
Nigeria Island
79
Akhirnya Usai....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!