Dendam masa lalu

Kelompok Kean dan Fian yang telah bergabung kini melanjutkan perjalanan mereka ke lantai atas, yaitu menuju lantai 6.

Bagian depan telah dipimpin oleh Kean dan Fian, di depan para wanita ada Brayen, Charlie, dan Dean, juga disusul oleh Lenna, Rena, dan Della. Bagian paling belakang ada Farel, Kevin, Chandra, dan Rian, Sedangkan Vina, Diva, dan Laura di bagian tengah. Vina diletakan di bagian tengah agar ketika ia pinsan secara mendadak dapat dengan mudah ditahan, sehingga tak sampai terjatuh di lantai. Lagi pula Vina dalam sifat asli tak sekuat sifat lainnya.

Sepanjang perjalanan mereka hanya dihidangkan oleh pemandangan yang mungkin telah bosan mereka lihat. Lantai dengan bercak darah serta serpihan kaca di setiap koridor.

Tangga menuju lantai 6 telah di depan mata. Kini mereka melangkah ke atas dengan lebih waspada. Kean yang mengetahui lokasi UKS memimpin jalan.

"hmm... Vin, apakah kamu bisa mengajaknya berbicara?" Bisik Rena. Vina yang mengerti makna dari pertanyaannya pun menjawab,

"Aku sama sekali tidak dapat berkomunikasi dengannya. Walaupun kadang aku sangat ingin mengetahui setiap wujud asli dari sifatnya. Bagaimanapun, ia telah menyelamatkanku dari masa kelam yang menyakitkan." Ujarnya, Vina menunduk sedih. Rena yang ada di sisinya merasakan kesedihan itu, segera ia rangkul pundak Vina dan berjalan bersama.

"Kau masih berhutang penjelasan kepadaku!!!" Ujar Rena tersenyum jahil. Vina menyentil ujung hidung temannya itu sembari terkekeh.

Lenna yang ada di depan memandang ke arah Rena. Ia tersenyum melihat kedekatan kawannya dengan Vina. Punya teman baru ya? Dasar! Batinnya.

Jalan yang mereka lewati sungguh sunyi, Hanya terdapat 2 Reyns menyerang dan berhasil dilumpuhkan oleh Kean yang sedang mencoba senjata barunya.

"Nampaknya kau enggan membuat noda pada senjatamu Fian!" Ejek Kean setelah berhasil melumpuhkan mereka. Fian hanya tersenyum memandangi sarung pedang Damascus Blade di pinggangnya. Ia sama sekali belum mengeluarkan Senjata barunya itu.

"Belum saatnya ia keluar dari sarung." ujarnya singkat. senyumnya sedikit mengembang.

Tak lama mereka sampai pada tempat tujuan. Kean dan Fian masuk terlebih dahulu untuk memeriksa setiap sudut ruangan.

"Aman!!" Kean mempersilahkan yang lain untuk masuk. Vina dan Rena berkeliling Ruang UKS yang terbilang luas. Di sana ada dapur darurat untuk memasak ketika diperlukan, juga terdapat dinding pemisah antar dua ruangan yang tidak memiliki pintu. Ternyata Kean benar, ruangan itu sama sekali tak tersentuh oleh noda darah. Ruangannya masih putih bersih seperti semula.

Vina dan Rena berkeliling tempat itu. Mata mereka tertuju pada satu ruangan dengan tulisan 'toilet' di atasnya. Sejenak mereka saling pandang.

"siapa cepat dia dapat!" ujar Rena melesat ke arah gagang pintu.

"Kau curang Rena...." Rena hanya terkekeh sembari masuk ke dalam. Ia menjulurkan lidahnya pada Vina lalu menutup pintu.

"Cepatlah keluar! Aku sudah tak tahan." Vina sedikit teriak ke arah pintu yang tak dikubris oleh Rena.

"Akhirnya bisa merasakan Rebahan!" ujar Dean yang langsung merebahkan tubuhnya di salah satu kasur.

"Kau lupa dengan tubuhmu yang kotor!" Kevin mengingatkan Dean yang membuatnya langsung terbangun.

"Huhh.... Untung kau mengingatkanku. Seandainya terlihat oleh Kean, pasti ia akan mengomeliku lagi." 

Dean segera berlalu meninggalkan Kevin yang menggeleng, tak habis pikir dengan sikap Dean. Kevin pun memilih melangkah menuju ruang tamu UKS.

UKS yang mereka tempati memiliki 2 kamar dan ruang tamu yang agak luas. Setiap blok kamar memiliki kamar mandi masing-masing. Ke 2 kamar itu hanya dibatasi oleh tembok dan tak berpintu. Hanya sebuah gorden tebal yang menutupinya

Di samping ruang tamu juga ada sebuah ruang kecil tempat beberapa obat-obatan yang asing maupun familiar bagi mereka. Benar-benar seperti sebuah apotik.

Kevin yang baru tiba di ruang tamu melihat Kean, Rian, Chandra, Farel, dan Brayen di sana. Sedangkan Charlie sedang berada dalam ruang obat.

"Ehh... Di mana Fian?" tanya Kevin yang baru tiba.

"Tadi Fian bilang dia ingin meregangkan tubuhnya sejenak. Entah ke arah mana ia pergi." Jawab Kean. Kevin mengangguk lalu ikut bergabung dalam percakapan mereka.

...

"Hahhhh....... Aku harus berjalan-jalan sejenak. Sekedar menelusuri tempat ini apakah benar aman atau tidak." 

Fian bergumam sendiri. Ia tampak tenang melangkah menjauhi tempat tinggal mereka. Ditelusurinya tiap ruangan di lantai itu. Dengan membawa pedang kesayangannya, ia terus melangkah.

Satu....dua.... Lima... Jumlah reyns yang telah ia tumbangkan dengan tiap sabetan dari pedangnya. Kini Fian telah jauh meninggalkan UKS.

Di depan sebuah ruangan ujung koridor tampak puluhan reyns yang berusaha mendobrak sebuah pintu. Fian diam di tempat dan menghitung jumlah Reyns itu. 

"Hmmm, jumlahnya sekitar 20, dan... Satu yang menarik. Jadi semuanya berjumlah 21 ekor." Ia mengembangkan senyumnya ketika melihat satu ekor monster dan 20 ekor reyns.

"RWWRRRRR..." 

monster itu mengaung ketika melihat Fian seakan memberi perintah kepada semua Reyns yang ada di sana.

"Ternyata kau pemimpinnya. Aku akan menebas kepalamu dan menghancurkannya di luar." Fian tersenyum sinis. Mata birunya kini memancarkan hawa pembunuh, membuat siapa saja yang menatapnya akan bergidik ngeri.

"Arrgghhhhhhh..!!!!"

 Para Reyns mulai menyerang namun Fian dengan santainya menunggu mereka.

SRIINNGG.... 

CRATSS!!!

"AAARGGGGGHHHH!!!"

JRASSSSHHHH...!

Suara demi suara mengiringi setiap ayunan pedang. Fian tampak menikmati pembantaiannya itu. Namun Suasana nampak berubah ketika ia mengingat sepenggal memorinya di masa lalu.

Ingatan ketika semua warga di desanya terbantai oleh suku lain, tak tersisa. Peperangan yang menimbulkan rasa sakit mendalam pada diri Fian. Sorot mata birunya bertambah terang seiring dengan kuatnya ingatan yang muncul.

"SIALAN!!!!!!!!!!"

Fian menebas seluruh Reyns yang ada di sana. Meninggalkan satu monster yang tampak waspada. Monster itu seakan tau kalau lawannya sudah di luar tandingannya, ia memilih keluar lewat jendela. 

Fian yang sigap segera melemparkan pedangnya dan langsung tertancap di punggung sang monster.

"GRRRAAAA...!!!" 

Raungan panjang yang nyaring memenuhi sepanjang koridor. Dengan kesal Fian mencabut pedangnya dan menebas leher monster itu.

"Sesuai janji." Ucapnya pada kepala monster yang menjulurkan lidahnya. Ia melempar kepala itu ke luar jendela.

wusshhh.... 

Prakkhh!!!

kepala itu hancur lebur dan hanya meninggalkan kubangan darah kotor di tanah.

Fian berbalik dan sedikit terkejut melihat 5 ekor monster yang telah berdiri 15 meter dari hadapannya. Kini Fian harus melawan kelima makhluk itu karena ia telah berada di ujung koridor.

Dengan mata menatap tajam, Fian mulai mengayunkan pedangnya dan diarahkan kepada lima monster itu. Tatapannya tampak menyimpan dendam tak terlampiaskan.

"GRRRR..."

"GGGRAAAAA..!!" 

Monster-monster itu menyerbu secara bersamaan dan mengarahkan cakarnya kepada Fian. Dengan cekatan, Fian menebas lengan dan leher musuhnya, tanpa ampun. Ia mulai memainkan pedangnya diiringi suara erangan monster yang dibantai. Skill Fian bertambah lincah. Setiap melihat genangan darah, semakin gencar pula serangan yang dikeluarkan. Ia telah tenggelam pada rasa dendam yang membuatnya tak segan-segan menyiksa tiap musuh yang menghalanginya.

"KYYAAKKK!!!!"

JRASSSHHH.!!!

Suara erangan monster terakhir yang dibantai terdengar sangat pilu. Kini semuanya rata. Ia telah membunuh 20 reyns dan 6 monster tanpa luka. Sungguh monster berwujud manusia.

"Huffftttt......." Fian menghela nafas dan terdiam sejenak untuk menenangkan pikirannya. Matanya kini mulai meredup menandakan bahwa jiwanya telah damai. Namun hatinya yang hancur membuat Fian tak mampu menahan air matanya.

"Maafkan aku, ibu!" ujarnya sembari mengusap setetes air mata yang telah menyentuh pipi.

krieettt.....

Fian membuka pintu yang tadi berusaha didobrak oleh para reyns secara perlahan. Belum saja ia memasuki ruangan itu sebuah senjata tajam telah lebih dulu menodongnya.

"Stop! Kuminta berhenti di situ!!!!" 

Seorang wanita menodongkan pisau ke arah Fian walau dengan tubuh gemetar. Fian menatapnya dengan senyum. Ia menoleh ke sudut ruangan, tampak seorang anak kecil yang sedang memeluk lutut. Anak itu tampak sangat ketakutan.

"Santai! Aku masih manusia. Aku akan membawa kalian ke tempat teman-teman ku."

Mendengar ungkapan Fian seketika membuat wanita itu menagis haru. Sudah seharian ia terjebak dalam rasa takut, dan kini seakan mendapat kesempatan untuk tetap hidup.

"Terima kasih.... Terima kasih kau telah menyelamatkan kami! Geysa, kemarilah!!" Gadis kecil tadi berlari memeluk wanita yang tengah menangis itu.

"Sudahlah, simpan dulu ucapan terima kasihnya. Ayo kita kembali karena pastinya aku sudah membuat cemas rekanku di sana!" Fian segera berlalu dan memimpin jalan.

kedua gadis itu terkejut melihat puluhan reyns dan beberapa ekor monster telah tumbang. "Apakah kau telah membunuh mereka semua?" tanya gadis yang seumuran dengannya. Fian hanya menjawab dengan anggukan lalu tersenyum simpul. Seketika Gadis itu terkejut tak percaya. Ia mengetahui jelas kecepatan monster itu ketika mengejarnya tadi. Tak bisa dibayangkan lagi betapa mengerikannya pria yang ada di sampingnya saat itu.

"Siapa namamu?" tanya Fian sembari menunjukkan jalan. Seketika membuat pikiran gadis itu kembali.

"N-namaku Dewi Larasati. Kau bisa memanggilku Dewi atau Laras. Atau sebutan lain yang kau inginkan."

"Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan Laras. Kalau kau gadis kecil?" 

Fian mengelus kepala gadis kecil yang selalu bersama Laras. Manis sekali wajahnya. Nampaknya gadis ini baru saja melewati sesuatu yang begitu menyeramkan sebelumnya.

"Namaku Geysa. Terima kasih atas bantuannya kak!" Ucapnya tulus. Melihatnya seperti itu Fian tersenyum. Ia tampak cantik dengan pipi imut dan rambutnya yang terurai panjang.

"Apakah kalian kakak beradik?" Fian menatap Laras yang terdiam.

"aku telah menganggapnya sebagai adikku." Laras tersenyum. Fian mengerti lalu membungkuk sejenak ke arah gadis kecil bernama Geysa itu.

"Kau sangat cantik, Geysa! Jangan khawatir oky! Kamu harus selalu mengikuti apa yang dikatakan Kak Laras!" gadis itu mengangguk dengan senyum.

"Dan kau Laras, kau harus menjaganya dengan baik!" Fian bangkit dan pandangannya teralih pada Laras. Laras mengangguk penuh keyakinan.

"Owh ya, bisakah kalian membantuku membawa alat-alat ini? Kami memerlukannya di sana." Fian menunjukkan ruangan yang di dalamnya berisi beberapa matras.

"Baiklah. Ke mana kita harus membawanya?"

"Sebentar lagi kita akan sampai, mereka pasti sudah cemas menungguku." Fian dan Laras segera membawa 2 buah matras lalu pergi menuju UKS tempat berlindung Fian dan temannya yang lain.

***********

Episodes
1 Ada apa ini?
2 kanibal
3 Virus Reyns
4 perjalanan yg melelahkan
5 We are the legend
6 Rencana Evolusi.
7 Petanda dalam mimpi
8 Keunikan Vina
9 Keberuntungan
10 Perkenalan
11 Dendam masa lalu
12 Kisah sedih Geysa
13 Tiga prajurit perang
14 Kisah Vina...
15 kisah Vina [part 2]
16 Pembentukan Team
17 Team Survey one
18 Team Survey Two
19 Feeling Fian
20 Pertunjukan Yang Sebenarnya
21 Rencana Cadangan
22 Run!!!
23 The runners..
24 sama skak....
25 Kapten John, Elwis, dan Dokter Richard
26 Bad Plan or Good Plan???
27 Pesta Senjata
28 Luka Vina
29 Hubungan The Tree dengan Charlie.
30 Teka-Teki Dokter Charlos
31 Fian VS Pria The White Eagle
32 I'm Home!!!
33 Rumah Fian
34 Rumah Fian [Part 2]
35 Rencana Kepergian Charlie
36 Mengecek Pangkalan Militer
37 Ceroboh....
38 Rencana Perjalanan
39 perpisahan...
40 Perjalanan Menuju Desa Fan
41 Perjalanan Menuju Desa Fan [part 2]
42 Perjalanan Menuju Desa Fan [Part 3]
43 Perjalanan Menuju Desa Fan [part 4]
44 Bertemu Para Survivor
45 Selamat Datang Di Desa Fan!!!
46 Keadaan Markas The Tree....
47 perkenalan singkat....
48 Undangan Pelatihan.
49 Diskusi malam
50 Ujian Awal...
51 Keheningan Meja Makan.
52 Hujan Pertama...
53 "Welcome back, my Friend!!"
54 kembali lengkap.
55 What is Wrong With Me???
56 Latihan Lanjutan
57 Serangan di Desa
58 Kecemasan Rian
59 Serangan Reyns Kedua...
60 Konflik....
61 Informasi dari WSA
62 Perjalanan Menuju Pelabuhan.
63 Perjalanan Menuju Pelabuhan [Part 2]
64 Pelabuhan....
65 Are You Fine???
66 Harapan Dalam Tujuan....
67 Firasat Deri....
68 Really???
69 The Wrong Grudge...
70 Welcome Zein, Lia!!!
71 Zein....
72 Pulau Kundari...
73 Am I A Tough Boy???
74 Sebuah Rencana
75 Selalu Ada Akal...
76 Putus Asa...
77 pengorbanan.
78 Nigeria Island
79 Akhirnya Usai....
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Ada apa ini?
2
kanibal
3
Virus Reyns
4
perjalanan yg melelahkan
5
We are the legend
6
Rencana Evolusi.
7
Petanda dalam mimpi
8
Keunikan Vina
9
Keberuntungan
10
Perkenalan
11
Dendam masa lalu
12
Kisah sedih Geysa
13
Tiga prajurit perang
14
Kisah Vina...
15
kisah Vina [part 2]
16
Pembentukan Team
17
Team Survey one
18
Team Survey Two
19
Feeling Fian
20
Pertunjukan Yang Sebenarnya
21
Rencana Cadangan
22
Run!!!
23
The runners..
24
sama skak....
25
Kapten John, Elwis, dan Dokter Richard
26
Bad Plan or Good Plan???
27
Pesta Senjata
28
Luka Vina
29
Hubungan The Tree dengan Charlie.
30
Teka-Teki Dokter Charlos
31
Fian VS Pria The White Eagle
32
I'm Home!!!
33
Rumah Fian
34
Rumah Fian [Part 2]
35
Rencana Kepergian Charlie
36
Mengecek Pangkalan Militer
37
Ceroboh....
38
Rencana Perjalanan
39
perpisahan...
40
Perjalanan Menuju Desa Fan
41
Perjalanan Menuju Desa Fan [part 2]
42
Perjalanan Menuju Desa Fan [Part 3]
43
Perjalanan Menuju Desa Fan [part 4]
44
Bertemu Para Survivor
45
Selamat Datang Di Desa Fan!!!
46
Keadaan Markas The Tree....
47
perkenalan singkat....
48
Undangan Pelatihan.
49
Diskusi malam
50
Ujian Awal...
51
Keheningan Meja Makan.
52
Hujan Pertama...
53
"Welcome back, my Friend!!"
54
kembali lengkap.
55
What is Wrong With Me???
56
Latihan Lanjutan
57
Serangan di Desa
58
Kecemasan Rian
59
Serangan Reyns Kedua...
60
Konflik....
61
Informasi dari WSA
62
Perjalanan Menuju Pelabuhan.
63
Perjalanan Menuju Pelabuhan [Part 2]
64
Pelabuhan....
65
Are You Fine???
66
Harapan Dalam Tujuan....
67
Firasat Deri....
68
Really???
69
The Wrong Grudge...
70
Welcome Zein, Lia!!!
71
Zein....
72
Pulau Kundari...
73
Am I A Tough Boy???
74
Sebuah Rencana
75
Selalu Ada Akal...
76
Putus Asa...
77
pengorbanan.
78
Nigeria Island
79
Akhirnya Usai....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!