Jantung Hilya rasanya berdebar bukan main. Ketika tangan kekar itu dengan arogannya kini melingkar di pinggangnya. Untung dia menggunakan gaun pengantin yang tebal.
Jadi tubuh sucinya masih tidak tersentuh secara langsung oleh tangan Zaki yang kini memeluknya dengan erat.
"Nih, orang apa-apaan sih? Matanya masih merem. Tapi dia bisa menarikku ke dalam pelukannya!" gumam Hilya terhadap dirinya sendiri. Hilya mendongakkan kepalanya.
Kini tidak ada jarak antara Hilya dan Zaki. Hilya menatap dengan kagum makhluk Tuhan yang tercipta dengan begitu indah yang kini berbaring di sampingnya.
Ya Tuhan! Perasaan macam apa ini? Kenapa jantungku berdebar begitu kencang? Ketika aku memeluk wanita ini? Ya Allah! Tolong jangan katakan kepadaku, kalau aku telah jatuh cinta kepadanya! Sungguh itu sesuatu yang mustahil! Tapi kalau diperhatikan secara dekat dia cantik juga sih. Apalagi status dia sekarang adalah istriku. Tidak apa-apa kalau aku jatuh cinta kepadanya. Dia halal untukku.
Hilya terus menatap dengan penuh keterpesonaan dengan ketampanan Zaki yang paripurna. Zaki yang masih terlelap.
"Aku tahu kalau aku mempunyai wajah yang sangat tampan! Kau tidak usah terlalu begitu mengaguminya!" bisik Zaki di telinga Hilya yang saat ini tepat berada di dekatnya.
Demi mendengarkan apa yang dikatakan oleh Zaki. Hilya sampai terkejut. Kemudian dia berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari pelukan Zaki yang sangat erat.
"Bangunlah! Apa kau tidak mau bangun juga? Sejak tadi kedua orang tuaku berteriak-teriak terus. Apa kau tidak mendengarnya?" ucap Hilya dengan pelan menundukkan wajahnya.
Sekarang posisi Hilya adalah seperti sedang mencium dada bidang Zaki yang terlihat polos tanpa pakaian.
"Geli tahu!" ucap Zaki pelan.
Demi mendengarkan apa yang dikatakan oleh Zaki. Hilya merasa terkejut. Kemudian dia mendongakkan kepalanya menatap Zaki.
Ternyata Zaki sudah membuka matanya dan saat ini keduanya saling menatap dengan lekat satu sama lain.
Jantung Hilya seakan mau meloncat ketika melihat wajah suaminya yang begitu tampan kini menatap dirinya dengan begitu intens.
Secara perlahan, Zaki mendekatkan bibirnya ke bibir Hilya. Lalu tanpa pikir panjang, Zaki sudah mengecup bibir Hilya yang sangat cantik itu. Zaki mencium istrinya dengan menggebu.
Aku tidak tahu kenapa, setiap berdekatan dengan dia. Rasanya aku sangat sulit untuk mengendalikan diriku sendiri! Dia sungguh seorang wanita dengan sejuta pesona! Sepertinya aku sudah jatuh dalam pesonanya.
Zaki terus mencium bibir sang istri, seakan ada dorongan yang kuat untuk dirinya melakukan sesuatu yang lebih terhadap istrinya. Bahkan sesuatu di balik celananya sejak tadi sudah bangun dan meronta-ronta.
Ah, sial! Aku harus bagaimana ini? Aku tidak mungkin akan menjilat ludahku sendiri yang tadi malam mengatakan tidak akan menyentuh dia! Tapi bagaimana ini? Aku tidak bisa melepaskan diriku dari pesonanya yang luar biasa! Ya Allah! Tolong lindungi aku! Agar tidak semakin jatuh dalam pesona istriku.
Tiba-tiba saja pintu kamar mereka terbuka dan ibunya Hilya masuk ke dalamnya.
"Kenapa kalian belum bangun juga? Ini sudah siang!" ucap ibunya ketika beliau sudah ada di dalam kamar.
Zaki dan Hilya yang masih asyik berciumana, sontak terkejut dan langsung bangun dari tidurnya. Zaki bahkan sudah bangkit dari kasur. Hilya menutup wajahnya dengan selimut. Sangking malunya, ibunya telah melihat mereka berdua tadi berciuman dengan penuh hasrat menggila.
Seketika wajah Hilya langsung memerah, malu sekali ketika mengingat hal itu.
"Maaf! Tapi sebaiknya, kalian sholat shubuh dulu! Sebelum melanjutkan aktifitas tadi!" ucap ibunya sambil tertawa bahagia, melihat putrinya sudah mulai bisa menerima status dirinya sebagai seorang istri.
"Bangunlah! Ayo kita mandi kemudian salat subuh bersama!" ucap Zaki sambil menggoyangkan tubuh Hilya.
"Aku akan mandi di kamarku sendiri. Kau bisa menggunakan kamar mandi yang ada di kamar Kak Fatimah!" ucap Hilya pelan.
Hilya segera berlari ke kamarnya, dengan menundukkan kepalanya. Merasa malu karena kembali mengingat ciuman panas mereka tadi. Wajah Hilya sampai memerah.
"Aku akan ikut ke kamarmu. Aku juga ingin melihat kamar istriku seperti apa!" Ucap Zaki pelan, kemudian dia mengambil pakaiannya dan mengenakannya kembali.
Zaki mengikuti Hilya menuju kamarnya. Kamar berukuran 4x4, lebih kecil dari kamar milik Fatimah, yang berukuran 6x6.
Zaki terus memperhatikan kamar istrinya. Dia melirik ke arah Hilya, yang tampak kesulitan untuk membuka gaun pengantinnya.
"Sini, aku bantu kamu!" Hilya kemudian menatap Zaki dengan lekat. Ketika dia mengingat kembali ciuman tadi, seketika wajah Hilya memerah, menahan malu.
"Apa kau bisa?" tanya Hilya pelan sambil menundukkan wajahnya karena malu.
"Aku ini seorang laki-laki! Masa ya, hany sekedar membuka gaun saja. Aku tidak bisa? Kau jangan remehkanku!" ucap Zaki kemudian dia mendekat kepada istrinya.
"Menghadap ke sana! Biar aku mudah membukanya!" Hilya mengikuti instruksi Zaki.
Hilya membelakangi Zaki. Lalu satu persatu Zaki melepas kancing yang terpasang di belakang tubuh Hilya.
Secara perlahan kulit punggung Hilya terpampang nyata di hadapan Zaki. Bahu Hilya bahkan kini sudah mulai terekspos sempurna di hadapan Zaki. Zaki sampai kesulitan menelan salivanya sendiri. Ketika melihat kulit punggung istrinya yang kini ada di depan matanya.
Ya Allah! Dia adalah mahluk indah yang telah kau halalkan untuk aku sentuh! Tubuhnya kini telah menodai mata suciku yang aku jaga selama 28 tahun lamanya! Bahkan bibirnya telah membuat bibirku sudah tidak perjaka lagi! Apakah aku juga harus melepaskan status perjakaku sekarang bersama dia?
"Sudah belum? Kenapa kau malah melamun?" tanya Hilya seakan bingung dengan Zaki yang kini menatap dia seperti orang linglung.
Mendengar Hilya bicara kepadanya, Zaki lalu tersentak dari lamunannya. Kemudian dengan gugup Zaki berkata kepada istrinya.
"Sudah! Kau bisa mandi sekarang! Aku akan mengambil air wudhu dulu, agar bisa sholat duluan!" Zaki kemudian langsung berlari kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamar Hilya. Hilya kemudian fokus untuk melepaskan gaun pengantunnya.
Di kamar mandi, Zaki tampak memegang jantungnya yang sejak tadi terus sport jantung. Seperti habis marathon saja.
"Ya Allah! Dia bisa membuatku jantungan setiap hari. Bagaimana ini kalau sampai aku lepas kendali dan tidak bisa mengontrol diriku sendiri?" Zaki terus bermonolog kepada dirinya sendiri.
Ketika Zaki sedang asyik melamun, tiba-tiba pintu kamar mandi di ketuk dari luar.
"Cepatlah! Nanti aku terlambat ini!" ucap Hilya di balik pintu. Sambil terus menggedor pintu kamar mandi. Sehingga membuat Zaki jadi gugup dan segera menyelesaikan keperluan dirinya di kamar mandi.
"Ya, sebentar! Bawel banget sih!" ucap Zaki dari kamar mandi dengan bersungut-sungut.
Lalu dengan terburu-buru. Zaki langsung mengambil air wudhu dan dia keluar dari kamar mandi dengan muka cemberut.
Mata Zaki melotot sempurna, saat melihat Hilya yang sekarang hanya menggunakan handuk saja, lalu langsung masuk ke kamar mandi dengan tergesa-gesa.
Gaun pengantin tadi sudah teronggok di lantai. Zaki lalu melihat ke arah sajadah yang sudah di siapkan oleh Hilya.
Zaki kemudian langsung sholat karena sudah terlambat dari tadi. Gara-gara berbagai drama bersama Hilya sejak mereka bangun tidur tadi. Hingga saat ini pun masih banyak drama.
"Ya Allah! Dia halal untuk aku sentuh! Dia istriku yang sudah aku nikahi di hadapan engkau! Aku berhak atas segala apa yang dia miliki!" ucap Zaki kembali bermonolog dengan dirinya sendiri.
Mata Zaki terus tertuju kepada pintu kamar mandi yang masih tertutup. Jantung Zaki seakan mau meloncat keluar ketika dia menunggu seseorang yang akan keluar dari kamar mandi itu, "Dia adalah istriku! Aku berhak atas dirinya!" Zaki terus meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak boleh ragu lagi.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, dukung terus author dengan like, komentar positif, favorite, vote dan gift semampu kalian, Biar Author bisa menang di lomba "You are writer Season 8" . Terimakasih reader sayang. Banyak love buat kalian 😘 😘.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments