Zaki kemudian meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke ruangannya sendiri.
Begitu sampai di ruangannya. Zaki langsung mengambil ponsel yang tadi dia letakkan di laci meja. Zaki tampak memeriksa ponselnya.
"Kenapa sampai sekarang pesanku bahkan belum terbaca?" gumami Zaki merasa heran dengan istrinya karena sejak tadi pagi istrinya sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Sebaiknya aku menghubungi umy, untuk bertanya kepada nya tentang nomor ibu mertuaku. Aku lupa kemarin ga minta nomor beliau. Aku bisa bertanya keadaan istriku kepada ibu mertuaku!" ucap Zaki bermonolog.
Zaki kemudian mencari nomor telepon Uminya untuk meminta nomor telepon Ibu mertuanya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh! Umy bisa minta kirimkan nomor telepon ibu mertuaku atau Ayah mertuaku? Zaki ingin menghubungi mereka untuk bertanya tentang keadaan istriku!" ucap Zaki langsung to the pointn dengan urusannya.
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh! Sebentar Umi kirimkan ya? Kamu sudah makan siang belum Sayang?" tanya Uminya Zaki kepada Sang putra tersayang.
"Sebentar Zaki pergi mencari makan siang. Zaki ingin mencari tahu keadaan Hilya dulu dari tadi pagi pesan Zaki belum dibaca juga!" ucap Zaki menerangkan tentang kekhawatiran dirinya terhadap sang istri.
"Ya sudah! Umi kirimkan nomor mertuamu kamu tutup dulu teleponnya!" perintah ibunya Zaki kepada putranya.
"Baik Umi!" Zaki kemudian langsung menutup teleponnya Ada menunggu nomor telepon yang dikirimkan oleh ibunya.
Begitu notifikasi pesan masuk. Zaki langsung membukanya dan meng save nomor telepon yang dikirimkan oleh ibunya.
"Terimakasih Umy sayang 😍 Zaki akan menghubungi mertua Zaki dulu 😍😘" pesan Zaki untuk ibunya.
Setelah mengirimkan pesan tersebut kepada ibunya. Zaki kemudian langsung menelepon Ibu mertuanya untuk menanyakan keadaan istrinya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!" Zaki mengucapkan salam kepada mertuanya yang ada di sebelah sana.
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Ini siapa ya? Nomornya tidak ada di dalam kontak saya!" tanya ibunya Hilya kepada Zaki.
"Ini Zaki mah! Zaki ingin bertanya tentang Apakah ia baik-baik saja?" Tanya Zaki langsung to the point dengan urusannya.
"Hilya sudah berangkat ke kampus emangnya kenapa?" tanya ibunya Hilya tampak khawatir dengan keadaan Zaki.
"Soalnya pesan dan telepon saya tidak diangkat oleh Hilya Umi. Makanya Saya sangat khawatir dengan keadaan dia!" ucap Zaki mengutarakan perasaannya saat ini kepada ibunya Hilya.
"Iya tadi malam itu Hilya tidak bisa tidur sampai subuh karena menunggu kabar Nak Zaki. ya akhirnya dia pun tertidur pulas karena lelah menunggu. Hilya tidur sampai siang, sekitar jam 09.00 baru bangun. Salat subuh pun sampai dia lewatkan. Pas dia mau menelponmu, eh... ternyata hp-nya lowbat. Akhirnya Hilya tinggalkan di rumah untuk di carge. Sampai sekarang belum Umi aktifkan. Hilya pergi ke kampus tanpa membawa ponselnya!" ucap ibunya Hilya menerangkan semua kejadian yang terjadi terhadap putrinya.
"Astaghfirullahaladzim! Jadi saya telah menganiaya Hilya dengan tidak langsung menghubungi dia tadi malam?" terdengar suara penyesalan Zaki.
"Tadi malam begitu sampai jogya, saya sangat kelelahan setelah melakukan perjalanan jauh. Oleh karena itu saya langsung tidur. Setelah selesai mandi, makan dan setelah shalat sunah. Saya pikir saya akan menghubungi Hilya setelah beristirahat. Karena saya pikir Hilya mungkin sudah tidur!" ucap Zaki menerangkan keadaan dirinya yang sesungguhnya.
"Iya nanti Umi akan sampaikan kepada Hilya supaya dia bisa tenang. Ya sudah Nak Zaki jangan di pikirkan ya? Yang penting kan nak Zaki sudah selamat sampai Jogja kami sudah sangat bahagia!" ucap ibunya Hilya memberikan hiburan kepada Zaki agar tidak merasa bersalah lagi terhadap putrinya.
"Baiklah Umi nanti tolong sampaikan kepada Hilya untuk langsung menghubungi saya ketika dia sudah sampai di rumah!" ucap Zaki kemudian dia langsung menutup teleponnya.
Zaki tidak tahu kalau sejak tadi pembicaraannya didengarkan oleh Fatimah di depan pintu yang tadi tidak ditutup oleh Zaki.
"Ya Allah, ya Tuhanku! Jadi bener kalau dia adalah suaminya Hilya? Apakah mungkin kalau Hilya telah menggantikanku untuk menikahi laki-laki yang dulu dijodohkan oleh Abi?" ucap Fatimah sambil menutup rongga mulutnya yang menganga sempurna saking kagetnya dia mengetahui kenyataan itu.
Fatimah seakan hilang keseimbangannya. Dia sampai limbung dan hampir terjatuh. Untung saja tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang menyelamatkannya. Sehingga dia tidak sampai terjatuh ke lantai ketika tubuhnya tiba-tiba kehilangan tenaga.
"Bu Fatimah tidak apa-apa? Mari bu saya Papah untuk duduk di kursi itu!" ucap laki-laki yang ternyata adalah Ilham yang tadi pagi sempat berdebat dengan Fatimah.
Fatimah yang saat ini masih linglung dan juga kehilangan tenaganya. Fatimah hanya menurut saja ketika Ilham menuntunnya duduk di sebuah kursi taman yang tidak terlalu jauh lokasinya dari ruangan Ilham.
"Duduk dulu Bu! Sebentar ya saya ambilkan air minum untuk ibu!" Ilham kemudian masuk ke dalam ruangannya dan mengambil sebotol air mineral bersegel dan dia berikan kepada Fatimah yang masih diam seribu bahasa.
"Ini Bu, minum dulu supaya Ibu lebih tenang!" ucap Ilham sambil membukakan segel air mineral yang tadi dia berikan kepada Fatimah.
"Pak Boleh saya minta tolong?" tiba-tiba saja Fatimah mengucapkan sesuatu yang aneh kepada Ilham sambil menatap Ilham dengan tatapan penuh misteri.
"Apa?" tanya Ilham pelan.
"Tolong cubit saya Pak, yang keras! Saya ingin memastikan bahwa ini bukanlah mimpi!" ucap Fatimah dengan menatap Ilham dengan tatapan penuh permohonannya yang membuat Ilham mengkerutkan keningnya karena bingung dengan kelakuan Fatimah.
"Ibu jangan ngawur deh! Masa iya, saya yang tampan dan baik hati beginu, disuruh cubit Ibu? Apa kata dunia nanti bu? Nanti bisa-bisa Ibu marah lagi sama saya!" ucap Ilham menolak keinginan Fatimah yang menurutnya absurd dan gak masuk akal.
"Tolong Pak Ilham! Tolong cubit saya yang keras agar saya tahu bahwa saya tidak sedang bermimpi?" ucap Fatimah mengulangi keinginannya terhadap Ilham.
Akhirnya dengan terpaksa Ilham menuruti keinginan Fatimah yaitu mencubit tangan Fatimah dengan sekerasnya.
"Aaaaawww!" teriak Fatimah merasakan kesakitan sehingga mengundang perhatian beberapa mahasiswa yang sedang lewat di hadapan mereka.
Ilham yang merasa tidak enak kepada para mahasiswanya. Dia langsung menutup mulut Fatimah untuk tidak berteriak lagi.
"Bu Fatimah apa-apaan sih? Tadi memohon kepada saya untuk mencubit sekerasnya. Lah sekarang Bu Fatimah malah teriak-teriak seperti itu. Nanti dikira orang-orang kalau saya sedang menganiaya Bu Fatimah lagi!" protes Ilham sambil misuh misuh.
"Sakit soalnya Pak! Makanya saya berteriak. Bapak sih, cubit saya sekeras sekali!" ucap Fatimah sambil menyengir kuda di hadapan Ilham. Ilham hanya memutar bola matanya dengan malas. Kemudian dia meninggalkan Fatimah. Karena dia sangat malu diperhatikan oleh para mahasiswa yang melintas di hadapannya sekarang.
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian ya, dengan like, comment, vote dan gift semampu kalian. Untuk mendukung karya author ini agar bisa menang lomba di You are writer season 8. Terimakasih reader sayang ❤ 💕 semoga kalian semua selalu dilimpahkan kesehatan dan juga kebahagiaan bersama keluarga kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments