Setelah diusir oleh Zaki dari apartementnya. Fatimah dan Ilham kemudian meninggalkan apartemen tersebut. Mereka memilih untuk datang ke sebuah Cafe dan tampak akrab dan bercerita-bercerita di sana, alias bergosip cantik.
" Jadi kau tidak tahu siapa istrinya pak Zaki?" tanya Fatimah merasa penasaran dengan kebenaran tentang Hilya yang menjadi istrinya Zaki karena menggantikan dirinya sebagai seorang pengantin.
"Sewaktu dia menikah. Aku sedang ada acara di sini. Sebuah seminar yang tidak bisa aku tinggalkan. Jadi aku tidak bisa menghadiri pernikahannya!" ucap Ilham sambil menyeruput jus mangga pesanannya.
"Katanya istrinya akan pindah kuliah ke sini kan? Apakah kau tahu informasinya?" tanya Fatimah berusaha untuk mencari informasi lebih jauh lagi tentang Zaki dan juga Hilya.
"Memang akan pindah ke sini. Akan tetapi tidak sekarang. Tapi nanti, pada semester baru. Karena sekarang dia sedang sibuk mempersiapkan ujian. Karena sayang juga kan, kalau keluar dalam keadaan ujian?" ucap Ilham menerangkan kepada Fatimah.
'Hilya itu seorang gadis yang pintar dan juga sangat cantik. Pasti Zaki sudah jatuh cinta kepadanya. Apalah mereka juga sudah melakukan hal itu?' batin Fatimah seakan merasa cemburu ketika membayangkan Zaki sedang bersama dengan Hilya di atas ranjang miliknya. Karena waktu itu Fatimah melihat kamarnya dihias dengan begitu cantik untuk mempersiapkan acara pernikahannya.
'Bodohnya aku! Kenapa waktu itu aku tidak berisikeras kepada Abi dan juga Umi untuk mempertemukanku dengan Zaki? Kalau tidak, Sekarang pasti dia sudah menjadi suamiku!' batin Fatimah merasa sangat cemburu ketika berpikir dan membayangkan tentang Hilya dan Zaki yang menghabiskan malam pertama mereka di dalam kamarnya.
'Aku pasti bisa merebut Zaki dari Hilya dan aku harus berusaha untuk mendapatkannya!' batin Fatimah dengan penuh rasa kebencian.
"Bu, Bu Fatimah! Kenapa Anda malahan jafi melamun? Sejak tadi saya memanggil anda!" protes Ilham kepada Fatimah yang langsung tergagap ketika badannya digoncangkan oleh Ilham dalam rangka membangunkannya dalam lamunannya.
"Ada apa Pak Ilham? kau bikin aku kaget saja!" ucap Fatimah dengan gugup dan kalut.
"Nggak usah panggil Pak! Panggil Ilham saja. Kelihatannya umur kita sama ya? Mungkin aku lebih muda sedikit darimu!" ucap Ilham sambil meringis kepada Fatimah yang memutar bola matanya dengan malas.
"Kalau aku hanya memanggilmu dengan ilham saja. Nanti akan mengundang kesalahpahaman di antara rekan kerja kita. Aku tidak mau kalau sampai ada gosip antara kita berdua!" ucap Fatimah dengan nada serius. Sehingga membuat Ilham merasa tidak enak dengan permintaannya.
"Selama kit berdua ada di kantor dan di kampus. Kita bolehlah manggil pak dan Bu. Kita memang harus mengaplikasikan sikap profesional dalam hubungan pekerjaan. Akan tetapi saat ini kan kita sedang di luar sedang makan malam bersama dengan seorang sahabat apakah pantas memanggil Pak dan Bu?" tanya Ilham sambil menatap kepada Fatimah yang saat ini terus melihatnya secara intens dan lekat.
"Baiklah tidak masalah kalau kau ingin aku panggil Ilham tanpa embel-embel "Pak" sebaiknya kau juga memanggilku Fatimah rasanya, tanpa embel-embel "Bu atau Ibu" akan sangat canggung kalau kau juga memanggilku itu!" ucap Fatimah sambil tersenyum kepada Ilham.
"Mulai sekarang kita jadi teman ya? Dan tolong di ingat kau tidak boleh nakal padaku lagi! Kalau di Kampus, kau selalu cuek dan tidak mau dekat-dekat denganku!" ucap Ilham sambil cembetut protes dengan kelakuan Fatimah yang selalu jual mahal kalau di sudah berada di kampus.
"Aku kan dosen baru di kampus, Ham! Aku tidak mau mengundang gosip maupun sesuatu yang akan merusak reputasiku!" ucap dengan nada serius.
Tampak Ilham menarik nafas dengan dalam. Kemudian dia melepaskannya dengan kasar Ilham juga meraup wajahnya karena tampak frustasi dengan apa yang dikatakan oleh Fatimah baru saja.
"Kau itu sungguh aneh tahu gak sih? Pola pikirmu benar-benar tidak bisa aku jangkau!" ucap Ilham sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan apa yang dikatakan oleh Fatimah mengenai dirinya yang selalu dicuekin oleh Fatimah di kampus.
"Apanya yang janggal? Apanya yang aneh?" tanya Fatimah sambil menautkan alisnya karena dia heran dengan pertanyaan Ilham yang tidak Dia mengerti maksudnya.
"Aaya heran denganmu. Kau tidak merasa takut kehilangan reputasimu, ketika kau mengejar-ngejar Zaki. Bukankah dia lebih tidak layak untuk kau kejar? Karena dia sudah mempunyai seorang istri!" ucap Ilham dengan nada ketus dan dia menatap Fatimah yang saat ini menatapnya dengan mata yang memerah karena menahan amarah.
"Aku ini seorang single Fatimah! Sama sekali tidak masalah kalau kau mendekatiku atau akrab denganku. Tidak akan ada yang protes maupun marah kepadamu dan reputasimu tidak akan hancur karena hal itu!" ucap Ilham.
"Berbeda halnya kalau kau terus mengejar dan mepet terhadap Zaki yang notabene sudah memiliki Seorang Istri. Maka dapat saya pastikan, reputasimu sebagai seorang dosen pasti akan lenyap dalam satu hari!" ucap Ilham sambil menatap tajam kepada Fatimah yang sekarang tambah marah kepada dirinya.
"Dengar ya Ilham! Aku mendekati Zaki itu adalah alasannya bukan hanya asal mendekati saja. Kalau kau tahu Zaki itu sebenarnya adalah calon suamiku. Akan tetapi, karena aku melarikan diri ke sini. pada akhirnya dia menjadi menikah dengan adikku. demi menyelamatkan nama baik keluarga Karena apabila pernikahan sampai batal pasti akan berimbas kepada hubungan baik antara kedua orang tua kami. Apa kau sekarang mengerti?" tanya Fatimah sambil menatap kepada Ilham yang sekarang tengah menutup mulutnya karena saking terkejutnya dengan berita tersebut.
"Ya Allah! Apakah benar kalau kau adalah calon istri Zaki yang seharusnya dia nikahi?" tanya Ilham tampak takjub dengan keterangan yang diberikan oleh Fatimah kepada dirinya sekarang ini.
Yah itu ada kebenaran dan fakta yang harus kau ketahui. Jadi jangan asal bicara kalau kau tidak tahu apa-apa!" hardik Fatimah sambil menatap tajam kepada Ilham yang kini mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku bisa membayangkan betapa besarnya penyesalan yang ada di hatimu. Karena sudah mencampakkan seorang Zaki Al Bukhari. Calon pewaris pondok pesantren besar di Indramayu dengan santri puluhan ribu setiap tahunnya yang dikelola oleh Kyai Haji Rasyid! Zaki seorang laki-laki paripurna dan pilihan. Kau pasti benar-benar tidak bisa tidur ketika memikirkan tentang Zaki, bukan?" tanya Ilham sambil menatap mata Fatimah mencoba untuk menelisik isi hati perempuan cantik itu yang usianya terpaut 5 tahun dengannya.
"Yah l! Aku sangat menyesal sekali. Aku bahkan tadi sudah meminta kepada Zaki. Untuk dia supaya membatalkan pernikahan dirinya dengan adikku. Tetapi dia menolak dia mengatakan kalau aku adalah perempuan. Dila yang membuatnya bahwa dia benci padaku! ucap Fatimah sambil melihat lurus ke depan di mana Zaki tampak sedang mengantri untuk membeli makanan di cafe itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments