Setelah perjalanan selama 8 jam perjalanan Jakarta - Jogjakarta. Akhirnya Zaki sampai juga di apartemen yang dia tempati selama dia tinggal di Jogjakarta.
"Ah lelah sekali? Sebaiknya Aku tidur dulu, baru besok pagi aku akan menghubungi Hilya, bahwa aku sudah sampai di Jogjakarta!" ucap Zaki kepada dirinya sendiri dan kemudian Dia memutuskan untuk mandi dulu karena badannya merasa gatal dan juga lengket setelah selama 8 jam lamanya berada di dalam mobil.
Sekitar jam 04.00 setelah Zaki melaksanakan salat tahajud, Zaki memutuskan untuk tidur dan beristirahat selama beberapa jam ke depan. Sebelum nanti pagi pada pukul 08.00 dia akan mulai bertugas kembali ke kampus tempat dia bekerja.
Sementara itu, Hilya di Jakarta tampak tidak bisa tidur. Dia terus gelisah sebentar sebentar melihat ponsel. Pesannya sejak tadi malam masih belum juga dibaca oleh Zaki sang suami tercintanya.
"Ya Allah! Kenapa sampai sekarang pesanku masih belum juga dibaca oleh Mas Zaki? Apakah dia baik-baik saja di sana?" Hilya terlihat terus mondar-mandir di dalam kamarnya. Sebentar-bentar dia melihat ponselnya barangkali suaminya menghubungi dirinya. Dan memberitahukan tentang keadaannya saat ini.
Sampai subuh Hilya masih belum juga bisa memejamkan matanya. Karena dia sangat khawatir dengan keadaan suaminya yang sampai saat ini belum juga membaca pesannya yang dia kirim sekitar 3 jam yang lalu. " Ya Allah ada apa dengan Mas Zaki kenapa sampai saat ini dia belum juga membaca pesanku ataupun menghubungiku Apakah dia lupa padaku ataukah dia tidak ada waktu untuk membukanya?" pakai pertanyaan terus berseliweran di kepalanya Hilya.
Padahal saat ini Zaki sedang terlelap dalam tidurnya. Zaki memang sengaja tidak menghubungi Hilya untuk mengabarkan kepada istrinya tentang dirinya yang sudah sampai di Jogjakarta.
Niatnya, dia akan menghubungi Hilya besok pagi. Setelah dia merasakan tidak lelah lagi. Setelah melakukan perjalanan jauh. Oleh karena itu, Zaki memilih untuk tidur dulu. Karena pikirannya saat ini sedang ruwet dan badannya juga sedang lelah.
Keesokan paginya, Zaki terbangun dengan alarm yang sudah dia pasang pada jam 05.30 pagi. Setelah melaksanakan salat subuh. Akhirnya Zaki mencari ponselnya. Dia berniat untuk menghubungi sang istri yang dia tinggalkan di Jakarta.
Tetapi Hilya yang sudah terjatuh tidur dari subuh tadi. Dia belum juga mengangkat ponselnya. Sehingga membuat Zaki merasa heran kenapa istrinya tak mengangkat teleponnya sejak tadi.
"Ya Allah kenapa istriku tidak mengangkat teleponku dari tadi? Apakah dia marah padaku? Ataukah dia masih tidur ataukah dia mungkin sudah berangkat ke kampusnya? Tapi ini terlalu pagi untuk pergi ke kampus!" Zaki Terus menebak-nebak yang menjadi
alasan istrinya tidak mengangkat teleponnya.
"Sudahlah! Biarkan saja. Lebih baik aku sekarang masak dulu dan menyiapkan sarapan untuk diriku. Sehingga aku bisa beraktivitas dengan baik di kampus. Jangan sampai aku kelaparan di sana!" Zaki memutuskan untuk pergi ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Setelah 20 kali menelepon istrinya tidak juga diangkat-angkat.
Ketika Zaki sedang bersiap di dapur dan memasak untuk dirinya sendiri. Ponselnya Zaki berdering dan ternyata itu dari orang tuanya Zaki di Indramayu.
"Kenapa sampai sekarang Zaki dihubungi masih susah? Dia belum juga mengangkat panggilan dari Abi!" ucap Kyai Rasyid memberikan laporan kepada sang istri, Zahra.
Zahra yang sejak tadi terus mondar-mandir ingin menghubungi putranya yang sejak tadi malam belum juga memberikan kabar.
"Aby, tinggalkan pesan untuk Zaki kalau dia sudah memegang ponselnya untuk menghubungi kita!" perintah Zahra kepada Kyai Rasyid sang suami tercinta.
"Ini, Umi saja yang memberikan pesan untuk Zaki. Abi harus segera kembali ke Aula Pondok untuk mengajar anak-anak!" ucap Kyai Rasyid kemudian dia memberikan ponselnya kepada Zahra dan dia sendiri kemudian meninggalkan sang istri untuk kembali ke Aula pondok pesantren untuk kembali mengajar para santrinya di sana.
"Ya ampun Abi! Hanya sekedar kirim SMS buat anaknya saja malas!" ucap Zahra merasa kesal kepada suaminya yang seperti tidak peduli dengan keadaan putranya saat ini.
"Zaki kalau kau sudah ada waktu! Segera hubungi Umi sayang! Umi khawatir dengan keadaanmu nak!" Zahra Meninggalkan pesan suara untuk putranya Zaki, yang sudah sangat dia rindukan sejak tadi malam.
Tampaknya dalam perjalanan ke Jogjakarta Zaki tidak mampir dulu ke kediaman orang tuanya di Indramayu. Karena saat itu Zaki memang sedang mengejar waktu agar subuh bisa sampai ke Jogjakarta karena jam 08.00 pagi Zaki harus segera ke kampus untuk melapor kembali.
Setelah menunggu sekitar setengah jam kemudian ponsel Zahra pun berdering dan itu adalah panggilan dari putranya yang tercinta bernama Zaki Al Buchori.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh! Apa kabar Umi sama Abi mohon maaf tadi malam Zaki tidak mampir dulu ke Indramayu karena Zaki mengejar waktu agar sampai subuh di Jogjakarta!" Zaki langsung meminta maaf kepada ibunya. Karena dia tidak mampir dulu ke rumah mereka. Di saat dia melakukan perjalanan ke Jogjakarta.
"Iya sayang, tidak apa-apa! Yang penting kamu sudah selamat sampai ke Jogjakarta. Umi khawatir dengan kamu sayangku!" ucap Zahra merasa senang karena ternyata putranya sudah sampai di Jogjakarta dengan aman dan selamat.
"Ya Umi, Maafkan Zaki! Karena jam 08.00 pagi harus sudah sampai di kampus dan melaporkan bahwa mulai hari ini Zaki akan kembali bekerja di kampus." ucap Zaki memberitahukan situasinya saat ini kepada ibunya yang sedang khawatir tentang kondisi dirinya di Yogyakarta.
"Apakah istrimu ikut Kau ke Jogjakarta Zaki?" tanya Zahra karena dia kemarin lupa tidak bertanya kepada besannya tentang istrinya Zaki yang akan tinggal di mana setelah pernikahan mereka berdua.
"Hilya tidak ikut Zaki ke Jogjakarta sekarang Umy! Karena dia sedang menjalani ujiannya di kampus. Nanti setelah ujiannya selesai, baru Zaki akan menjemput dia untuk tinggal bersama di Jogjakarta. Zaki akan memindahkan kuliahnya Hilya ke kampus tempat Zaki bekerja agar Zaki bisa menjaga dia!" ucap Zaki menerangkan perihal tentang istrinya kepada ibunya yang dia sayangi.
"Syukurlah Alhamdulillah kalau istri mau untuk mengikutimu ke Jogjakarta. Walaupun sebetulnya sayang juga, kalau dia pindah ikur dengan kamu, itu artinya Hilya tidak akan kembali ke pondok!" ucap Ibunya Zaki merasa sedih karena dia tidak akan lagi bertemu dengan Hilya menantunya.
Zahra mengenal Hilya sebagai seorang santri yang baik dan juga rajin selama ini dialah yang membimbing langsung Hilya dalam program Tahfidz yang diikutinya.
Jadi, Zahra sangat mengenal karakter Hilya yang terkenal baik, pintar dan juga sopan.
"Hanya saja kalau sampai Hilya pindah ke Jogja, itu artinya Umi akan merindukan dia. Karena dia tidak akan lagi tinggal di pondok!" sesal Zahra karena tidak akan bisa bertemu lagi dengan Hilya santri kesayangannya.
"Tapi Umi, kalau Hilya tidak ikut Zaki ke Jogjakarta. Maka Zaki di sini yang hidup menderita. Apa umi tega membiarkan Zaki sengsara hidup sendiri tanpa seorang istri?" Tanya Zaki merajut kepada ibunya yang tampaknya tidak rela melepaskan istrinya untuk ikut dirinya ke Jogjakarta.
"Iya sayangku! Tidak apa-apa kalau istrimu ikut denganmu. Nanti Umi akan datang ke Jogjakarta apabila rindu dengan kalian!" ucap Zahra pada akhirnya mengalah tidak ingin berdebat dengan putranya.
Zahra mengalah, karena dia sadar. Hilya memang telah menjadi tanggung jawab Zaki, sebagai suami Hilya saat ini. Dia tidak mau ribut apa lagi sampai berebut menantunya dengan dang putra kesayangannya, itu sungguh konyol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments