20. Pengecut

Kirana kebingungan. Arah yang mereka tempuh ternyata menuju ke apartemennya sendiri. "Kita nggak jadi makan dulu, Yat?"

"Jadi... Tapi di kafe dekat apartemen kamu saja. Biar setelah makan, kamu bisa langsung masuk dan beristirahat..." Jawab Hidayat seraya membelokkan motornya ke kafe yang ia tuju.

"Tapi aku ingin jalan-jalan dulu sama kamu, Yat... Aku belum ingin pulang..." Protes Kirana terdengar sendu.

"Kamu harus istirahat, dan aku juga harus segera pulang..." Jawab Hidayat sambil membuka helmnya ketika ia telah menghentikan motornya disana.

Kirana dengan berat hati menurut. Ia berniat hendak menggandeng tangan Hidayat, namun Hidayat malah masuk ke dalam kafe terlebih dahulu.

Sesampai di dalam, Hidayat mencari meja kosong di posisi yang paling pojok. "Kamu mau pesan apa?"

"Apa aja deh... Yang penting samain sama kamu..." Jawab Kirana sambil menatap lekat wajah Hidayat. Ia berusaha mencari jawaban atas kebingungannya terhadap perubahan sikap Hidayat yang begitu tiba-tiba kepada dirinya.

Hidayat membuat pesanan, lalu kembali fokus pada Kirana. "Gimana kondisi ayah kamu?"

"Ayah?" Wajah Kirana berubah sendu. "Emmm..."

"Lagi? Kamu masih belum bisa cerita, ya? Tidak masalah..." Ujar Hidayat.

"Sakit ayahku semakin parah, Yat... Waktu aku datang, ayah malah tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Ayah... Ayah..." Kirana menangis sedih.

Hidayat melihatnya dengan wajah prihatin. Ia hendak menenangkan Kirana, namun tangannya ia tahan kembali. Rasa iba membuatnya urung untuk menyampaikan niatnya yang sudah ia rencanakan dari sebelumnya.

"Ayah kamu sakit apa, Kiran? Sebenarnya apa yang terjadi kepada beliau?" Tanya Hidayat mencoba menjadi pendengar yang baik untuk Kirana. Selama ini Hidayat hanya tahu ayah Kirana sakit, tanpa ia tahu sakit apa sebenarnya.

"Dua tahun yang lalu ayah aku jatuh dari tangga rumah... Aku baru saja merintis karir aku di dunia entertainment, dan aku harus kuat untuk itu. Ayah mengalami kelumpuhan, sehingga tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya, kecuali kepala dan tangannya saja..." Kirana menyeka air matanya.

"Ini pertama kali bagiku bercerita, dan aku merasa nyaman jika itu adalah kamu pendengarnya, Yat... Kamu tidak pernah menganggap aku rendah, dan kamu selalu menjaga perasaanku... Kamu tidak pernah meminta lebih dariku sebagai gantinya, meski kamu telah memberikan lebih dari yang kamu sanggup, dan aku tahu itu... Kamu sabar menghadapi aku, dan tidak pernah mencurigai aku sama sekali... Aku tidak bohong, Yat... Aku perlu, dan aku terdesak..."

Hidayat mengangguk, ia meyakinkan dirinya bahwa ia paham dengan perasaan Kirana. Namun, ia lebih yakin jika saat ini perasaannya hanya tersisa iba melihat luka yang ditanggung oleh perempuan yang masih menjadi kekasihnya itu.

"Aku yakin, kamu pasti bisa melewati ini semua, Kiran..."

"Iya, jika kamu bersamaku..." Tegas Kirana sambil menatap Hidayat dengan penuh permohonan.

Hidayat tercenung beberapa saat. Baru saja ia hendak berkata, Kirana mulai bercerita lagi.

"Sekarang ayahku hanya bisa menggerakkan bola matanya saja, Yat... Ayahku lumpuh total... Aku tidak punya siapa-siapa untuk berkeluh kesah, meskipun orang-orang menganggap aku berada di kehidupan yang layak... Padahal kenyataannya aku bekerja siang malam, bahkan sampai subuh, tapi tidak mampu menutupi semuanya... Ibu tiri aku juga selalu menekan aku..."

***

Sudah pukul setengah sepuluh malam, Hidayat baru sampai di pekarangan rumah. Ia melihat seluruh lampu rumah telah padam, kecuali lampu kamarnya. Ia sangat meyakini bahwa Maira menunggu kepulangannya.

Hidayat menghela napas berat. Pikirannya begitu kacau, mengingat betapa pengecut dirinya yang tidak berani mengambil keputusan.

Ucapan Maira beberapa hari lalu terngiang di telinganya. Ia kecemasan, takut kalau-kalau ia tidak sanggup jika menghadapi kekecewaan di hati istrinya itu nanti.

Di sisi lain hatinya, ia juga tidak tega menambah beban dan luka di batin Kirana. Mendengar cerita kehidupan kekasihnya itu, ia terenyuh. Namun, bukan berarti perasaannya terhadap Kirana sama seperti perasaannya terhadap Maira, yaitu cinta.

Hidayat perlahan membuka pintu kamar, lalu ia melihat ke sekelilingnya. Matanya belum juga menampakkan istrinya itu dimana-mana. Rasa cemas menggerayangi hatinya, kekhawatiran yang terlalu berlebihan sejak ia kembali bertemu dengan Kirana tadi.

"Maira..." Ia mencoba memanggil dengan lembut.

"Maira..." Ulangnya lagi. Namun Maira belum juga menyahut. Ia mulai gelisah, lalu terburu-buru menuju kamar mandi.

"Maira..." Panggil Hidayat dengan napas mulai sesak. Ia terkejut ketika pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba sebelum ia sempat memegang gagang pintunya.

"Astaghfirullah hal'azhiim, Abang?" Ucap Maira tak kalah terkejut.

"Maira menangis?" Tanya Hidayat seraya mengapit pipi Maira. Ia melihat mata Maira yang memerah dengan perasaan yang gelisah.

Maira dibuat gugup olehnya, dan kemudian menahan tangan Hidayat sambil membalas tatapan Hidayat yang lekat. "Abang sudah pulang, ya? Maaf, Maira tidak dengar... Maira baru saja dari kamar mandi..."

Maira menyeka air matanya yang masih saja terus mengalir. Tersirat kepedihan dari raut wajahnya, membuat Hidayat semakin kebingungan dan juga cemas.

"Ada apa, Maira? Apa yang terjadi? Kenapa Maira menangis?" Tanya Hidayat begitu panik, lalu menggiring Maira ke tempat tidur.

Hidayat terus menatap Maira yang sesenggukan. Meski ia tidak tahu apa yang terjadi, namun hatinya begitu ketakutan. Rasa takut yang berlebih mengingat jika Maira tahu tentang hubungannya dengan Kirana.

"Maira sama sekali tidak tahu sebelumnya, Bang..." Ucap Maira sebisa mungkin menahan tangisnya.

"Ada apa, Maira?" Tanya Hidayat lagi dengan takut-takut.

"Maira sedari tadi baca bukunya kak Zahra..." Maira kembali terisak.

Hidayat tercengang. Ia sedikit lega mendengar pengakuan Maira, namun ia juga iba melihat istrinya menangis sesenggukan begitu.

"Ternyata, mereka memang pasangan sejati... Banyak hal yang mereka lalui bersama. Suka duka keduanya... Dan kerelaan kak Zahra pada bang Ajiz dengan harta serta seluruh hidupnya... Kak Zahra memang perempuan berhati mulia... Walau ia sebagai peran utama dalam buku ini, tapi tetap saja kak Zahra menuliskan dengan hati-hati peranannya... Tidak ada satu pun yang bermakna kesombongan untuk dirinya... Maira jadi terharu ketika kak Zahra menyembunyikan tentang musibah yang menimpa bang Ajiz kepada kita semua, juga berbarengan dengan menyembunyikan kegelisahan hatinya kepada bang Ajiz tentang musibah yang dialami kak Rianur... Apa ada perempuan begitu? Apa ada seorang istri begitu, Bang?"

Maira menatap Hidayat dengan perasaan yang sangat dalam. Air matanya semakin tak dapat ia hentikan ketika ia menceritakan kembali tentang kakak dari suaminya itu.

Hidayat mengusap pipi Maira yang basah, lalu ia mengangguk. "Maira orangnya... Maira seperti kak Zahra terlihat oleh Abang... Maira istri yang baik, meskipun Abang bukan suami yang baik..."

"Maira rindu kak Zahra... Maira ingin ketemu kak Zahra lagi... Maira ingin dipeluk sama kak Zahra, Bang..."

Mendengar itu, Hidayat segera mendekap Maira. Membenamkan kepala Istrinya ke dalam dadanya. Matanya memerah. Ia juga sama, tiba-tiba begitu merindukan almarhumah kakaknya.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

kamu bukan cuma pengecut ya tapi juga plin plan kamu sadar makin banyak orang yang kamu sakiti setelah ini....

2023-02-04

1

Bunda Titin

Bunda Titin

lagi2 kamu bikin kecewa Yat.......,..bknnya langsung putusin. malah nanya2 segala jdnya kamu ragu2 LG trs aj begitu,. yg ada kamu bener kehilangan Maira........bkn cuma pengecut Yat tp kamu jg pecundang.........🤔🙄😬😤

2022-12-06

1

Ratna Dadank

Ratna Dadank

ya ellaaaaahhh...kemana aja lu yat..
baru sadar lu kalo lu tu pecundang kelas kakap!!!!


selesaikan cepat urusan lu sama kiran...

2022-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!