03. Perdebatan

Hidayat merenung, memunggungi ibunya yang menatapnya dengan permohonan. Raut kekecewaan terbesit jelas di wajahnya yang kusut penuh kehampaan.

"Ibu memutuskan semua ini secara sepihak tanpa mendengar pertimbangan dari Hidayat dulu..." Ucap Hidayat dengan suara getir.

"Apa lagi yang perlu kamu pertimbangkan, Nak? Ini sudah menjadi keputusan Ibu... Tolong, tolong untuk kali ini bersikaplah seperti almarhumah kakakmu..." Ucap bu Zainab memelas.

"Tapi ini berbeda, Bu..."

Hidayat membalikkan badannya menghadap ke ibunya, lalu ia berjalan mendekat. Sementara anggota keluarganya yang lain hanya diam mendengar perdebatan di antara mereka.

"Apanya yang berbeda? Katakan! Katakan apa alasanmu menolak permintaan Ibu..." Tegas bu Zainab bersikeras pada keputusannya.

"Hidayat... Emmm..." Hidayat tiba-tiba menjadi gugup. Ia tak lagi berani menatap ibunya.

"Kenapa? Coba beri alasan kepada ibu, mengapa kamu sampai bersikap seperti ini? Apa kurangnya Maira? Kenapa kamu menolak untuk menikahinya?" Desak Bu Zainab tanpa ampun.

"Tidak ada yang salah dari Maira, Bu... Hanya saja Hidayat tidak memiliki rasa terhadapnya..."

Semua anggota keluarga yang mulanya hanya diam, kini beralih menatapnya tajam.

"Lalu, apa ada perempuan lain di hatimu?" Tanya Muslim, kakak lelakinya mulai mengintimidasi dirinya.

"Memangnya tidak boleh jika hati ini memiliki rasa terhadap seseorang, Bang? Bang Mus enak akan menikah dengan perempuan yang Bang Mus suka..." Keluh Hidayat terdengar tidak menyukai pertanyaan itu.

Muslim bangkit dengan wajah garang. Ia terlihat murka, namun Umayyah dengan sigap menahannya agar tidak mengeluarkan kata-kata lagi.

"Tidak ada yang salah dengan perasaan kamu, Nak... Hanya saja, bukankah dengan menikahi Maira, keluarga kita akan tetap mengokohkan hubungan yang sudah dibangun oleh almarhumah kakakmu dengan keluarga Maira? Kita juga sudah mengenal detail keluarga mereka... Orang tua Maira saja yang hanya memiliki dua anak, rela memberikan kedua anaknya itu untuk dijadikan menantu oleh Ayah dan Ibu... Padahal, bisa saja mereka mencari yang lebih baik daripada keluarga kita ini..."

Hidayat menunduk. Ia sebenarnya masih tidak mengerti dengan keputusan keluarganya yang bersatu memaksa dirinya untuk menerima perjodohan ini, namun ia sebagai anak paling bungsu hanya bisa pasrah dan menyerah.

Bu Zainab mendekati Hidayat lagi. Ia terlihat mulai melunak. "Apa kakakmu sama sekali tidak pernah berwasiat terhadap kamu, Nak? Maira anak yang baik, dan telah lama menaruh hati kepadamu... Tapi ini memang bukan perkara hatinya saja, melainkan demi kakakmu dan segala peninggalan mereka berdua. Ingatlah! Sesuatu yang buruk bagimu, belum tentu buruk bagi Allah... Bisa jadi apa yang tidak kamu sukai, malah itu yang terbaik bagimu..."

Hidayat bergeming. Seketika ia menjadi pelawan dalam hati. Memberontak tanpa berani berteriak menyatakan argumennya yang menolak keras perjodohan ini.

Perdebatan pagi ini usai. Hidayat menelan kekecewaan terhadap keputusan keluarganya yang bertolak dengan kemauannya sendiri.

Dadanya terasa sesak. Ia tidak sanggup lagi membantah, namun ini bukan inginnya. Ia bersandar di dinding bawah jendela kamarnya yang menghadap ke perkebunan belakang rumah. Di dalam genggamannya terdapat secarik foto. Ia angkat, lalu menatap gambar wajah di dalam foto itu.

"Aku menyukai Kirana, Kak..." Ucapnya berkeluh-kesah kepada foto yang ternyata bergambar diri almarhumah kakaknya, Zahrana Habibah Marwan.

"Bagaimana mungkin menikahi Maira adalah wasiat kakak, sementara kakak menyukai Kirana juga, Kan? Katanya, dia mau berhijab setelah ini. Dia mau meninggalkan dunia entertainment demi Hidayat..." Ucap Hidayat mencurahkan segala isi hatinya, dan mungkin itu jauh lebih baik baginya saat ini.

***

Maira terlihat melamun di sudut rumahnya. Setelah acara tahlilan malam ke dua di rumah mertua abangnya semalam, ia dan kedua orangtuanya kembali ke desanya. Tahlilan ke tiga akan di adakan di rumahnya untuk nanti malam.

Ia tampak dilema. Tatapan Hidayat pada malam itu masih mengganggu pikirannya, menelisik jantung hatinya. Ia merasa risau, takut jika Hidayat tidak menyukai jawaban darinya.

"Kenapa Maira melamun? Apa Maira masih sedih dengan kepergian bang Ajiz?" Ibu Maira datang dan duduk di sebelahnya. Beliau mengusap lembut punggung Maira dengan penuh kasih.

"Maira tidak boleh egois, Bu... Bang Ajiz pasti merindukan kak Zahra, dan pastinya mereka sudah berkumpul saat ini. Mereka berdua orang baik, Bu..." Jawab Maira berusaha menyemangati dirinya sendiri.

"Benar sekali... Lalu, apa sekarang yang menjadi kegelisahan Maira? Apa tentang perjodohan Maira dengan Hidayat kah? Apa Maira hanya berpura-pura setuju kemarin untuk menyenangkan hati bu Zainab?" Tanya ibunya lagi masih dengan lembut.

Maira terdiam. Ia menundukkan wajahnya, diam seribu bahasa. Ia tidak tahu harus memulai dari mana untuk bercerita kepada ibunya itu.

"Maira? Sini, Nak... Lihat Ibu..." Pinta ibunya sambil menarik pelan dagu Maira, lalu membuat Maira menghadap langsung ke wajahnya.

"Maira bebas menolak, dan nanti ibu akan bicara kepada ayah..." Ucap ibu Maira begitu bijaksana.

"Sebenarnya, emmm..."

Ibu Maira hanya memerhatikan mimik wajah Maira dengan kasih, tanpa beliau mendesak agar Maira mau bicara terus terang terhadapnya.

"Maira bagai kejatuhan durian runtuh saat ibu bang Hidayat meminta Maira untuk menjadi menantu beliau, Bu... Dari awal, Maira memang telah menyukai bang Hidayat..." Tutur Maira mengakui perasaannya terhadap ibunya sendiri.

"Benarkah? Kenapa Maira tidak pernah cerita kepada Ibu?"

"Maira malu, Bu..." Jawab Maira kemudian kembali menundukkan wajahnya.

"Maira malu sama Ibu sendiri? Bukankah teman curhat untuk anak gadis itu adalah ibunya sendiri, ya? Apa Ibu pernah mengabaikan perasaan Maira sebelumnya?" Tanya ibu Maira terlihat sedih.

"Maaf, Ibu... Bukan begitu..." Maira terlihat gugup. Dia juga bingung dan merasa bersalah. "Sebelumnya Maira cuma cerita kepada almarhumah kak Zahra..."

"Terus, almarhumah Zahra bilang apa, Nak?"

"Maira senang sekali, Bu... Awalnya Maira sedikit kecewa, tapi setelah kak Zahra bilang jangan hilangkan Allah dari hati Maira, Maira jadi yakin bahwa maksud kak Zahra sangat mendukung sekali perasaan Maira kepada bang Hidayat..." Jelas Maira sambil tersenyum mengenang pembicaraannya dengan almarhumah kakak iparnya beberapa bulan lalu.

"Almarhumah kakak ipar kamu memang spesial, Nak... Pantas almarhum Abang kamu begitu mencintainya. Ibu tidak menyangka, putra kebanggaan Ibu akan meninggalkan Ibu begitu cepat, bahkan belum sempat memberikan Ibu seorang cucu. Lelaki hebat untuk Maira setelah ayah..." Ibu menyeka air matanya, lalu menatap Maira dengan kebimbangan.

"Bagaimana dengan Hidayat? Apa dia akan mencintai Maira? Apa Hidayat akan membahagiakan Maira? Cuma Maira yang tersisa sebagai harta paling berharga bagi Ibu dan ayah, Nak... Ibu tidak ingin Maira menderita, bahkan merasakan pedih sedikit saja..."

Maira menggenggam tangan ibunya. Ia menyeka air mata ibunya yang masih tersisa. "Maira rasa, bersama bang Hidayat Maira akan bahagia, Bu..."

Ucapannya begitu meyakinkan, namun tidak untuk pikirannya sendiri. Tatapan Hidayat kemarin masih membuat ia ragu.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

yaa,aku hampir lupa sosok Kirana lawan mainnya Arya , Hidayat memang memiliki watak keras kepala, karena dalam pikirannya kini hanya sebatas keinginan nya sendiri, masih belum memikirkan kebahagiaan orang lain,bungsu masih merasa dia ingin bahagia dengan pilihannya sendiri,dan keras kepala,juga pemberontak saat inginnya tak sesuai harapan.....

2023-02-03

2

yelmi

yelmi

semangat nulis & sehat selalu tor👍❤️

2022-11-21

2

Asri

Asri

hmmm ternyata rasa suka ke aktris yg memerankan kakaknya, berlanjut...
oh iya kak, ajiz meninggal knp ini? kalo gak salah dulu zahrana dimakamkan dibelakang rumah yg mereka tempati, bukan belakang rumah ortunya 🤔

2022-11-15

3

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!