17. Sungguh-Sungguh

Sudah lima hari sejak kedatangan kedua ibu mereka. Setelah memastikan rumah tangga mereka baik-baik saja, ibunya Maira terus merengek kepada Bu Zainab untuk segera pulang ke kampung.

Bu Zainab sebenarnya juga tidak ingin berlama-lama, namun gelagat anak dan menantunya itu sangat mencurigakan baginya.

"Kenapa cepat sekali Ibu pulang? Maira kan masih kangen..." Ucap Maira dengan manja.

"Memangnya Maira tidak kasihan sama ayah sendirian, hmm? Apa-apa sendiri... Ibu bahkan beberapa hari ini menangguhkan banyak ibadah karenanya..."

Maira tertegun mendengar ucapan ibunya.

"Kamu tahu, Nak? Setiap waktu yang kamu habiskan bersama suamimu adalah ibadah. Terselip banyak pahala yang akan kamu terima kelak di akhirat. Maka karena itulah dikatakan bahwa menikah itu adalah ibadah terpanjang. Setelah menikah, seseorang sama saja menyempurnakan separuh agamanya. Berbicara saja Maira kepada nak Hidayat sepatah, ada ibadah di dalamnya, dan tentu saja juga ada dosa. Tergantung Maira berucap apa terhadap suaminya Maira..." Tambah ibunya lagi.

Hidayat yang juga duduk disana, ikut merasa tertampar oleh penuturan mertuanya itu. Ia melirik Maira yang masih saja menunduk menghayati ucapan demi ucapan yang disampaikan oleh ibunya.

"Maafkan Maira, Bu... Keegoisan Maira membuat Maira lupa bahwa Ibu juga punya tanggung jawab dan kewajiban di rumah..." Ucap Maira dipenuhi rasa bersalah.

"Kamu tidak perlu minta maaf, Nak... Cukup bantu orang tuamu untuk mewujudkan apa yang diimpikannya kepada anak perempuannya. Dan kamu tahu, kan, apa?"

Maira mengangguk. "Seorang perempuan mendapat kabar bahwa ayahnya tengah sakit, namun suaminya belum pulang pada saat itu. Lalu, ia mengutus seseorang untuk menanyakan perihal tersebut kepada Rasulullah. Rasullullah berkata, 'Taatilah suamimu...' Tidak beberapa lama kemudian, perempuan itu mendapat kabar lagi bahwa ayahnya telah meninggal, dan ia kembali mengutus seseorang untuk menemui Rasulullah. Dan Rasulullah mengatakan hal yang sama, 'Taatilah suamimu...'. Ia dilema, sampai orang yang mengabari keadaan ayahnya itu berkata bahwa ayahnya akan dikuburkan, dan tidakkah ia ingin melihat wajah ayahnya untuk yang terakhir kali? Perempuan itu bersedih, namun tak lama datang seseorang yang diutus Rasulullah untuk memberitahu bahwa ayahnya telah masuk surga karena ketaatannya kepada suaminya."

Hidayat terpana mendengar cerita Maira. Cerita yang tidak asing, dan sering kali ia dengar. Namun kali ini ia mendengar dengan perasaan yang berbeda. Istrinya yang bercerita, dan ia merasa ada pesan bermakna yang tersirat di dalamnya.

"Bagaimana dengan kamu, Yat?" Bu Zainab menatap putranya tajam.

"Eh?" Hidayat tercengang. "Mak-masud, Ibu?"

"Bagaimana cara kamu memperlakukan istri kamu, sama seperti cara kamu menjaga martabat orang tuamu, terutama Ibu..." Ucap bu Zainab.

"Iya, Bu, Hidayat paham... Insya Allah Hidayat akan memperlakukan Maira sebaik-baiknya... Hidayat janji..." Ikrar Hidayat terlihat meyakinkan.

Maira spontan menoleh kepadanya. Tatapannya datar penuh selidik, sementara ibunya Maira tersenyum senang.

"Terima kasih, Nak Hidayat... Sekarang Ibu semakin yakin bahwa Maira pasti akan bahagia bersama kamu... Lain kali, kalian harus luangkan waktu untuk liburan, ya... Benar kan besan?"

"Benar itu... Memang sudah seharusnya..." Sahut Bu Zainab cepat.

"Insya Allah, Bu... Setelah Tesis Hidayat selesai, kami akan jalan-jalan... Alhamdulillah perkembangan kios juga sudah mulai besar sekarang... Bu Lila, tetangga kios kita bulan depan kontraknya berakhir, dan dia tidak berniat untuk melanjutkan. Jadi, Hidayat berencana mau ambil. Kios yang sekarang sangat sempit, Bu..." Tutur Hidayat.

Dahi Maira mengernyit mendengarnya.

"Bagus itu, Nak... Otomatis karyawan juga ditambah, kan?" Ucap Ibunya Maira terlihat bangga.

"Rencananya begitu, Bu... Ibu doakan, ya..."

"Kami selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian."

***

Malam ini rumah kembali sepi. Sudah lewat waktu isya, Maira hendak membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Beberapa hari ini ia tidur di sofa, dan karena ibu beserta ibu mertuanya telah pulang kampung, ia berpikir kehidupannya akan kembali seperti semula pada saat pertama kali ia datang ke rumah ini.

Baru saja ia bersandar sambil membuka buku, tiba-tiba suara motor Hidayat terdengar masuk pekarangan rumah. Maira keheranan, tidak biasanya suaminya itu akan pulang dari kampus secepat itu, kecuali ketika ada ibu mereka di rumah.

Maira mau bersikap acuh, ia kembali melanjutkan bacaannya. Beberapa saat kemudian, pintu kamarnya berderik. "Assalamualaikum..."

Maira terkejut. Ia dengan cepat menarik selimut, lalu menutup seluruh tubuhnya.

"Wa'alaikum salam," jawabnya sambil membelakangi pintu.

"Maira?" Hidayat kebingungan. Ia berjalan perlahan menuju tempat tidur.

"A-abang stop disitu..." Perintah Maira.

"Memangnya kenapa?" Tanya Hidayat berlagak tidak mengerti apa-apa.

"Pokoknya Abang stop disitu dulu..."

"Iya, oke..." Hidayat menghentikan langkahnya sambil mengangkat kedua tangannya.

"Membelakang...!" Perintah Maira lagi.

"Buat apa?"

"Nurut saja..." Ucap Maira memohon.

Hidayat menurut, ia berputar dan membelakangi Maira. Dengan kesempatan itu, Maira segera meraih mukenanya yang terlipat di atas sandaran kursi, lalu memasangnya dengan cepat-cepat.

"Abang ngapain disini?" Tanya Maira seraya berjalan ke hadapan Hidayat.

"Kok Maira malah bertanya? Abang mau tidur, istirahat. Memangnya mau ngapain lagi?"

"Di kamar ini?"

"Lah, iya..."

"Kok nggak di kamar satu lagi? Kan malam ini cuma ada kita berdua. Ibu kita kan sudah pulang..."

Hidayat menghela nafas, lalu berjalan meninggalkan Maira menuju ke sofa. Ia meletakkan tasnya di atas meja, kemudian membuka almamaternya.

Maira semakin keheranan. Ia berjalan mengikuti suaminya ke sana.

"Maira masih menganggap ini sandiwara?" Tanya Hidayat terlihat kecewa.

"Lalu?"

Hidayat bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke hadapan Maira. Ia mengambil kedua tangan Maira, dan kemudian digenggamnya, membuat jantung Maira berdegup kencang seketika.

"Tidakkah Maira berpikir bahwa doa-doa Maira terkabul, dan saat ini hati Abang telah jatuh pada Maira? Abang merasa tentram bila bersama Maira, dan Abang nyaman..."

Maira menatap tangannya yang tak lepas dari genggaman Hidayat.

"Bisakah kita mulai semuanya dari sekarang?" Tanya Hidayat terlihat begitu sungguh-sungguh.

Maira menengadah, menatap Hidayat dengan sedikit keraguan. Namun ia tidak dapat menyangkalnya, bahwa ia sangat berbahagia saat ini.

"Ke-kenapa?" Maira memberanikan diri untuk bertanya. "Apa yang membuat Abang bisa melirik Maira?"

Hidayat tertegun. Ia sendiri tidak tahu jawabannya, tapi apa yang ia katakan tentang perasaannya terhadap Maira tidaklah sebuah kebohongan. Ia sudah mulai tertarik, dan bahkan ia ingin menjalani ibadah pernikahan yang sungguh-sungguh dengan istrinya itu.

"Abang?" Panggil Maira menyadarkan Hidayat dari lamunannya.

"Abang takut salah, Maira... Tapi, memiliki perasaan kepada Maira bukan sebuah kesalahan... Abang tidak tahu harus menjawab apa, karena Abang tidak tahu jawabannya... Yang Abang rasakan, Maira begitu tulus, sehingga Abang tidak ingin lepas dari Maira sedikitpun..." Ucap Hidayat dengan mata tampak berkaca-kaca.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

tris tanto

tris tanto

knp nasihatinnya cm sm yg perempaun aja,,

2023-12-02

1

mrs.andriIndra

mrs.andriIndra

mau sungguh² sama maira tp klw kirana mnta transferan dg alasan kesehatan bpknya gimana yat😁

2023-07-21

1

abdan syakura

abdan syakura

Eh Yat....
Emang bentuk loe sungguh sungguh
Tp loe apa dah sungguh sungguh melepaskan Karina?
Selesaikan urusanmu dgn cewek tu
, segera!!!

2023-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!