05. Pesan Singkat

Pernikahan Muslim telah berlalu seminggu ini, dan Hidayat harap-harap cemas dengan beberapa Minggu ke depan. Lebih berharap waktu yang singkat itu akan membuat segala keputusan berubah.

Ia sudah kembali beraktivitas di kios peninggalan kakak dan kakak iparnya. Selama ia tinggalkan beberapa Minggu saja, kios terasa lengang. Barang-barang baru juga belum tampak berjejer di rak. Ia hanya belanja lewat telepon untuk menambah stok yang habis setelah karyawan kios yang memberitahukannya.

"Banyak pelanggan yang mengeluh karena barang kita nggak lengkap, Bang..." Lapor Rizki dengan wajah sendu.

"Besok abang akan belanja, Ki... Kios Abang serahkan lagi dua hari ke depan kepadamu, ya?"

"Siap, Bang..."

Hidayat terlihat begitu letih tak bersemangat. Setiap detik ia hanya berpikir bagaimana ia bisa hidup berumah tangga dengan Maira, gadis yang hanya ia anggap sebatas adik sendiri, tidak lebih dari itu.

Ia selalu kecewa, mengapa ibu dan seluruh keluarganya tidak pernah bisa memahami perasaannya. Bahkan selama ini ia merasa telah banyak berbuat untuk keluarga, bahkan juga untuk keluarga almarhum Abang iparnya.

Semenjak Zahrana meninggal, kios memang sepenuhnya ia yang mengurus. Abang iparnya seolah tidak pernah tahu menahu sebelumnya. Ia benar-benar pewaris dan penerima wasiat yang sah dari apapun yang ditinggal kakak dan kakak iparnya itu.

Hidayat memerhatikan koper kecil di hadapannya. Uang pecahan besar tertera rapi di dalam koper itu.

"Bismillah, Allah akan menjaga setiap langkahku, Insya Allah..." Ucapnya seraya menutup kembali koper itu. Ia bersiap untuk menemui bos besar yang telah ia hubungi sebelum ia berangkat ke sana.

Seperti biasanya, Hidayat belanja hanya menunjuk contoh barang, dan kemudian menyebutkan berapa banyak yang ia mau. Ia sungguh telah menguasai ilmu perdagangan yang diajarkan almarhum Abang iparnya.

"Sayang sekali Ajiz telah tiada... Tapi beruntung Anda dapat melanjutkan kerjasama antara kita, Yat... Toko kami tidak kehilangan salah satu pelanggan besarnya..." Ucap Pemilik toko tempat ia belanja.

Hidayat hanya tersenyum sambil mengangguk. "Saya dalam cuti kuliah saat ini, Bos... Tiga bulan lagi saya akan kembali kuliah seperti biasanya. Kemungkinan kios akan saya serahkan dulu sama kepercayaan bang Ajiz, atau bisa jadi kepada adik beliau..."

"Almarhum punya adik?"

Hidayat mengangguk, "perempuan..."

"Sudah menikah?"

"Kami akan menikah..." jawabnya spontan.

"Wah... Kalian?"

"Kami dijodohkan, Bos..."

Melihat wajah Hidayat mulai tidak enak, pemilik toko seakan paham. "Kadang bisa jadi apa yang tidak kita inginkan, adalah sesuatu yang terbaik bagi kita..."

Hidayat hanya tersenyum, mengingat ucapan ibunya beberapa waktu lalu juga sama dengan yang baru saja ia dengar.

"Jadi, kapan kamu balik, Yat? Kapan juga pernikahan kalian?"

"Saya balik sore ini, Bos... Pernikahan kami kurang tiga Minggu lagi. Saya menginginkan pernikahan yang sederhana saja..." Tutur Hidayat terlihat sungkan.

"Di kampung?"

"Iya, di rumah orang tua bang Ajiz... Orang tua kami yang menginginkan semuanya, jadi, biarlah mereka yang mengatur..." Hidayat menghela napas berat.

Pemilik toko manggut-manggut mendengar cerita Hidayat. "Minumlah dulu teh ini, Yat..."

"Ini total belanja bang Hidayat, Bos..." Seorang pelayan toko datang sambil menyodorkan nota pembelian kepada pemilik toko.

"Cukup banyak juga kali ini, Yat..."

"Yang penting sesuai bajajnya, Bos... Jika berlebih, kurangi saja dulu..."

"Ah kamu, Yat... Sesekali tidak apa-apa pakai bon kuning dulu, Yat... Kamu sama saja seperti Ajiz, padahal saya sangat percaya sekali..."

"Ini ilmu dari bang Ajiz, Bos... Jika kamu ingin sukses dalam berdagang, jangan sampai kamu ditagih ataupun menagih..." Ucap Hidayat sambil tersenyum mengingat ucapan almarhum Abang iparnya beberapa waktu lalu.

Sang pemilik toko tertawa, "benar, benar... Salut sekali saya dengan pendirian kalian..."

***

Sangat kebetulan sekali dengan keadaan kios yang mulai ramai, Hidayat dapat menyibukkan dirinya tanpa memikirkan beban perasaan yang semakin menekannya.

"Seminggu lagi Abang akan pulang ke kampung, kan? Kenapa harus sibuk-sibuk sekarang, Bang? Padahal kami bisa mengerjakannya berlima..." Ucap Rizki yang merasa tidak enak hati tatkala melihat keringat banyak membasahi wajah Hidayat.

"Sudah seminggu lagi ya, Ki?" Tanya Hidayat acuh.

"Abang yang mau nikah, Abang pula yang tidak tahu waktu..." Canda Rizki.

"Kamu mau menggantikan saya?" Hidayat menghentikan pekerjaannya, lalu menatap kearah Rizki dengan keseriusan.

Rizki bergeming. Semua karyawan ikut menoleh kepada Hidayat.

"Kamu mau?" Ulang Hidayat semakin serius.

"Maksud Abang menggantikan bagaimana?" Rizki menatapnya kebingungan.

"Menikah..."

"Ke-kenapa Abang begini? Bukankah non Maira impian setiap lelaki, Bang?" Sahut Rizki terlihat kikuk.

Hidayat tiba-tiba tertawa, membuat semua menatapnya semakin keheranan. "Betul katamu, Ki... Maira perempuan impian saya... Dan tidak akan ada seorang pun yang bisa saya nikahi selain dia... Dan untukmu, masih banyak perempuan seperti dirinya..."

Melihat Hidayat semakin melebarkan tawanya, Rizki dan yang lainnya ikut tertawa, meski mereka masih bingung melihat ekspresi wajah Hidayat yang tampak tak sejalan dengan tawanya.

Wanita impian dari ibu saya, dan saya tidak dapat menolaknya jika saya tidak ingin melihat air mata surga saya mengalir hanya karena penolakan itu...

Hidayat hanya mampu menjelaskan lebih di dalam hatinya. Ketidakberdayaannya membuat ia hanya bisa bungkam dan pasrah. Rasa rindu terhadap Kirana ia tahan. Sebab, sejak ia menelepon terakhir kali, hubungan mereka seolah telah berakhir sampai disana.

"Bang, malam ini ikut nonton bareng, nggak?" Martin, karyawan lainnya mulai mencairkan suasana yang sempat beku.

"Apa filmnya bagus?" Tanya Hidayat terdengar acuh.

"Lihat trailernya bagus, Bang... Yang terpenting pemainnya Kirana Adila..." Rizki ikut nimbrung.

Hidayat menghentikan pekerjaannya, ia bergeming ketika mendengar nama Kirana menjadi topik pembicaraan mereka saat ini.

"Kalian punya tiket lebih?"

"Punya, Bang... Jadi, Abang mau ikut?" Sahut Rizki cepat.

"Jam berapa?"

"Jam delapan malam, Bang... Bisa nebeng dong, Bang?" Kelakar Rizki.

"Tunggu saya di kos kalian..."

"Yes..." Mereka bersorak kegirangan mendengar perintah Hidayat.

Hati yang patah membuat pikiran ikut layu. Hidup bahkan tak bersemangat. Semua yang di depan mata, tak ada satu pun yang indah, dan inilah yang dirasakan oleh Hidayat sekarang. Bahkan hatinya semakin terasa sesak sejak mereka berniat untuk menonton film yang diperankan oleh Kirana.

Malam ini mereka berenam berangkat ke bioskop dengan mengendarai tiga motor. Perasaan Hidayat semakin kacau ketika mereka sampai di gedung yang cukup ramai dikunjungi oleh orang-orang.

Tiba-tiba saja pandangannya tertumbuk pada seorang perempuan berhijab yang mengenakan masker di tangga. Jantungnya kian berdegup kencang, karena perempuan itu juga menoleh kepadanya dengan tatapan yang tajam.

Bibirnya bergerak melambat, sangat jelas bagi perempuan itu ia menyebut nama Kirana. Perempuan itu mengangkat ponselnya, dan kemudian Hidayat tersentak oleh denting suara ponselnya.

"Silakan kamu pergi, namun aku tidak akan kemana-mana..."

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

semoga kami berhijrah bukan untuk menggoyahkan komitmen yang terpaksa Hidayat buat, semoga kamu hijrah dan mendapatkan pasangan yang lebih baik dari Hidayat.....

2023-02-03

2

Yuli maelany

Yuli maelany

dan kamu menciptakan neraka mu sendiri dengan menyiksa lahir dan batin istri mu kelak....

2023-02-03

1

IKa Mariana

IKa Mariana

Kirana...kamu udh mulai berhijrah jd jangan ampe berniat buat nyolong laki orang... moga2 aja niatnya berhijab bener2 krn Allah bukan karena pengin dapetin Hidayat

2022-11-16

2

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!