09. Bagai Orang Asing

Ini pilihanku, merasakan sakit karena tidak dicintai. Aku harus kuat, dan aku tidak boleh menyerah dengan sikap bang Hidayat sekarang ini. Aku yakin suatu hari nanti ia akan datang kepadaku, menoleh dengan penuh kasih.

Sepulang dari kios, Maira tidak ingin berbasa-basi atau hanya sekedar menyapa. Ia tahu, itu hanyalah sia-sia saja. Ia langsung menuju ke kamarnya, mandi dan berbenah.

Sehabis magrib Maira mendengar suara motor Hidayat keluar dari pekarangan rumah, hatinya kembali terasa perih mengingat hubungan mereka yang semakin tidak harmonis, apalagi ia sendiri yang membagi batas dengan suaminya itu dengan komitmen yang ia buat.

Maira menelan pahit impian kisah cintanya. Pengantin baru yang harusnya sedang berbahagia setelah pernikahan, namun tidak berlaku pada dirinya.

Ia makan malam sendiri, dan pastinya apa pun ke depannya sendiri.

Pagi-pagi ia juga sarapan sendiri, dengan satu macam menu dan juga cukup satu porsi. Ia sama sekali tidak memiliki tugas untuk menyiapkan segala keperluan suaminya. Cukup menyenangkan, bukan? Tapi, percayalah... Ini sangat menyiksa.

"Minggu depan Ibu akan datang?" Ujar Maira terlihat tak percaya ketika berbicara dengan ibu mertuanya lewat telepon.

"Maira senang, kan?"

"Senang sekali, Ibu... Ibu kemari bersama ayah juga?"

"Tidak, Ibu ke sana bersama ibumu... Tidak mengapa, bukan? Kami ingin berkunjung untuk beberapa hari, kangen sekali Ibu, Nak... Sekalian Ibu mau ziarah ke makam kakak kalian... Lagian, kita kan ketemu cuma lewat video call saja... Hehe, padahal belum seminggu kalian menikah..."

"Iya, Bu... Maira juga kangen Ibu dan ibu Maira... Ya, biar pun kita belum seminggu tidak bertemu, tetap saja Maira kangen..." Ucap Maira begitu manja.

"Oh ya, Bu, Maira boleh minta sesuatu sama Ibu?"

"Maira minta apa, Nak? Maira mau dibawakan masakan khas kampung?"

"Nggak, Bu... Ibu tidak perlu repot-repot... Ibu bawa baju ganti saja yang banyak, Maira senang Ibu lama-lama disini... Maira jadi ada temannya..."

"Terus, Maira senang ayah-ayah Maira menduda di kampung?" Tanya bu Zainab berkelakar.

Maira tertawa. "Bukan begitu, Bu... Ibu ada-ada saja..."

"Jadi, Maira mau apa tadi?"

"Motor bang Ajiz kan kata Ibu nggak kepakai, Maira boleh bawa kesini, Nggak? Soalnya motor bang Hidayat besar, Bu, Maira sering kesemutan kalau diboncengi pakai motor bang Hidayat..." Jelasnya mengarang cerita.

"Oh, boleh-boleh... Minggu depan Ibu bawa sekalian... Ibu sewa saja mobil travel si Fajar..."

"Ide bagus itu, Bu... Nanti Maira omongin sama bang Hidayat, biar Maira kirimkan ongkosnya..."

Usai menelepon, Maira tampak murung. Setiap kali ia berbicara kepada keluarga di kampung, ia selalu menyelipkan cerita yang hanya Karangannya saja, tanpa adanya kenyataan yang ia alami.

***

Hidayat selesai kuliah pukul setengah enam sore, dan di gerbang kampusnya telah menunggu Kirana. Ia tersenyum melihat kekasihnya itu mengenakan pakaian syar'i, juga masker penutup wajah. Ia sangat hapal betul kebiasaan Kirana setiap kali mereka bertemu, pasti dengan busana yang berbeda.

"Gimana kuliah hari ini? Lancar?" Kirana mengulurkan tangannya kearah Hidayat.

"Lancar... Kamu gimana syuting hari ini?" Jawab Hidayat seraya menyambut tangan kekasihnya itu.

"Emmm... Membosankan..." Jawabnya sambil mengeratkan genggaman tangannya.

"Kalau membosankan, berhentilah sejenak... Kamu lebih cantik berpakaian seperti ini..." Ucap Hidayat begitu lembut.

"Aku belum siap meninggalkan dunia entertainment... Nanti kalau aku sudah siap, tidak perlu disuruh pun akan aku tinggalkan... Aku tunggu kamu tamat kuliah dulu, terus sudah punya penghasilan yang banyak... Boleh, kan?" Kirana menggamit lengan Hidayat dengan manja.

"Memangnya apa yang kamu inginkan dari uang yang banyak itu? Apa uang bisa membahagiakan?" Tanya Hidayat sambil berjalan menggandeng tangan Kirana menuju parkiran motor.

"Memang uang bukanlah segalanya, tapi segalanya butuh uang... Kamu kan tahu sendiri kebutuhanku banyak... Tapi, aku janji bahwa aku tidak akan pernah terlalu menyusahkan kamu dalam masalah kebutuhanku... Aku akan berubah, terutama untuk berhemat.. "

Hidayat tersenyum, ia mengusap kepala Kirana dengan lembut. "Aku tidak pernah keberatan dengan kebutuhan kamu, Kiran... Sebagai lelaki, aku bisa memahami betul kebutuhan perempuan..."

Kirana tersenyum. Tampak binar kebahagiaan di matanya yang sayu. "Ayo, kita pergi sekarang..."

Hidayat mengangguk, lalu menaiki motornya yang terparkir di hadapannya dan kemudian Kirana menyusul naik di belakangnya.

"Kali ini kita kemana?" Hidayat bertanya dengan suara sedikit keras. Walau ia mengendarai motornya tidak terlalu kencang, tetap saja deru angin memekakkan telinga.

"Terserah padamu saja... Aku ingin kemana pun asal bersama kamu... Sejak kamu menikah, aku merasa takut kehilangan kamu..." Kirana menguatkan pegangannya ke pinggang Hidayat. Ia begitu manja dengan menyandarkan dagunya ke bahu lelaki yang telah beristri.

"Usai berhenti di masjid, kita jalan ke mall, ya?"

"Oke..." Sahut Kirana.

Hampir tiap malam mereka menghabiskan waktu bersama, ditambah lagi rasa bosan Hidayat karena keberadaan Maira di rumah. Ia merasa lebih nyaman jika berjalan dengan perempuan yang ia suka, dibanding bersama Maira, walau ia dan istrinya itu hanya sekedar berpapasan.

Pulangnya Hidayat mengantarkan Kirana terlebih dahulu ke apartemen, barulah ia ke rumah, dan berharap Maira sudah mengunci pintu kamarnya rapat-rapat dari dalam.

Ia merasa sangat risih, karena walau bagaimanapun ia tetap telah berstatus menikah dengan adik ipar almarhum kakaknya itu.

Ketika Hidayat membuka pintu, ia terkejut mendapati Maira masih duduk di sofa sambil menonton televisi. Walau ia berpikir perasaannya tidak ada sama sekali untuk Maira, namun hatinya tidak bisa bohong jika bertatapan secara langsung seperti itu membuat jantungnya berdegup kencang.

"Lusa, Ibu kita akan kemari..." Ucap Maira sambil mengerlingkan matanya menghadap kearah lain.

"Lusa? Ada acara apa?"

"Katanya, ibu rindu... Juga sekalian mau Ziarah..."

Setelah mendengar jawaban Maira, Hidayat langsung berlenggang menuju kamar tamu yang sekarang menjadi kamar pribadinya.

Maira menelan kasar ludahnya. Hatinya bagai teriris pisau tajam, sakit, tapi tidak berdarah. Matanya memerah menahan tangis, pedih tak tertahankan. Lama ia masih berdiam disana, Sampai pada akhirnya pintu kamar Hidayat kembali berderik.

Maira yang mendengar langkah Hidayat mendekat kearahnya, segera menundukkan kepala untuk menyembunyikan rona wajahnya yang sendu.

"Bagaimana kios sore ini? Apa mencapai target?"

Kali pertama Hidayat mengajak dirinya berbicara, namun malah mempertanyakan perihal kios. Hati Maira semakin terasa panas, namun ia tetap sabar kan dirinya. Ia tidak ingin terpancing, lalu menyerah kalah.

"Alhamdulillah, sepertinya berlebih..." Jawab Maira terdengar begitu tegar, lalu menyodorkan cover bag berisi catatan mengenai jual beli kios.

"Baguslah... Hari pertama ibu disini, aku akan langsung pergi belanja... Kamu bisa tinggal dengan ibu dan berbicara sesukamu, syukur-syukur memberitahu tentang bagaimana kehidupan kita yang sebenarnya semenjak kita menikah dan tinggal disini .." Ujar Hidayat dengan pongah.

"Abang lihat saja nanti..." Maira bangun dari tempat duduknya dan meninggalkan Hidayat disana.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

mrs.andriIndra

mrs.andriIndra

paham ilmu agama, status suami org, pergi cuma ber2 sama yg bukan mahram,berjilbab pula itu perempuan😭didunia nyata juga marak sih😁

2023-07-21

1

abdan syakura

abdan syakura

siapa yg kasihan disini ya?
ada yg halal,malah mlkukan yg haram
Allahu yahdiika,Yat....

2023-05-23

1

Yuli maelany

Yuli maelany

inget Yat, dalam agama kamu yang bisa menceraikan istri mu,bukan sebaliknya, andai kamu mau kenapa bukan kamu yang menggugat cerai,Jan seolah ingin maira yang salah d sini dan kamu aman.....

2023-02-03

2

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!