14. Rasa Bersalah

Maira berjalan dengan cepat mendahului kedua temannya. Ia berusaha tidak menggubris perkataan dan pertanyaan mereka. Namun, secepat kilat tangan teman perempuannya itu menyambar lengannya.

"Mai, kenapa menghindar? Apa yang salah dengan status pernikahan kamu, sampai kamu harus menyembunyikannya dari kami...?"

Maira menghentikan langkahnya. "Maafkan aku, Sila... Tapi aku tidak ingin membahas tentang ini... Please, beri aku waktu, Sila, Beni..."

Maira menatap kedua temannya itu dengan wajah yang memelas.

"Oke, baiklah... Aku harap kamu memercayai kami sebagai teman, Mai... Aku hanya tidak ingin ada yang lain salah paham dengan dirimu, menganggap kamu masih sendiri..."

Beni, teman lelaki Maira melenguh. Ia seperti merasa tersindir oleh ucapan Sila. Sepertinya, ia memiliki rasa yang istimewa untuk Maira.

Maira mengangguk, lalu mengambil tangan Sila yang menahan lengannya. Ia menggenggam tangan Sila sambil menatapnya dengan penuh kepedihan.

"Siapapun berhak menganggap seseorang seperti apa, Sil... Tapi siapapun itu juga harus ingat, seseorang tidak akan pernah bisa menjadi maunya..." Ucap Maira penuh penekanan.

"Aku harap ucapanmu berikrar, kita tetap teman, meski kamu telah mengetahui bahwa aku sudah bersuami..." Tambah Maira lagi.

Ia segera melepas tangan Sila, lalu meninggalkan kedua temannya itu dalam kebimbangan.

Maira masuk ke toilet kampus. Air mata yang ia tahan sedari tadi, ia lepas sebanyak-banyaknya. Hatinya begitu sakit mengingat perlakuan Hidayat dari semalam. Jika memang dirinya yang memulai sandiwara di depan ibu mereka, lalu kenapa berlebihan, juga sampai ke kampusnya?

Dia kehabisan akal menghadapi kelakuan Hidayat yang begitu semaunya sendiri.

***

Hidayat tersenyum di meja kasir kios. Bayangan pernikahan sempurna benar-benar ia dapat dari Maira, istrinya sendiri. Ia kembali mengingat dimana seorang mahasiswa mendekati Maira tadi, dan entah mengapa hatinya menjadi tidak nyaman karena itu.

"Apa dia orang yang selalu memakan bekal yang dibawakan Maira?" Ocehan dari mulutnya membuat Rizki menoleh dengan penuh keheranan.

Hidayat mengubah posisi duduknya. Kedua lengannya mulai bertumpu di meja itu, wajahnya terlihat geram. "Tidak mungkin... Bukankah tadi juga ada temannya yang perempuan? Pasti dia, soalnya Maira bilang dia punya teman perempuan di kampusnya."

"Pengantin baru biasanya memang begitu, Bang... Bawaannya curiga saja jika pasangannya tidak berada di sisinya..." Ucap Rizki membuyarkan lamunan Hidayat.

"Maksudmu apa?" Ketus Hidayat berpura-pura, dan yang sebenarnya ia merasa malu karena tertangkap basah memikirkan tentang Maira.

"Sedari tadi Abang ngoceh sendiri... Saya dengar kok, Bang... Pasti Abang saat ini merasa cemas, kan? Takut neng Maira bakal diambil orang?" Ledek Rizki.

"Apaan sih kamu, Ki? Tahu apa kamu tentang rumah tangga, hah? Seperti sudah berpengalaman saja..." Omel Hidayat berusaha menyembunyikan rasa malunya.

"Tahu lah, Bang... Abangnya Rizki baru-baru nikah dulu juga begitu. Hampir setiap hari ribut karena cemburu istrinya diajak ngobrol sama teman kerjanya. Alhasil, istrinya disuruh berhenti kerja. Dan sekarang jadi adem-adem saja rumah tangga mereka..." Tutur Rizki dengan polosnya.

"Sok tahu kamu..."

Rizki tertawa. Ia juga tidak tahu kalau induk semangnya itu bakal terlihat cemas betulan karena ucapannya.

"Oh ya, Bang... Nanti sore Abang jadi berangkat keluar kota? Kalau ia, tambahkan juga obat-obatan sama alat tulis ya, Bang... Soalnya stok udah menipis..." Ucap Rizki mulai terdengar serius.

"Belanja ya, Ki? Emmm..." Gelagat Hidayat mulai ragu-ragu.

"Jangan bilang batal ya, Bang..."

"Memang kenapa kalau batal?" Tanya Hidayat terlihat sewot.

"Eh nggak, Bang... Kalau tidak jadi juga tidak apa-apa, kan Abang bisa telpon juga ke sana. Lagian, mana mungkin Abang tinggalin neng Maira sendiri, kan? Namanya juga pengantin baru..." Lagi-lagi Rizki tertawa.

"Bukan begitu, Ki... Kedua ibuku sekarang di rumah... Baru semalam datang..." Ucap Hidayat beralasan. Walau sebenarnya ia baru saja menikmati indahnya damai bersama Maira.

"Ada ibu di rumah, Bang? Yang bener nih, Bang?" Tanya Rizki begitu antusiasnya. "Nanti sore sepulang dari kios, saya main kesana ya, Bang?"

"Boleh, ajak yang lain juga... Sekarang kerja sana..." Suruh Hidayat berpura-pura jengkel.

"Oke, Bang..."

Hidayat mengambil ponselnya untuk melakukan panggilan telepon kepada bosnya di luar kota. Namun fokusnya tertuju pada notifikasi pesan masuk dari Kirana, membuatnya urung untuk melakukan panggilan telepon.

Ia membuka pesan itu.

"Yat, kamu jadi transfer ke aku hari ini, kan?"

"Astaga, iya... Aku sudah janji sama Kirana buat transfer dia uang..." Gumamnya.

Hidayat membuka aplikasi m-banking di ponselnya, lalu mengirimkan uang ke nomor rekening Kirana. Beberapa saat kemudian, Hidayat melihat pemberitahuan transaksi berhasil. Ia melihat-lihat kembali riwayat pengiriman uang ke rekening yang sama.

"Ternyata semenjak dekat dengan Kiran, aku sudah mentransfer dia uang sebanyak Delapan puluh tiga juta dengan uang kios, dan dua puluh sembilan juta dengan uang pribadi ku?" Ucap Hidayat pelan dengan dahi mengernyit.

Dari sekian lama ia dekat dan menjalin hubungan asmara dengan aktris cantik itu, ia baru menyadari pengorbanan dirinya. Dan entah mengapa harus hari ini, hari dimana ia mulai membuka pikirannya untuk Maira.

Ponselnya berdering kembali, membangunkannya dari lamunannya.

"Terima kasih, Yat... Uangnya sudah aku terima. Aku hari ini langsung menuju rumah sakit tempat ayahku dirawat. Sekitar seminggu aku disana... Kamu jadi pergi belanja, kan?"

Perasaan Hidayat mulai tidak enak. Ia membuka aplikasi pesan, lalu melakukan pengecekan saldo rekening kios. Beberapa detik kemudian, balasan dari pesan muncul. Saldo tersisa sembilan puluh dua juta.

"Ki!" Serunya dengan gemetar.

"Ada apa, Bang?" Rizki datang dengan cepat menyahuti panggilannya.

"Tolong catat ulang barang yang benar-benar habis, terus cek lagi barang yang tinggal sedikit. Yang masih ada lima kodian pending dulu ya..." Perintahnya.

"Loh, kok pending, Bang? Biasanya kalau udah tinggal enam kodi, Abang bakal suruh catat juga..." Protes Rizki keheranan.

"Takutnya bajaj kita nggak sampai, Ki... Lagian Abang butuh uang buat belanja dapur Minggu ini... Ibu Abang sama ibunya Maira kan ada di rumah juga sekarang..." Jelas Hidayat.

"Oh, begitu ya, Bang... Kalau gitu saya akan catat ulang deh, Bang..."

"Oke... Thanks ya, Ki..." Ucap Hidayat seraya fokus kembali pada ponselnya.

Wajah Hidayat tertekuk. Ia kembali teringat akan ucapan almarhum Abang iparnya. "Tolong kamu tekuni hasil jerih payah kakak kamu ini, ya... Sering-sering juga berkunjung ke rumah Abang di kampung. Lihat ayah, ibu dan Maira..."

Hidayat menghela nafas berat. Hatinya dipenuhi rasa bersalah seketika. Memang selama di tangannya kios begitu padat, bahkan karyawan bertambah karena saking ramainya pelanggan, juga kios kekurangan tenaga kerja untuk membongkar dan pengepakan barang. Tapi tetap saja ia tidak boleh sekenanya disana.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

mrs.andriIndra

mrs.andriIndra

jgn kelamaan sadar bahwa kamu lg diporotin yat😤

2023-07-21

1

Yuli maelany

Yuli maelany

itu baru jadi pacar lho Yat, kebutuhannya masih d batasi,nak coba kamu pikir gimana caranya kamu menghidupi kaira setelah kalian menikah nanti, inget Yat kamu bukan orang kaya atau pengusaha yang memiliki banyak perusahaan......

apa seperti itu wanita baik baik, menjerumuskan lelaki untuk melakukan hal yang membuat usahanya bangkrut....

2023-02-04

2

Bunda Salma

Bunda Salma

ngga amanah nih hidayat , kios bukan miliknya tp gunain uang untuk keperluan pribadi hem... gak sadar juga nih cewek morotin dia ?

2022-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!