08. Komitmen

Sepeninggal Hidayat, Maira menelepon Bu Zainab. Ia telah mempersiapkan diri dengan berdandan ala kadarnya, juga memasang senyuman yang lebar.

"Maaf, Ibu, semalam Maira lupa mengeluarkan ponsel Maira dari dalam tas... Maira baru lihat panggilan Ibu barusan..." Ucap Maira berbohong.

"Tapi Maira baik-baik saja sampai disana, kan? Hidayat memperlakukan Maira dengan baik, kan?" Terdengar Bu Zainab bertanya dengan khawatir.

"Alhamdulillah baik, Ibu... Ibu tidak usah khawatirkan Maira. Bang Hidayat menjaga Maira betul disini... Terima kasih ya, Bu... Maira senang sekali karena Ibu telah memilih Maira menjadi menantu Ibu untuk bang Hidayat..."

Usai menelepon, Maira tidak membiarkan air matanya kembali tumpah seperti semalam. Ia mendatangi rumah-rumah tetangga sesuai rencananya. Bu Yanti dan Shinta beserta beberapa tetangga lainnya begitu senang akan kehadirannya di kompleks itu.

"Hidayat tidak pernah sebelumnya memberitahu Ibu tentang pernikahan kalian. Baru ketika ia mau pulang kampung kemarin bilangnya..." Ujar Bu Yanti antusias.

"Iya, Bu, memang pernikahan kami begitu dadakan..." Jawab Maira terlihat sendu.

"Tapi nak Maira sama sekali tidak keberatan dengan pernikahan ini, kan?" Tanya bu Yanti terlihat prihatin dengan perubahan rona wajah Maira.

Maira tersenyum, ia menggeleng cepat. "Maira malah senang sekali bisa menikah dengan bang Hidayat, Bu... Maira sudah lama menaruh hati kepada beliau..."

"Oh ya?"

"Iya, Bu... Maira berharap pernikahan kami seperti pernikahan bang Ajiz dan kak Zahra... Mereka meskipun sudah tidak di dunia lagi, tapi Maira sangat yakin bahwa mereka berbahagia disana..."

Bu Yanti mengangguk. "Mereka memang pasangan terbaik yang pernah ibu lihat, Nak... Selalu berbahagia, dan mereka juga tersenyum ramah kepada siapapun disini... Semoga nak Maira dan nak Hidayat juga begitu..."

"Aamiin ya Allah..." Maira mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia berharap semakin banyak yang mendoakan kebahagiaannya bersama Hidayat, maka semakin besar pula peluang untuk dikabulkan oleh Allah.

Maira berpamitan pulang. Waktu setengah hari ia habiskan hanya berkeliling dan bertamu ke tetangga-tetangga dekat rumah. Pikirannya mulai sedikit tenang, dan ia pun juga telah nampak riang setelah disambut gembira dan didoakan yang baik-baik oleh para tetangga.

Maira berjalan ke dapur, ia melihat banyak sekali bahan makanan di dalam kulkas. Mulai terpikir olehnya sesuatu yang mesti ia lakukan. Ia tidak peduli apa pun tanggapan Hidayat, karena ia tahu betul suaminya itu tidak akan peduli. Ia hanya fokus pada tugasnya membuat hati Hidayat terbuka oleh usahanya yang terus mengetuk.

Beberapa saat kemudian ia telah siap dengan pakaian rapi berbusana muslimah keluar dari dalam rumah. Ia menenteng rantang susun yang cukup besar, lalu menaiki taksi online yang telah ia pesan.

Sepuluh menit dalam perjalanan, Maira sampai di kios peninggalan kakak dan kakak iparnya. Ia melihat suasana kios cukup ramai meski sudah hampir jam istirahat.

"Assalamualaikum..." Ucapnya ketika memasuki kios, membuat semua terpana akan kedatangan dirinya, tak terkecuali Hidayat sendiri.

"Wa'alaikum salam..." Jawab para karyawan kios.

"Neng Maira bawa makanan untuk kami juga ya?" Rizki yang saat itu tengah mengepak barang belanja pelanggan, segera menyambut rantang yang masih dalam genggaman Maira.

"Iya, Ki... Nanti habis sholat zhuhur kita makan bareng..." Sahut Maira sambil tersenyum melepas rantang itu ke tangan Rizki.

"Terima kasih, Neng Maira..."

Maira mengangguk lalu berjalan kearah Hidayat yang memerhatikan kedatangannya dengan canggung. "Abang tidak jawab salam Maira?"

"Eh?" Hidayat malah terpelongo mendengar pertanyaan Maira. Istrinya memang sangat bijak memilih waktu untuk berinteraksi dengan dirinya. "Wa-wa'alaikum salam..."

Maira tersenyum. Di dalam hatinya ia sangatlah senang untuk situasi seperti ini, walau ia tidak pula berharap banyak pada saat ke depannya ketika mereka akan kembali berduaan di rumah.

Hidayat yang berada di meja kasir segera berputar mendekati posisi Maira. Ia menggamit lengan Maira dan menariknya ke arah belakang.

"Kamu ngapain kesini?" Hidayat menatap Maira dengan tidak suka.

"Maira bosan, Bang..."

"Aku kan sudah bilang..."

"Abang bilang apa memangnya? Kenapa Abang semarah ini melihat Maira datang?" Tanya Maira tetap lunak.

"Cuma hari ini saja, kan? Kalau tidak, silahkan kamu urus sendiri kios ini, dan aku akan berlepas tangan setelahnya..." Tegas Hidayat terlihat begitu marah.

"Tidak mau..." Tolak Maira cepat. "Maira sudah dengar perjuangan kak Zahra dalam keberhasilan bang Ajiz di kios ini... Bang Ajiz cuma punya keahlian dan tenaga, sementara modalnya dari kak Zahra semua... Kami tidak ingin serakah, Bang..."

"Lalu, apa yang kamu mau?"

"Mari buat komitmen... Tapi, tolong jangan abu-abu kan pernikahan kita... Biarkan ini berjalan semestinya sampai kita sama-sama lelah..." Cetus Maira begitu berani. Kali ini ia menatap wajah Hidayat yang berang dengan sekuat hatinya.

"Komitmen apa yang kamu maksud?" Tantang Hidayat.

"Maira akan lanjutkan kuliah Maira disini..."

"Baguslah kalau begitu..." Sela Hidayat.

"Abang buka kios sampai pukul dua, sementara Maira akan kuliah... Sepulang Maira kuliah, Maira akan gantikan Abang di kios, dan Abang bisa kuliah sorenya..." Tutur Maira.

"Kamu mau kerja di kios ini?" Tanya Hidayat seperti tak percaya.

"Apa salah?"

"Tidak... Tidak ada yang salah... Ini jadi lebih bagus..." Jawab Hidayat sambil membuang muka.

"Tapi..."

"Aku akan bimbing kamu untuk hari ini, dan besok kamu akan ditemani sama karyawati baru disini..." Tukas Hidayat memotong ucapan Maira.

"Terima kasih karena Abang sudah mau mengerti..."

***

Waktu istirahat berlalu, Hidayat dan para karyawannya kembali bekerja.Dan pertama kalinya bagi Maira bekerja di kios peninggalan almarhum Abangnya itu. Dia menyimpan perih di dalam hatinya, karena mimpi yang selama ini ia pupuk, malah sirna begitu saja.

Demi menjaga komitmen di antara mereka, Hidayat rela mengajari Maira satu persatu harga barang beserta tata letaknya.

"Tuh, ada pelanggan masuk... Belajar bikin nota..." Perintah Hidayat dengan suara pelan.

Maira bergegas mendekati pelanggan yang baru saja masuk.

"Apa yang mau ditambah, Bu...?" Tanyanya sambil tersenyum ramah.

Pelanggan itu mengangguk kepada Maira, namun setelah itu ia menoleh kepada Hidayat.

"Ini istri saya, Bu Jeri..." Hidayat dengan terpaksa mendekat pula.

"Istri? Kapan nikahnya, Yat?"

"Baru tiga hari ini, Bu..."

"Oalah... Kamu tidak bilang-bilang, Yat... Harusnya Ibu bisa kirim karangan bunga... Tapi ya sudahlah... Salah kamu sendiri..." Omel pelanggan yang terlihat akrab dengannya.

"Adiknya bang Ajiz, Bu... Kami nikah sederhana saja..." Tutur Hidayat berbasa-basi.

Bu Jeri menoleh kembali pada Maira. "Benar, Dik, kamu adiknya Ajiz?"

"Benar, Bu..." Sahut Maira sambil mengangguk. Wajahnya berubah sendu, membuat Hidayat ikut terenyuh. Semarah apa pun ia terhadap status mereka saat ini, tetap saja ia juga merasakan kepedihan Maira atas kepergian Ajiz.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

Hidayat Belum dewasa makanya semudah itu dia mempermainkan pernikahan dengan tak melakukan kewajiban pasca menikah,pada istrinya....

2023-02-03

2

yelmi

yelmi

maira wanita yang kuat... pasti bisa jalani ini semua
katanya zahra sama ajis panutan mu yat... tapi kamu memperlakukan maira dengan tidak baik

2022-11-21

1

Ratna Dadank

Ratna Dadank

lebay amat lu yat...

kek perempuan yg tersakiti saja..

sanah....kalo memang gak mau sama maira...biar kak author kasiih lelaki yg baik sholeh...

2022-11-19

1

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!