10. Sup Ayam

Maira pagi-pagi sudah keluar dari rumah untuk berangkat kuliah. Seperti ucapan Hidayat sebelumnya, 'tidak perlu meminta izin apa pun kepadaku', sehingga Maira bebas keluar masuk rumah tanpa harus memberitahu terlebih dahulu kepada suaminya itu.

Sepeninggal Maira, Hidayat juga keluar dari kamarnya, begitulah kehidupan yang mereka jalani. Pagi kali ini Hidayat merasakan lapar yang melilit. Semalam karena mengerjakan tugas kuliah, ia sampai kelupaan makan. Sebelum berangkat ke kios, ia singgah dulu di dapur. Ruangan yang telah asing baginya beberapa hari terakhir semenjak ia menikah.

Indra penciumannya tiba-tiba terangsang ketika menciumi aroma sedap di meja makan. Ia membuka tudung saji bewarna hijau kesukaan almarhum kakaknya, dan ia melihat sup ayam di dalam kotak rantang beserta sekotak nasi putih yang ditaburi bawang goreng.

Tanpa pikir panjang, Hidayat langsung menyantap makanan itu. Memang perutnya pun juga tidak sanggup lagi untuk berkompromi saat ini.

Hidayat makan dengan sangat lahap hingga tidak ada sedikit pun yang tersisa di atas meja makan.

"Alhamdulillah... Rindu banget masakan seperti ini..." Ucapnya sambil mengelus perutnya yang kekenyangan.

Ketika ia hendak keluar dari ruang makan, betapa terkejutnya ia mendapati Maira telah berdiri di hadapannya. "Ka-kamu belum berangkat?"

"Tadinya sudah nungguin bus di halte depan, tapi ingat bekal Maira ketinggalan, jadinya Maira balik lagi..."

"Be-bekal?" Hidayat terperangah. Betapa malunya ia mengingat makanan di dalam tudung saji itu telah habis ia santap barusan.

"Itu bekalmu? Kenapa sampai kelupaan? Aku pikir akan mubasir jika tidak ada yang memakannya, makanya tadi aku habiskan... Banyak lagi..." Omel Hidayat berusaha menahan malu.

"Jadi, Abang memakannya?"

"Kenapa? Kamu marah?"

"Tidak kok... Maira senang Abang mau memakan masakan Maira... Habis semua?" Maira tersenyum, iap tidak mampu menyembunyikan rasa bahagianya.

"Ya, walaupun banyak, setidaknya makanan itu tidak akan mubasir... Makanya aku habiskan..." Jawab Hidayat terdengar ketus.

"Maira punya teman perempuan baru di kampus, makanya Maira lebihkan bawa bekal untuknya..."

"Terserah kamu... Laki-laki pun juga tidak masalah, biar kamu bisa lebih cepat menyerah..." Ucap Hidayat seraya pergi meninggalkan Maira yang dibuat sedih oleh kata-katanya.

Maira berjalan menuju meja makan. Ia tersenyum melihat kotak rantang yang tadinya berisi penuh, namun sekarang kosong tak bersisa. Tapi di lain sisi hatinya, ia begitu terluka mendengar ucapan Hidayat.

"Apa iya, ada orang yang bisa berubah total seperti itu? Kenapa sekarang setiap kali yang keluar dari mulutnya kepadaku, hanya bagai belati yang mengoyak sampai ke jantung?" Maira tersedu. Pagi-pagi ia sudah dibuat gemetar oleh suaminya sendiri.

Ia paksakan juga berjalan ke halte meskipun tungkainya serasa layu. Disana ia duduk menunggu bus berikutnya, karena bus biasa pastinya telah lewat.

"Maira...!" Seorang lelaki dengan mengenakan oblong putih dan memakai topi coklat yang senada dengan celana serta sepatunya mendekat kearahnya.

"Bang Arya?" Maira tersenyum senang. Ia berdiri menyambut kedatangan lelaki itu. Rasa sedihnya tadi seketika lenyap untuk sementara.

"Maira ngapain disini?"

"Nungguin bus..."

"Memangnya Maira mau kemana?"

"Maira mau ke kampus, Bang..."

"Maira kuliah disini sekarang?"

"Iya, Bang... Baru tiga hari ini mulai... Bang Arya sendiri mau kemana?"

"Abang baru saja balik syuting, kebetulan lewat sini. Maira mau ikut sekalian?"

"Emmm, terima kasih, Bang... Maira naik bus saja..." Tolak Maira dengan sungkan.

"Iya, Abang paham... Memangnya Hidayat nggak nganterin Maira?"

"Emmm..." Maira berubah kikuk. Ia tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Arya. "Biasanya dianterin kok, Bang... Tapi, hari ini ada pelanggan yang datang dari jauh, makanya Maira naik bus..."

"Owh begitu..." Arya mangut-mangut.

"Nah, itu busnya datang... Maira duluan ya, Bang... Assalamualaikum..." Pamit Maira seraya berdiri dan melangkah menuju pemberhentian bus.

"Wa'alaikum salam, hati-hati, May..."

***

Arya merasa sudah lama tidak berkunjung ke kios. Terakhir kali ia ke sana, kios sangat ramai sehingga ia tidak jadi masuk dan mengobrol dengan Hidayat. Pagi ini walau Maira telah mengatakan bahwa Hidayat ada pelanggan, tetap saja ia ingin berkunjung.

Sesampai di sana, Arya melihat kios baru saja dibuka. Memang sudah ada pelanggan yang mengantri, namun tidak terlalu ramai. Ia memasang maskernya lalu turun dari mobilnya segera.

"Bang Arya...!" Seru Hidayat sembari melambaikan tangan kearahnya.

Arya membalas lambaian tangan Hidayat, lalu berjalan menuju kios. "Hey, pengantin baru, gimana kabarnya nih?"

"Ah, Bang Arya bisa saja..." Hidayat menyunggingkan senyum malas. "Ayo, masuk dulu, Bang..."

"Modal nekat Abang datang kemari, Yat... Kata Maira, kamu ada kedatangan pelanggan penting hari ini..." Ujar Arya sambil mengekori Hidayat ke dalam kios.

"Maira?" Hidayat menoleh kepada Arya, menatap pemuda gagah itu dengan raut wajah yang kebingungan.

"Iya, kebetulan Abang tadi lewat di halte depan rumah kalian... Hmmm, rumah kalian ya, sekarang..."

Hidayat ikut tersenyum kikuk mendengar ucapan Arya yang menekankan kata rumah kalian sekarang. Ia mendadak aneh jika mengingat riwayat semua yang saat ini ia miliki dan ia nikmati.

Namun, hati kecilnya terus menolak kebenaran, dan berkata bahwa semua bukan keinginan dirinya.

"Abang kok bisa lewat sana?" Tanyanya mencoba mengalihkan perasaannya.

"Kebetulan lokasi syuting Abang di Kemang, jadi Abang pulangnya kan lewat depan komplek perumahan kalian, Yat..."

"Owh..." Hidayat mangut-mangut.

"Gimana pelanggannya? Kok kamu terlihat santai saja pagi ini, Yat? Apa jangan-jangan karena kedatangan Abang kesini, ya?"

"Eh? Tidak kok, Bang..." Hidayat gugup. Ia berpikir sejenak. "Iya, tadi pelanggan kios memang datang, tapi untungnya cuma nyerahin surat cinta saja. Lumayan, bikin kami gerak tiada henti sampai jam istirahat nanti, Bang..."

"Banyak tuh, Yat?"

"Lima nota, Bang..." Jawab Hidayat sambil mengacungkan kelima jarinya.

"Berarti kedatangan Abang sekarang memang tidak tepat, ya, Yat?"

"Biasa saja kok, Bang... Yang terpenting itu bertemu pelanggannya, Bang... Siapin barangnya urusan belakangan, toh ekspedisi kesana nanti sore juga jalannya, Bang..."

"Beneran, Yat...? Abang bosan di apartemen, mau main disini dulu boleh, kan?"

"Boleh, Bang... Abang sudah sarapan?"

"Belum..."

"Ki, tolong minta sarapan ke kantin kak Oda, ya... Buat Abang tidak usah, diganti buat bang Arya saja..." Seru Hidayat kepada karyawan kesayangan almarhum Abang iparnya itu.

"Oke, Bang..." Rizki segera keluar dari kios setelah diperintah oleh induk semangnya.

"Kamu sudah sarapan memangnya, Yat?" Arya menatapnya dengan senyum yang menggoda.

"Sudah, Bang... Tadi dimasakin Maira sup ayam pakai nasi..." Jawabnya santai.

"Ah, Abang lupa kamu sudah punya istri sekarang..." Kelakar Arya sambil tersenyum-senyum. "Gimana, Yat? Indah, bukan?"

"Sudah, Bang, jangan bahas... Nanti Abang malah tidak sabaran cari pasangan..." Elak Hidayat berusaha menyembunyikan kehidupannya bersama Maira yang tidak seindah orang-orang bayangkan.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

mrs.andriIndra

mrs.andriIndra

istri soleha,menutupi sikap buruk suaminya menjaga kehormatannya....wlw si suami lbh suka jln sama yg haram😬

2023-07-21

1

Yuli maelany

Yuli maelany

kamu mah entar pas maira ada yang deketin kamu ngerasa kesel dan marah gak terima.....

2023-02-03

2

Asri

Asri

hidayat butuh dirukyah kayaknya. hihihihi 🤭

2022-11-24

2

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!