11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua

Sudah hampir jam sepuluh malam, namun Hidayat belum kunjung pulang. Biasanya Maira tidak pernah menunggu seperti ini, tapi untuk kali ini ia terlihat cemas sambil berkali-kali memerhatikan jam dinding.

Ingin rasanya ia menelepon, namun tetap saja pada akhirnya ia urungkan. Sikap Hidayat juga tidak pernah santun kepadanya semenjak mereka menikah, lalu apa mungkin telpon darinya akan diangkat? Tak lama, suara mobil terdengar berhenti tepat di depan rumah. Hati Maira semakin gelisah, ia cepat-cepat berlari ke pintu dan mengintip lewat jendela kaca.

"Ya Allah, ibu sudah datang lagi..." Gumamnya kecemasan.

Maira mencoba menenangkan diri terlebih dahulu sebelum ia membuka pintu. Berkali-kali ia menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan-lahan. Jantungnya berdegup kencang, dan ia tetap harus terlihat kegirangan di depan ibu dan ibu mertuanya.

Maira membuka pintu lebar-lebar, selebar senyuman yang ia paksakan. "Ibu!"

Ia berlari ke halaman rumah yan terang bulan, lalu menyalami sambil memeluk kedua ibunya itu dengan manja. "Maira kangen, Ibu..."

"Hidayat mana, Nak? Kok sendirian keluar?" Ibunya Maira bertanya sambil celingukan ke pintu rumah yang terbuka lebar.

"Bang Hidayat belum pulang, Bu... Paling sebentar lagi..." Jawab Maira berusaha tidak gugup.

"Memangnya suamimu kemana? Kok istrinya malah ditinggal malam-malam?" Omel Bu Zainab.

"Bang Hidayat nggak tau Ibu datang hari ini, taunya besok... Makanya bang Hidayat nggak langsung pulang habis kuliah, soalnya tugas kuliah bang Hidayat numpuk katanya, Bu..." Jelas Maira beralasan.

"Lah, terus siapa yang bantuin Fajar buat nurunin motor?" Tanya bu Zainab terlihat khawatir.

"Sendiri bisa kok, Bu... Tinggal turunkan saja, beda kalo naikin tadi..." Fajar, supir travel itu menyahut sambil bersusah payah menurunkan motor matic milik almarhum Ajiz yang diminta Maira beberapa hari lalu kepada ibu mertuanya.

"Benar bisa, Jar... Kalau nggak, biar kami bertiga yang bantu..." Sela ibunya Maira.

"Bisa kok, Bu... Ibu sedikit menjauh saja, takut motornya oleng..."

Mereka bertiga hanya bisa menuruti ucapan Fajar sambil menatap dengan cemas-cemas.

"Alhamdulillah..." Ucap mereka bersamaan ketika motor itu telah berhasil diturunkan dari mobil.

"Ayo, Bu, kita masuk sekarang... Dingin di luar..." Ajak Maira sambil menjinjing barang bawaan ibu dan ibu mertuanya, lalu kembali untuk memasukkan motor itu ke dalam rumah.

"Nak Fajar mampir dulu, ya..." Tawar ibunya Maira berbasa-basi.

"Tidak usah, Bu, Terima kasih... Saya nginep di mes saja malam ini... Besok udah harus jemput sewa pula..." Tolak Fajar.

"Owh begitu... Terima kasih, ya, Jar... Jangan bosan nganterin ibu kemana-mana..."

"Ah, seharusnya saya yang ngomong begitu, Bu... Senang bisa jadi langganan Ibu..." Balas Fajar. "Kalau begitu saya pamit, Bu... Sudah malam. Bu Zainab dan ibunya Ajiz juga harus istirahat..."

"Iya, hati-hati..." Sahut Bu Zainab.

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikum salam..." Sahut Maira bersamaan dengan ibu dan ibu mertuanya.

Di dalam rumah, Maira mulai memikirkan bagaimana caranya ia membuat ibu dan ibu mertuanya tidak merasa curiga dengan kehidupannya bersama Hidayat.

"Ibu mau makan?"

"Kan Ibu sudah telpon Maira kalau Ibu mau makan di jalan saja. Maira nggak masak banyak, kan?" Ujar Bu Zainab.

"Nggak sih, Bu... Mana tau Ibu lapar lagi, Maira tinggal masak sebentar..."

"Tidak, Nak... Kami sudah sangat kenyang. Tadi nak Fajar berhenti di rumah makan yang enak, bukan tempat yang biasa itu..." Timpal ibunya Maira.

"Kalau gitu, Ibu langsung istirahat, ya? Ibu-ibunya Maira pasti pada lelah sekali... Kita tidur di kamar kak Zahra saja bareng-bareng..."

"Kamar Zahra? Memangnya kalian nggak tidur disana?" Tanya Bu Zainab keheranan.

"Eh? Hmmm... Maira tidur disitu kok, Bu..." Jawab Maira mulai kikuk.

"Berarti sekarang jadi kamar kamu dan Hidayat dong..." Ucap Bu Zainab sambil merangkul bahu Maira.

"Eh... he... I-iya, Bu... Maksud Maira begitu..." Jawab Maira dengan gugup.

"Kami tidur di kamar tamu saja... Masa pengantin baru tidurnya ditemani?" Kelakar ibunya Maira.

"Sesekali, Bu... Maira kan kangen..." Bujuk Maira bermanja-manja.

***

Hidayat melirik ponselnya. Sudah pukul sepuluh malam, namun ia belum berminat meninggalkan taman. Lengannya masih diapit dengan erat oleh gadis cantik yang ia cintai.

Hah, cinta? Ya, definisi pemikirannya sendiri terhadap perasaannya kepada Kirana Adila. Lalu, benci kah ia pada Maira? Entahlah. Ia sendiri tidak dapat menjawabnya. Tidak ada yang buruk pada Maira, semuanya sempurna. Tapi, ia hanya punya satu jawaban, yaitu hatinya telah terlebih dahulu berlabuh pada Kirana.

"Rasanya tidak ingin pulang, tapi kamu juga harus bekerja besok..." Oceh Kirana manja.

"Kalau begitu, kita pulang saja, ya? Kamu juga harus syuting, kan?" Bujuk Hidayat terdengar begitu lembut.

Bagaimana mungkin Kirana tidak merasa nyaman? Sementara Hidayat memperlakukan dirinya begitu istimewa.

"Aku bukan selingkuhan kamu, kan? Aku tidak ingin ada pemberitaan miring di media, jika suatu hari nanti hubungan kita tiba-tiba terbongkar..." Ucap Kirana tak mengindahkan bujukan Hidayat.

"Di saat kita berdua, bukankah kamu sudah berjanji untuk tidak membahas ini?"

"Tapi..."

"Aku tahu, kamu merasa tidak tenang, juga tidak nyaman... Hidup ini adalah pilihan, Kiran... Dia memilih untuk menerima aku menjadi suaminya, meski dia tahu aku tidak mencintai dirinya. Sementara, aku memilih menikahinya demi ibuku, dan kamu memilih untuk bertahan di sisiku tanpa memperdulikan statusku... Aku berterima kasih untuk itu, karena kamu masih mempercayaiku..." Tutur Hidayat.

"Tapi, sampai kapan kita begini?" Protes Kirana sendu.

"Sampai dia menyerah... Untuk aku mungkin agak sulit... Ini, demi ibuku... Jika dia yang menyerah, aku rasa ibuku akan maklum..." Jawab Hidayat dengan sangat yakin.

"Baiklah..." Sahut Kirana lesu. Ia menyenderkan kepalanya ke bahu Hidayat.

"Jangan sedih... Ayo kita pulang..." Ajak Hidayat berusaha membuat Kirana tersenyum.

Kirana menurut. Tiga kali dalam seminggu Hidayat bertemu Kirana diam-diam. Dimulai dari gadis itu menunggu di gerbang kampusnya, lalu berakhir ketika ia mengantarkan Kirana ke apartemennya.

"Aku butuh uang buat biaya pengobatan ayahku, kemarin sudah aku transfer semua ke rumah sakit..." Keluh Kirana sambil bersandar ke pundak Hidayat ketika mereka berada dalam perjalanan ke apartemen.

"Kamu butuh uang berapa?" Tanya Hidayat terdengar prihatin.

"Dua belas juta..."

"Aku ada... Besok aku transfer, ya..." Ucap Hidayat menenangkan.

"Tapi..."

"Tidak apa-apa, Kiran... Aku tahu, seperti aku demi ibuku, begitu pula kamu demi ayahmu..."

"Kenapa kamu begitu baik? Aku jadi takut jika harus melepas kamu nantinya..."

Hidayat mengambil tangan Kirana yang bertengger di pahanya, lalu ia lingkarkan ke pinggangnya. "Memangnya kamu ada niat untuk melepaskan aku? Bukankah kamu tidak akan kemana-mana?"

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

suharwati jeni

suharwati jeni

kayaknya kirana mau morotin hidayat

2024-12-27

1

mrs.andriIndra

mrs.andriIndra

sampai sini sih jijik ya sama kelakuan hidayat yg blm dpt hidayah😜😒

2023-07-21

1

abdan syakura

abdan syakura

waahhh males nunggu bucinnya Hidayat...
mauny nampakkan sifat asli Kirana
hahhhh sabar.. sabar..
husnudzhon......

2023-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!