12. Sekamar

Sesampai di rumah, Hidayat dibuat kaget akan kedatangan ibu dan ibu mertuanya yang begitu tiba-tiba. Kedua wanita paruh baya itu telah berada di dalam rumah. Bu Zainab menatap kepulangannya dengan penuh kemarahan.

"I-ibu..." Walau ia berharap Maira akan mengadu, tetap saja ia dihantui rasa bersalah.

"Darimana saja kamu jam segini baru pulang?" Omel Bu Zainab.

"Ibu, sudah... Ini kali pertama kok bang Hidayat pulang larut malam. Biasanya nggak pernah, Bu..." Ujar Maira berusaha menahan kemarahan Bu Zainab.

"Jangan belain suamimu, Maira... Walaupun sekali, ibu takutnya jadi kebiasaan..." Ucap Bu Zainab pada Maira.

"I-ibu kok sudah sampai? Bukannya Ibu berangkat besok pagi dari kampung?" Tanya Hidayat mencoba mengalihkan kemarahan ibunya.

"Beruntung Ibu memajukan jadwal keberangkatan Ibu kemari, jadinya Ibu tahu kelakuan kamu..." Ketus Bu Zainab.

"Maafkan Hidayat, Bu..." Ucap Hidayat mengalah. Ia mendekati ibunya, lalu menyalami sambil memeluk ibunya itu.

"Meski almarhumah kakakmu tidak pernah cerita apa-apa tentang rumah tangganya kepada Ibu dan ayahmu, tapi ibu begitu yakin ia diperlakukan sangat baik oleh almarhum nak Ajiz..."

Hidayat mengangguk dalam pelukan ibunya. Ia juga percaya hal itu, karena ia sendiri ikut menjadi saksi cinta mereka.

Bu Zainab mengeluarkan Hidayat dari dekapannya, lalu meraih tangan Maira dan dipersatukannya dengan tangan Hidayat. "Maka dari itu, Nak, tolong jaga Maira sebaik-baik mungkin seperti almarhum Abangnya menjaga almarhumah kakakmu selama hidupnya..."

Hidayat dan Maira saling beradu pandang, dan entah mengapa Hidayat tidak bisa berbohong bahwa jantungnya berdegup kencang ketika melihat mata Maira yang begitu indah dan menyejukkan.

"Kenapa begitu berlebihan, Bu Zainab?" Tanya ibunya Maira mencairkan suasana.

"Pernikahan mereka memang masih dini, Besan... Saya yang memaksakan hubungan mereka, tapi saya yakin mereka jodoh dunia akhirat... Saya hanya cemas jika Hidayat melakukan kesalahan, lalu menyakiti perasaan Maira terlalu dalam..." Ungkap Bu Zainab.

"Ibu... Kedatangan kedua ibu Maira untuk senang-senang, bukan untuk sedih-sedih... Ibu tidak usah khawatir, bang Hidayat menjaga Maira begitu baik disini..." Ucap Maira sambil mengusap punggung Bu Zainab.

"Tuh kan, Bu Zainab dengar sendiri ucapan Maira? Saya sangat percaya sekali pada nak Hidayat, bahwa putra bungsu Ibu ini akan menjaga putri kami, dan satu-satunya untuk kami..." Timpal ibunya Maira mendinginkan suasana dan perasaan Bu Zainab.

Hidayat memaksakan senyumnya, lalu bergantian menyalami ibu mertuanya. "Maafkan Hidayat, Bu... Harusnya Hidayat ada di rumah pada saat kedatangan Ibu..."

Tanpa siapapun menyadari, Maira berkali-kali mengedipkan matanya yang terasa perih. Ia yang menginginkan sandiwara ini berjalan, namun tetap saja ia merasakan sedih yang tak tertahankan.

"Sudah-sudah, sekarang kita istirahat... Lihatlah jam di dinding, sebentar lagi berdentang menandakan tengah malam... Apa kita akan tetap larut dalam suasana seperti ini? Jangan sampai subuh kita kesiangan..." Ucap Ibunya Maira sambil tersenyum mencairkan suasana yang masih bergeming dalam ketegangan.

"Bang, Maira pinjam kunci kamar tamu, ya... Ibu kekeh mau tidur disitu, padahal Maira sudah bujuk ibu buat tidur di kamar kita sekarang, dan biar kita saja yang tidur disana..." Pinta Maira dengan lembut dibarengi tatapan permohonan.

"Hah?" Hidayat tercengang. Tatapan Maira mengalahkan egonya. "Abang bantu bersin kamarnya, ya?"

Hidayat terpaksa mengikuti sandiwara yang telah terlanjur dimainkan Maira.

***

Ini pertama kali bagi Hidayat memasuki kamar almarhum kakak dan kakak iparnya. Ia agak kikuk. Walau setelah Zahrana meninggal, ia tidak pernah mau diajak Ajiz untuk menginap di kamar utama.

Hidayat merasakan tubuhnya begitu lelah. Serasa menggigil semenjak ia mulai melangkah memasuki kamar yang sudah beberapa hari ini ditempati oleh istrinya itu.

Perlahan Hidayat duduk di tepi tempat tidur, sementara pandangan matanya sibuk berkeliling mengitari setiap sudut kamar yang lumayan besar dan bersih.

Bayangan almarhum kakak dan kakak iparnya serasa menari di pelupuk matanya, membuat ia terlena untuk sesaat.

"Maira tahu, ini pertama kalinya bagi Abang memasuki kamar ini..." Ungkapnya kepada Maira yang sibuk menyibakkan bantal di sofa depan tempat tidur yang ia duduki.

Maira terpana. Ia terpukau mendengar ucapan Hidayat yang begitu sopan dan berbeda dari sebelumnya semenjak mereka menikah. Ini pertama kalinya, dan yang sangat ditunggu-tunggu olehnya.

"Kamu mau membaca novel terakhir kak Zahra? Di kamar inilah bermula kisah cinta mereka, dan karena itulah Abang enggan untuk masuk ke kamar ini..." Jelasnya semakin memperpanjang percakapannya dengan Maira.

Maira masih tidak menyahut, ia terus menikmati hal yang membuat hatinya berdebar karena mendengar suara Hidayat yang begitu lembut terhadapnya.

Hidayat yang menyadari Maira tak merespon ucapannya, segera menoleh ke posisi Maira yang berdiri dengan tenang di balik sofa.

Hidayat menghela nafas panjang ketika melihat diamnya Maira sambil menatap dirinya begitu lekat. "Maaf..."

"Heh?" Seketika Maira tersentak melihat tatapan Hidayat yang beralih kepadanya.

"Maaf, tidak seharusnya Abang bersikap begitu kepada Maira... Abang sadar, kita hanya korban keadaan..." Ucap Hidayat memperjelas kata maafnya.

Maira tersenyum, lalu memalingkan wajahnya. "Maira tidak pernah merasa jadi korban di situasi ini, Bang... maaf..."

"Apa yang Maira lihat dari Abang?" Tanya Hidayat, pertanyaan yang seharusnya dari awal ia pertanyakan dengan lembut, dan dari hati ke hati.

"Apa cinta mengenal rupa? Apa cinta mengenal tahta? Apa cinta mengenal pribadi seseorang terlebih dahulu? Jika ia, maka tidak akan ada cinta dalam diri manusia..." Ucap Maira membuat Hidayat tertegun.

"Tapi..."

"Setidaknya, cinta tahu tempat ia bermuara ketika mengarungi samudra..." Potong Maira cepat. "Bagi Maira, kapal tidak mencari tempatnya berlabuh untuk sekedar singgah, namun berlayar tanpa memikirkan lelah dihantam ombak dan ganasnya badai lautan luas... Jika kapal tidak kokoh, maka percayalah, ia takkan selamat..."

"Dalam Alquran surat Ar-rum saja telah Allah beritahu, bahwa rasa kasih dan sayang itu Ia-lah yang telah menjadikannya di antara kita manusia. Maira hanya berusaha menunggu dengan sabar tentang firman Allah dalam surat Al-Mumtahanah, mudah-mudahan Ia akan menimbulkan kasih sayang di hati Abang untuk Maira yang Abang musuhi..." Tambah Maira lagi dengan berani.

"Abang tidak memusuhi Maira, dan tidak ada niatan untuk itu..." Bantah Hidayat sambil berjalan mendekati posisi Maira.

Lagi-lagi Maira tersenyum. Senyum getir yang tidak memercayai ucapan suaminya itu. Ia mulai merebahkan tubuhnya di atas sofa, lalu menarik selimut ke dadanya. "Tidurlah, bukankah besok Abang harus mengambil tiket untuk keberangkatan keluar kota?"

"Hah?" Hidayat tersentak, lalu berbalik ke tempat tidur. Malam ini hatinya begitu lega. Ia berusaha memejamkan matanya, namun pikirannya tetap saja tertuju pada perkataan Maira tadi. Tidak ada yang salah dari gadis itu.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

kamu orang baik Yat,hanya saja ego mu terlalu kuat dan salahnya kamu yang memiliki pasangan yang salah sebelumnya, apalagi belum ada orang yang bisa mengerti bagaimana caranya memberi tau kamu semua kesalahan juga kekeliruan mu ...

2023-02-04

2

yelmi

yelmi

jangan tunggu rasa lelah dan menyerah hadir di hati maira nanti hidayat dan di saat itu juga kamu menyadari hadirnya dia di kehidupan mu semua sudah tidak bisa digapai dan di perbaiki lagi... sadarilah kekhilafan ini segera sebelum terlambat

2022-11-24

1

Ratna Dadank

Ratna Dadank

nape lu hidayat.kaget liat maira yg super sabar...

bucin lu nanti..

ya kan thor

2022-11-24

1

lihat semua
Episodes
1 01. Duka
2 02. Dijodohkan
3 03. Perdebatan
4 04. Kirana Adila
5 05. Pesan Singkat
6 06. Pernikahan
7 07. Membagi Batas
8 08. Komitmen
9 09. Bagai Orang Asing
10 10. Sup Ayam
11 11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12 12. Sekamar
13 13. Diantar
14 14. Rasa Bersalah
15 15. Keberanian Maira
16 16. Abang Aneh
17 17. Sungguh-Sungguh
18 18. Indahnya Cinta
19 19. Canggung
20 20. Pengecut
21 21. Tentang Kesalahpahaman
22 22. Frustasi
23 23. Masa Lalu Arya
24 24. Lembur
25 25. Demam
26 26. Menemui Kirana
27 27. Dihantui Rasa Bersalah
28 28. Protagonis Dan Antagonis
29 29. Putus
30 30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31 31. Diam Seribu Bahasa
32 32. Menyerah
33 33. Di Rumah Sakit
34 34. Pulpen
35 35. Keputusan Sepihak
36 36. Persidangan
37 37. People Pleaser
38 38. Permintaan Kirana
39 39. Tayang Perdana Di Tv
40 40. Hari Esok Adalah Misteri
41 41. Dua Mempelai Pria
42 42. Kamu Istriku
43 43. Satu Menit
44 44. Surga Duniawi
45 45. Tentang Hidayat Junior
46 46. Tentang Perempuan
47 47. Bulan Madu
48 48. Di Villa
49 49. Tentang Momongan
50 50. Tujuh Bulanan Kirana
51 51. Perkara Menginap
52 52. Pernikahan Rizki
53 53. Suasana Menegangkan
54 54. Kabar Buruk
55 55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56 56. Kertas Ucapan
57 57. Curhat Pada Kirana
58 58. Demi Anak Kita
59 59. Perdebatan Kecil
60 60. Bawaan Bayi
61 61. Tak Terhingga
62 62. Novel Zahrana
63 63. Penasaran
64 64. Maunya Anak Kita
65 65. Membahas Novel Zahrana
66 66. Kabar Gembira
67 67. Melahirkan
68 68. Ending
69 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 69 Episodes

1
01. Duka
2
02. Dijodohkan
3
03. Perdebatan
4
04. Kirana Adila
5
05. Pesan Singkat
6
06. Pernikahan
7
07. Membagi Batas
8
08. Komitmen
9
09. Bagai Orang Asing
10
10. Sup Ayam
11
11. Kedatangan Ibu Dan Ibu Mertua
12
12. Sekamar
13
13. Diantar
14
14. Rasa Bersalah
15
15. Keberanian Maira
16
16. Abang Aneh
17
17. Sungguh-Sungguh
18
18. Indahnya Cinta
19
19. Canggung
20
20. Pengecut
21
21. Tentang Kesalahpahaman
22
22. Frustasi
23
23. Masa Lalu Arya
24
24. Lembur
25
25. Demam
26
26. Menemui Kirana
27
27. Dihantui Rasa Bersalah
28
28. Protagonis Dan Antagonis
29
29. Putus
30
30. Benci Dan Cinta Itu Beda Tipis
31
31. Diam Seribu Bahasa
32
32. Menyerah
33
33. Di Rumah Sakit
34
34. Pulpen
35
35. Keputusan Sepihak
36
36. Persidangan
37
37. People Pleaser
38
38. Permintaan Kirana
39
39. Tayang Perdana Di Tv
40
40. Hari Esok Adalah Misteri
41
41. Dua Mempelai Pria
42
42. Kamu Istriku
43
43. Satu Menit
44
44. Surga Duniawi
45
45. Tentang Hidayat Junior
46
46. Tentang Perempuan
47
47. Bulan Madu
48
48. Di Villa
49
49. Tentang Momongan
50
50. Tujuh Bulanan Kirana
51
51. Perkara Menginap
52
52. Pernikahan Rizki
53
53. Suasana Menegangkan
54
54. Kabar Buruk
55
55. Kabar Gembira Dalam Kesedihan
56
56. Kertas Ucapan
57
57. Curhat Pada Kirana
58
58. Demi Anak Kita
59
59. Perdebatan Kecil
60
60. Bawaan Bayi
61
61. Tak Terhingga
62
62. Novel Zahrana
63
63. Penasaran
64
64. Maunya Anak Kita
65
65. Membahas Novel Zahrana
66
66. Kabar Gembira
67
67. Melahirkan
68
68. Ending
69
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!