"Bisa gak sih lu jangan terlalu ngatur hidup gue? lu itu bukan keluarga gue Fa, kita cuma teman lama. Dan lu terlalu ikut campur dengan masalah keluarga gue!"
"Lu sadar apa yang gue lakuin buat kebaikan kalian semua? kalau bukan karena Tian, gue juga gak mau ngurusin lu lagi Risa! apa lu bisa ngurus semua bisnis Tian tanpa bantuan gue hah?"
Rafael mengancam Clarissa, kalau dia tak akan mau lagi membantunya. Dan itu artinya jika ada masalah apapun yang terjadi setelah ini, Clarissa harus mengurus semua sendiri. Clarissa diam membisu, sebenarnya ada untungnya juga kalau Rafael tak sering mendatangi rumahnya. Karena itu akan menggangu hubungan nya dengan Raymond. Tapi jika Rafael benar-benar tak akan membantu nya lagi, dia sendiri yang akan kesulitan mengurus segalanya.
"Maksud gue bukan begitu Fa, gue butuh waktu buat menerima semua cobaan ini. Gue masih terguncang Fa huhuhu."
Drama Clarissa berhasil mengecoh perasaan Rafael, ia sedikit merasa bersalah karena cobaan datang bertubi-tubi dalam keluarganya. Dan pasti Clarissa merasa terguncang. Menyadari itu Rafael luluh dan meminta maaf pada Clarissa.
"Ya udah Sa, gue akan kasih lu waktu buat terbiasa dengan keadaan lu yang sekarang
Gue pergi dulu."
*
*
Hari berlalu dengan cepat, setiap harinya Clarissa tak pernah sekalipun menengok Sebastian di kamarnya. Bahkan setiap harinya Clarissa selalu menitipkan Stefani pada Nandini, padahal tugas Nandini di rumah itu adalah sebagai perawat Sebastian. Tapi Clarissa selalu mengatakan jika Nandini tak perlu terlalu memperhatikan suaminya.
"Suster hanya perlu mengurusnya ketika memberikan makan minum atau obat saja. Karena suami saya tak bisa apa-apa dan hanya menghabiskan waktu di atas tempat tidur saja, suster bisa membantu Mbok Itoh menjaga Stefani."
"Tapi Bu, tugas saya adalah mengurus semua kebutuhan Pak Tian. Jika Bapak membutuhkan apa-apa dan saya tidak ada di dekat nya bagaimana?" jelas Nandini bingung.
"Intinya Suster Nandini gak bisa kerja dengan makan gaji buta disini. Kalau hanya mengurusi lelaki lumpuh sepertinya kan tidak akan rumit! jadi Suster harus ikut membantu Mbok Itoh mengurus Stefani. Bukankah Suster lebih banyak duduk diam setelah merawat si lumpuh itu!" seru Clarissa seraya melangkahkan kakinya pergi.
Kini semia urusan pekerjaan di handel oleh Clarissa, meski terkadang Rafael membantunya. Jadi setiap harinya Clarissa jarang berada di rumah, meskipun ia ada di rumah. Tak sekalipun Clarissa melihat kondisi Sebastian, ia juga tak pernah menyentuh bayinya sama sekali. Sebastian yang terbaring di atas tempat tidur semakin hancur hatinya, ia baru menyadari jika ternyata Clarissa tak pernah benar-benar tulus mencintainya. Disaat Mbok Itoh sibuk membersihkan rumah, Stefani selalu dititipkan pada Nandini. Jadi terkadang Nandini hanya meletakan Stefani di samping Sebastu. Nandini harus menyiapkan makan minum serta obat untuk Sebastian, dan Stefani terkadang menangis. Nampak Sebastian terenyuh melihat bayi sekecil Stefani di sia-siakan oleh ibu kandungnya sendiri. Meski Sebastian belum tahu pasti, jika bayi yang ada disamping nya darah daging nya atau bukan. Tapi ia tak tega melihat bayi itu dicampakan oleh Clarissa.
Di dalam hati Sebastian berterkad ingin sekali segera pulih, dan membongkar kedok Clarissa. Tapi ia tak bisa melakukan apa-apa, beruntungnya ada Nandini yang dengan tulus merawatnya. Terkadang Nandini pulang terlambat karena menunggu kedatangan Clarissa, ia tak bisa meninggalkan Sebastian seorang diri di kamarnya. Hawatir terjadi sesuatu pada lelaki itu, meski tiap hari nya Sebastian selalu tidur seorang diri di kamarnya. Sementara Stefani selalu tidur di kamar pembantu bersama Mbok Itoh.
"Bu, besok saya ijin dua hari. Ada kerabat saya yang akan menikah, jadi saya harus pergi keluar kota." ucap Nandini dengan berat hati.
"Lalu siapa yang akan membantu saya mengurus lelaki lumpuh itu?" kata Clarissa dengan membulatkan kedua matanya.
"Kalau hanya sekedar memberikan makan minum dan obat, ibu bisa melakukan nya sendiri. Saya sudah tulis bagaimana dan apa yang harus ibu lakukan. Karena tak akan ada Suster pengganti, saya juga sudah mengatakan ini pada Pak Rafael."
Setelah menjelaskan semuanya pada Clarissa, Nandini meninggalkan rumah itu dengan berat hati. Ia sudah mendengar semuanya dari Mbok Itoh, tentang hubungan gelap Nyonya rumah itu dengan supir di rumahnya. Karena Mbok Itoh tak tega melihat kondisi Sebastian, Mbok Itoh akhirnya buka mulut di hadapan Nandini. Ia mengatakan jika Stefani kemungkinan bukan darah daging Sebastian.
"Aah kenapa aku harus merasa tak enak hati seperti ini, padahal aku belum lama mengenal mereka. Tapi tak tega juga melihat Pak Sebastian, ia adalah korban dari keserakahan istrinya. Semoga dia segera sembuh dan membongkar kedok istrinya." Batin Nandini di dalam hatinya.
Sudah dua hari, Clarissa terpaksa membantu Mbok Itoh mengurus Stefani. Karena Mbok Itoh harus mengurus semua kebutuhan Sebastian. Dengan kesal Clarissa berteriak memaki Sebastian dengan kata-kata kasar.
"Dasar lelaki payah gak berguna, lu itu udah lumpuh masih aja nyusahin hidup gue. Lebih baik lu mati aja tau gak!" seru Clarissa seraya melemparkan Stefani ke tempat tidur Sebastian.
"Lu lihat bayi cacat ini kan Mas? dia lebih pantas jadi anak lu, daripada anak kami berdua." tak lama Raymond datang dengan tersenyum melalui sudut bibirnya.
"Sudahlah sayang jangan terlalu lama berbicara dengannya. Sebentar lagi Nandini datang, ia akan segera memberikan makan minum padanya. Lebih baik cepat kau berikan racun itu padanya, dengan begitu Nandini yang akan disalahkan karena telah lalai dalam pekerjaannya. Setelah kematian nya, kau bisa menguasai segala aset dan harta benda nya. Lalu bayi cacat ini kita serahkan saja ke panti asuhan. Selagi Rafael tak ada di Indonesia, dia gak akan tahu rencana kita." kata Raymond dengan memberikan zat berbahaya yang telah ia beli dari toko kimia.
"Apakah ini dapat segera membunuhnya?"
"Tak akan secepat itu sayang, zat ini akan bekerja dalam waktu yang lumayan lama. Jika zat berbahaya ini bekerja terlalu cepat sebelum Nandini dayang, kita yang akan dipersalahkan atas kematian nya. Jadi sengaja aku memberikan nya waktu menderita yang lebih lama, supaya ia tersiksa hidup segan matipun tak mau hahahaha."
Clarissa tersenyum licik seraya berjalan mendekati Sebastian, ia mencampur zat berbahaya itu ke dalam gelas minuman. Dan memberikan nya pada Sebastian. Sebastian tak dapat menolaknya, tapi ia berusaha berontak dengan cara tak menelan air minum yang dituangkan ke mulutnya. Tiba-tiba Mbok Itoh datang, dan meminta Clarissa tak memberikan minuman itu pada Sebastian.
"Jangan paksa Tuan meminum itu Nyah, kasihan Tuan kalau terus dipaksa." ucap Mbok Itoh dengan berlinang air mata.
Clarissa dan Raymond sama-sama terkejut melihat reaksi Mbok Itoh. Mereka menduga-duga apakah Mbok Itoh mengetahui apa yang mereka campurkan ke dalam minuman itu. Tapi keduanya hanya diam denga saling menatap, tak ada satupun dari mereka yang bertanya pada Mbok Itoh.
...Bersambung. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments