BAB 7

POV CLARISSA.

Aku sudah merencanakan semuanya dengan baik bersama Raymond. Meski aku belum tahu kapan Mas Tian pulang.

"Kapanpun aku bilang kalau suamiku pulang, kau harus bersiap dan langsung datang ke rumahku. Oke sayang?" aku mengirimkan pesan melalui wassap pada Raymond.

"Oke sayang. Udah hampir satu minggu kita gak ketemu. Aku kangen melihat wajah cantikmu."

Aku merasa hari-hari ku lebih berwarna setelah kehadiran Raymond dihidupku. Selama hampir sepekan kami hanya berhubungan melalui handphone. Aku sudah tak tahan menahan hasratku padanya. Raymond adalah lelaki perkasa yang ku idam-idamkan selama ini. Tak hanya tampan, ia memiliki kharisma yang luar biasa. Bahkan ia bisa memuaskan gairahku. Berbeda dengan Mas Tian, ia tak pernah melakukan banyak gerakan seperti Raymond. Jadi aku sangat tergila-gila dengan permainannya di ranjang.

Pagi ini Wenny menelepon ku. Ia menceritakan tentang Sinta yang kesal padanya. Karena ulah Wenny yang menabraknya, hingga ponsel Sinta rusak. Aku sengaja meminta Wenny melakukan itu, karena Sinta dengan sengaja merekam videoku bersama Raymond.

"Thanks ya Wen, lu emang yang terbaik deh. Tapi gue gak akan mau lagi satu tempat sama Sinta. Jadi gue gak bisa datang lagi ke acara arisan bulanan."

"Jangan gitu dong Sa, kalau gak ada lu kan gak seru nanti. Mending Sinta aja yang gak usah di undang, biar dia transfer aja duit arisan nya."

"Ya elah Wen, ntar dikira yang ada gue ngehasut lu lagi. Udahlah gak apa-apa sekali-kali gak ada gue."

Terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam kamarku. Aku melihat dari sudut mata, ternyata Mas Tian sudah pulang. Setelah itu aku mengakhiri obrolan dengan Wenny. Aku sudah tahu jika Mas Tian akan pulang tanpa mengabariku. Ia bersikap dingin padaku, pasti semua ini karena ucapan Rafael. Ia melihatku bersama Raymond dan mengatakan segalanya pada Mas Tian. Tak mungkin aku mengelak, ku katakan sedikit drama kebohongan padanya. Untung saja Mas Tian percaya dengan apa yang ku katakan.

"Sayang sore ini kau pura-pura datang ke rumah ku, untuk meminta pekerjaan ya. Suamiku udah pulay, dan bersantai di taman depan. Kalau besok-besok mungkin dia gak akan ada di rumah." ku jelaskan semua melalui pesan wassap.

Tak ada balasan dari Raymond, entah ia akan datang atau tidak. Karena ia hanya membaca pesanku. Saking cemasnya, ku putuskan untuk menemani Mas Tian di taman depan. Terkadang ia memang bersantai di taman menikmati senja.

Raymond datang ke rumah membawa berkas lamaran. Dan kami memulai sandiwara itu, rupanya Mas Tian percaya dan mau mempekerjakan Raymond di rumah. Aku sudah tak sabar menunggu kedatangan nya besok pagi.

Semalaman aku tak dapat tidur dengan nyenyak, pikiranku tertuju pada pemuda perkasa yang udah muasin hasrat terpendamku. Pagi ini aku bangun lebih awal, sengaja ingin menyiapkan semua yang Mas Tian butuhkan, supaya ia bisa pergi bekerja lebih cepat. Setelah aku bersiap, ku pikir Mas Tian akan berangkat sendiri ke kantor. Ternyata dugaan ku salah, ia meminta Raymond mengantar nya. Padahal aku sudah bersiap untuk pergi dengan Raymond. Meski agak kecewa, setidaknya Mas Tian menyuruh Raymond mengantarku ke butik.

Ya, itu hanya alasanku supaya Raymond dapat menghabiskan waktunya bersamaku.

"Sayang, untung saja suamimu yang bodoh itu gak menyadari sandiwara kita." ucap Raymond seraya mengemudikan mobil.

"Memang seperti itulah dia. Meski kita harus mengantarnya ke kantor dulu, seenggaknya sekarang kita bisa bebas berduaan. Yang paling penting kita bisa selalu ketemu meski di rumah sekalipun."

Aku pergi ke sebuah Mall untuk menghamburkan uang hasil kerja keras Mas Tian. Beberapa barang branded sengaja ku belanjakan untuk Raymond dengan uang cash. Karena jika aku menggunakan kartu kredit, Mas Tian akan mengetahuinya, dan menyadari jika aku berbelanja barang-barang untuk pria. Sementara aku jarang membelikannya barang.

Tak terasa sudah hampir dua bulan kami berhubungan. Sudah semenjak itu, aku lebih sering melakukan permainan panas dengan Raymond. Karena gairahku tak pernah dipuaskan oleh Mas Tian. Apalagi ia sering kelelahan bekerja, sehingga kami hanya melakukan nya beberapa kali saja dalam sebulan. Mau tak mau, aku lebih sering melakukannya dengan Raymond. Dan gairahku lebih terpuaskan olehnya. Sampai akhirnya perubahan terjadi padaku. Perutku sering terasa mual, dan seluruh tubuhku terasa kesakitan. Aku mulai terbaring lemah di tempat tidur, dan Raymond kebingungan melihat kondisiku.

"Cepatlah ke Dokter sayang, aku sangat hawatir melihat kondisimu."

"Kamu ngapain masuk ke kamarku? kalau Mbok Itoh lihat gimana?"

"Tenang aja Mbok Itoh sedang belanja sayur di depan. Mari kita ke Dokter, aku tahu suamimu yang gak perhatian itu gak tahu kalau kamu sakit."

"Sebenarnya sudah dua hari ini dia gak pulang. Ada pekerjaan di kantor cabangnya, jadi dia gak tahu kalau aku lagi sakit."

"Ya udah, aku tunggu kamu di depan ya. Kita periksa ke Dokter sekarang juga."

Setelah Raymond keluar, aku bersiap dan merapikan diri. Ketika ku langkahkan kaki keluar kamar. Ada Mbok Itoh sedang berdiri mematung di depan kamarku. Terlihat raut wajahnya pucat melihatku.

"Mbok Itoh, saya mau keluar dulu. Kalau Tuan pulang, bilang aja saya pergi sebentar."

"I i iya Nyah." jawabnya gugup.

Tak terlalu ku pikirkan gelagat aneh Mbok Itoh. Segera ku temui Raymond di dalam mobil, lalu ia menatapku dengan peluh yang membasahi keningnya.

"Kita udah ketahuan! Mbok Itoh ngelihat aku keluar dari kamarmu. Pasti saat ini dia sedang berpikir yang enggak-enggak!" seru Raymond dengan peluh yang membasahi keningnya.

"Hah. Bagaimana itu bisa terjadi?" aku tak kalah paniknya mendengar ucapan Raymond.

Setelah Raymond menjelaskan semuanya. Aku bergegas masuk ke dalam rumah, lalu memanggil Mbok Itoh. Perempuan tua itu berlari tergopoh-gopoh menemuiku.

"Mbok Itoh tadi lihat apa? jangan sampai Mbok Itoh ngadu ke Tuan ya. Jika sampai Mbok Itoh ngadu, saya akan pecat Mbok Itoh saat itu juga."

Tak ada jawaban darinya, Mbok Itoh hanya menundukan kepalanya. Raymond datang dan berkata, jika tadi Mbok Itoh sempat mengancamnya.

"Tadi perempuan tua itu mengancamku, katanya dia bakal ngomong ke Tuan kelakuan kurang ajarku ini. Apa aku berbuat kurang ajar padamu sayang?"

Aku berbisik pada Raymond, kenapa ia menunjukan hubungan kami di hadapan Mbok Itoh. Dan menurut Raymond, ia lelah bersembunyi dari perempuan tua itu. Karena setiap gerak geriknya di rumah, selalu di pantau oleh Mbok Itoh.

"Toh sekarang dia udah tahu, ya udah aku lihatin aja sekalian. Kamu pecat aja dia sekarang juga!"

Aku belum mengatakan apapun pada Mbok Itoh. Tapi ia sudah bersujud padaku dan memohon ampunan, supaya ia tak dipecat.

"Jangan pecat saya Nyah, cucu saya butuh biaya untuk pendidikan nya. Kalau saya gak kerja disini lagi, gimana nasib cucu saya yang yatim piatu itu." kata Mbok Itoh berlinang air mata.

"Baiklah, saya akan kasih Mbok Itoh kesempatan. Tapi kalau sampai Mbok Itoh mengadukan hubungan kami, saya gak akan hanya memecat Mbok Itoh saja. Tapi saya akan menyakiti cucu Mbok Itoh!"

Dengan menyatukan kedua tangannya, Mbok Itoh berterima kasih padaku. Dan berjanji tak akan mengatakan apapu pada Mas Tian. Aku melenggang pergi tanpa beban, dan bernafas lagi. Karena aku tak perlu sembunyi-sembunyi lagi di rumah.

...Bersambung. ...

Terpopuler

Comments

♡momk€∆π♡

♡momk€∆π♡

clarissa..kamuuu jaat 😡😡anti rasain..loh ada karmanya loh😤😤

2022-11-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!