POV AUTHOR.
Wenny membuka gulungan kertas yang ada di tangannya. Beberapa kali ia menggelengkan kepala, berusaha mendapatkan kesadaran nya kembali. Tapi ia malah jatuh dipelukan pemuda yang sedari tadi merangkuknya.
"Duh kepala gue udah keliyengan nih, mata gue agak kabur. Lu aja deh Sa, yang baca kertasnya." Wenny menyodorkan gulungan kertas itu pada Clarissa, karena hanya Clarissa saja yang tak terpengaruh minuman keras.
Clarissa membuka gulungan kertas itu dan membulatkan kedua matanya. Sesekali ia mengucek matanya, tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Clarissa." ucapnya dengan lirih.
"Yang kenceng dong kalau ngomong, gue gak denger Sa!" teriak Sinta berjalan sempoyongan mendekati Clarissa.
"Iya gue yang dapet arisan nya, nih baca aja CLARISSA." cetus Clarissa dengan membuka lebar gulungan kertas itu.
"Wah kecewa dong gue gak dapat arisan malam ini." kata Sinta sambil duduk di antara Raymond dan Clarissa.
"Tenang aja Sin, lu kan masih bisa menghabiskan malam bersama salah satu dari mereka." sahut Wenny dengan mengecup pipi pemuda disamping nya.
"Ya udah deh, gak apa-apa gue keluar uang dari kantong pribadi. Malam ini gue mau menghabiskan malam bareng Raymond." kata Sinta seraya membelai wajah hingga dada pemuda itu.
Dengan cepat Clarissa menolak. Menurutnya hak untuk memilih berondong yang di inginkan hanya boleh didapatkan oleh si pemenang arisan malam itu. Dan ia keberatan jika Sinta menggunakan haknya sebagai pemenang.
"Gak bisa gitu dong Sin! yang dapet arisan kan gue. Harusnya gue duluan yang milih dong, lu gak bisa ngelanggar aturan gitu aja!" seru Clarissa dengan berkacak pinggang.
"Oke oke, gue ralat ya Sin. Lu bisa milih berondong yang lu mau setelah Clarissa nentuin pilihannya. Oke deal kan?" ucap Wenny dan disetujui oleh semuanya.
Tanpa berbasa-basi Clarissa berjalan dan menarik tangan Raymond. Clarissa mengatakan jika ia memilih pemuda itu untuk bersamanya malam itu. Nampak Sinta mendengus kesal, ia tak terima dengan keputusan Clarissa. Entah apa yang ada dipikiran Sinta, kini ia sedang menyeringai melihat Clarissa sedang melingkarkan tangannya di pinggang Raymond. Diam-diam Sinta merekam kedekatan Clarissa bersama Raymond. Sinta sengaja mengambil video itu untuk membalas rasa kecewanya.
"Gue bakal kasih video ini ke Sebastian, biar dia lihat sendiri bagaimana kelakuan bini nya diluar rumah." batin Sinta di dalam hati dengan tersenyum licik.
Sebenarnya Sinta memang memiliki dendam pada Clarissa sejak dulu. Karena pernikahan Sebastian dan Clarissa terjadi karena dukungan dari Sinta. Tapi Clarissa tak pernah membalas jasanya. Dan saat ini terjadi lagi perbedaan di antara keduanya, yang membuat Sinta mengingat kembali luka lamanya.
Dulu Sinta sangat menyukai Rafael, ia memendam rasa pada pria tersebut. Mengetahui jika Rafael sangat dekat dengan Clarissa, Sinta meminta bantuan dan dukungan supaya ia dapat berdekatan dengan Rafael. Tapi Clarissa tak pernah melakukan apapun untuk menyatukan Sinta dengan Rafael. Ia malah sibuk sendiri dengan urusan asmara nya bersama Sebastian. Dan sekarang luka itu kembali, ketika Clarissa menginginkan pemuda yang ia inginkan juga.
"Gue jalan dulu ya, gak enak nih disini terus sama kalian semua." kata Clarissa memandang sinis ke arah Sinta.
Clarissa berjalan dengan menggandeng tangan Raymond, sepertinya ia sengaja membuat Sinta kesal. Seakan ada boomerang di antara keduanya, Wenny mengatakan pada Sinta, untuk bersabar karena malam ini dia belum beruntung.
"Gue bakal bikin keberuntungan Clarissa menjadi sebuah kesialan." gumamnya dengan tersenyum licik.
Malam itu Clarissa mengajak Raymond ke sebuah hotel bintang lima. Pemuda itu nampak bahagia diperlakukan sebegitu manisnya oleh Clarissa. Karena sejak pandangan pertama keduanya sudah saling memandang. Dan ternyata Clarissa merasakan hal lain dengan Raymond. Ia merasa diperhatikan dan di perlakuan seperti Tuan Putri. Dari cara bicara Raymond yang halus, dan ketampanan wajahnya.
"Apa kau lelah Clarissa? aku pernah bekerja sebagai terapis, mungkin aku bisa memberi sedikit pijatan supaya tubuhmu rileks." Raymond berjalan ke mini bar dan mengambil sebotol minuman. Diam-diam Raymond memasukan sesuatu ke dalam botol minuman itu. Lalu ia memberikannya pada Clarissa.
Tanpa tahu apa yang dicampurkan ke dalam minumannya, Clarissa meneguk minuman itu. Dan ia merasakan panas yang menjalar di seluruh tubuh nya. Peluh mulai membasahi seluruh tubuhnya, Clarissa hanya bisa bernafas dengan tersengal-sengal.
"Kau kenapa Clarissa?" kata Raymond dengan menyentuh belakang leher Clarissa.
Nampak Clarissa sedikit mengerang, lalu tubuhnya mengejang dengan jantung yang berdegup kencang. Raymond berbisik di telinga Clarissa hingga membuat perempuan itu melenguh karena bisikan hangat dari pemuda tampan yang ada disamping nya.
Tanpa sadar Clarissa mendorong tubuh kekar Raymond hingga berguling ke lantai. Clarissa mengecup bibir Raymond dengan beringas. Lalu kedua tangannya merogoh milik pribadi pemuda itu. Dengan lincah Clarissa memainkannya, hingga Raymond mengeluarkan suara-suara anehnya. Tanpa terasa permainan panas keduanya berlangsung cukup lama, hingga keduanya sama-sama terkulai lemas. Raymond merasa puas dapat menjebak Clarissa dalam sandiwara nya. Karena sebenarnya Raymond sudah ahli dalam melakukan dramanya. Ia selalu bersikap polos dihadapan para wanita kesepian seperti Clarissa. Hanya dengan begitu wanita-wanita kesepian itu akan merasa penasaran dengannya, dan memilihnya untuk menghabiskan malam.
"Melihat dari cara berpakaian serta perhiasannya, Clarissa adalah orang yang kaya. Jika dia sudah memiliki suami persetan saja dengan suaminya. Aku sudah untung mendapatkan uang dan juga kenikmatan darinya." batin Raymond dengan menyeringai.
Dreet dreet dreet.
Ponsel Clarissa terus berbunyi dan mengganggu Raymond. Ia mencari keberadaan ponsel Clarissa, dan melihat panggilan telepon dari suaminya. Raymond melemparkan ponsel itu ke meja, dan membongkar isi tas Clarissa. Nampak satu bandel uang berwarna merah di dalam amplop coklat. Raymond juga membuka isi dompet Clarissa yang terdapat berbagai macam kartu atm serta kartu kredit. Hanya ada beberapa lembar uang saja di dalam dompetnya. Tiba-tiba Clarissa membuka sedikit matanya dengan tangan yang meraba ke ranjang. Ia mencari keberadaan berondong tampan yang baru saja memuaskan gairah nya. Dengan sigap Raymond mengecup bibir mungil Clarissa, ia membelai lembut rambut perempuan itu.
"Terima kasih buat kehangatannya malam ini. Tidurlah aku akan berada disamping mu sampai pagi nanti." bisik Raymond di telinga Clarissa.
Karena masih terpengaruh dengan sesuatu yang dicampurkan ke dalam minumannya, Clarissa kembali memejamkan kedua matanya. Lalu muncul niat jahat Raymond untuk mengambil semua barang berharga milik Clarissa. Tapi ia kembali mempertimbangkan keputusan, dan ia mengurungkan niat jahatnya.
"Lebih baik ku perdaya Clarissa dalam permainan panasku. Sepertinya ia benar-benar kurang belaian suaminya, bahkan ia bermain dengan sangat liar ketika dalam pengaruh obat kuat." batin Raymond didalam hatinya.
Setelah mengembalikan semua barang Clarissa pada tempatnya. Raymond merebahkan tubuhnya disamping Clarissa. Mereka terlelap bersama hingga pagi hari. Dan ketika Clarissa terbangun dalam keadaan tanpa berbusana. Ia memandang Raymond yang masih tertidur dengan tubuh polosnya. Bukannya langsung berpakaian dan membersihkan dirinya. Clarissa tergugah gairahnya untuk memainkan milik pribadi Raymond yang tegak berdiri ketika pagi hari.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Else Widiawati
hhmmmm
2022-11-13
0