Rafael sibuk mengurus kedua sahabatnya, Clarissa yang sudah selesai melakukan operasi sesar masih dalam penanganan Dokter.
"Maaf, apakah Bapak keluarga dari Ibu Clarissa Darmawangsa?"
"Iya sus, ada apa ya?"
"Selamat Pak, ibu Clarissa melahirkan bayi berjenis kelamin perempuan. Tapi ada sesuatu yang harus Dokter jelaskan terlebih dulu. Bapak bisa datang ke ruangan Dokter Ani di ujung lorong sana ya Pak."
Rafael dan Mbok Itoh sama-sama tercengang mendengar penjelasan perawat tadi. Bahkan Mbok Itoh memiliki firasat buruk karena Rafael diminta menemui Dokter yang membantu persalinan Clarissa.
"Tu tuan saya takut ada apa-apa dengan bayi Nyonya."
"Semoga saja gak ada apa-apa Mbok, saya pergi menemui Dokter dulu. Mbok Itoh bisa menemui Sebastian dan beri tahu kabar baik ini, dan jangan ceritakan jika saya dipanggil Dokter untuk menjelaskan kondisi bayi nya. Saya gak mau Tian kepikiran."
"Baik Tuan, saya akan memberitahu Tuan Tian. Tapi apakah Tuan bisa mendengarkan perkataan saya?"
"Bisa Mbok. Tian bisa mendengar perkataan kita semua, hanya saja dia kesulitan untuk berbicara. Sebagian besar tubuhnya mengalami kelumpuhan karena efek cedera saraf tulang belakang nya. Saya juga belum menceritakan ini pada Clarissa, saya permisi dulu Mbok." ucap Rafael seraya melangkahkan kakinya pergi.
Mbok Itoh menoleh ke arah lain, disana ada Raymond yang diam-diam menguping pembicaraan nya dengan Rafael. Nampak ia tersenyum melalui sudut bibirnya, sepertinya ia sangat puas mengetahui kondisi buruk Sebastian.
"Ya Allah kenapa bukan lelaki itu saja yang kau berikan cobaan sebesar ini. Kenapa harus Tuan Sebastian yang baik hati itu, kenapa ya Allah?" batin Mbok Itoh dengan mata berkaca-kaca.
"Heh perempuan tua, apa saja yang kau bicarakan dengan Rafael? jangan sampai kau mengadukan hubungan ku dengan Clarissa! awas saja kau sampai berani membongkar hubungan kami, akan ku buat hidupmu dan juga cucumu menderita!" kata Raymond dengan membulatkan kedua matanya.
"Tidak! jangan sakiti cucuku, tolong jangan lakukan apapun padanya. Aku tidak mengatakan apapun pada Tuan Rafael." jelas Mbok Itoh dengan berlinang air mata.
Dengan kasar Raymond mendorong tubuh tua Mbok Itoh, hingga ia membentur tembok dan kepalanya memar. Mbok Itoh berjalan gontai dengan kepala berkunang-kunang.
Bruugh.
Mbok Itoh jatuh pingsan dan tak sadarkan diri di lorong. Raymond mengetahui jika Mbok Itoh pingsan berjalan menjauh meninggalkan nya.
"Dasar perempuan tua tak tahu di untung. Baru didorong gitu aja udah pingsan. Semoga aja gak ada orang yang lihat kejadian tadi, bisa gawat kalau si Rafael sampai tahu. Bisa-bisa gue kena damprat." gumam Raymond seraya berjalan ke kantin.
Sementara di ruangan Dokter, Rafael sedang mendengarkan penjelasan Dokter mengenai bayi Clarissa yang memiliki cacat pada tubuhnya.
"Nyonya Clarissa belum mengetahui kondisi bayinya yang demikian. Dan sebagai keluarga pasien saya harus menyampaikan ini langsung pada anda, jika bayi itu lahir dengan keadaan tak sempurna. Bayi itu mengalami Cleft lip and palate atau Labioplatoschizis yang biasa disebut sumbing bibir dan celah langit-langit mulut, atau palatum merupakan kelainan kongenital."
"Astaga. Cobaan apalagi ini Tuhan." ucap Rafael dengan memijat pangkal hidungnya.
Rafael kembali ke ruangan Sebastian tapi ia malah menemukan Mbok Itoh sedang dikerumuni beberapa orang.
"Loh Mbok, apa yang terjadi padamu?"
"Maaf anda mengenal ibu ini? tadi ibu ini jatuh pingsan, dan kami tak tahu siapa keluarga nya."
"Terima kasih sudah menolongnya."
Rafael memandang wajah lesu Mbok Itoh, nampak di kening perempuan tua itu memar.
"Kalau Mbok Itoh kecapean lebih baik pulang saja, biar saya yang akan mengurus semua."
"Tapi Tuan, nanti Tuan akan kerepotan."
"Saya akan meminta tolong pada seseorang, Mbok Itoh pulang saja bersama Raymond."
Ia menghubungi Raymond melalui panggilan telepon, dan meminta mengantarkan Mbok Itoh ke rumah.
"Setelah itu kau bisa langsung pulang. Saya akan mengurus semuanya disini." perintah Rafael dengan suara tegas.
Terdengar suara jeritan di sebuah ruangan, lalu perawat memanggil Rafael untuk datang kesana. Nampaknya Clarissa sudah melihat kondisi bayinya yang tidak sempurna, ia shock dan menangis histeris. Perawat meminta Clarissa untuk memberikan asi pada bayinya, tapi ia bersikeras menolaknya. Jangankan untuk menyentuhnya, melihat wajah bayinya saja Clarissa tak mau.
"Jauhkan bayi itu dari saya! dia bukan anak saya Sus huhuhu." teriak Clarissa berderai air mata.
Rafael menundukan kepalanya seraya berjalan masuk ke ruangan, ia melihat bayi yang masih dalam dekapan perawat. Dan benar saja, bayi itu memiliki kecacatan pada bibirnya. Rafael menghembuskan nafas panjang lalu meminta perawat untuk memberikan nya waktu berbicara dengan Clarissa supaya ia mau memberikan asi pada bayinya.
"Risa lu gak bisa seperti itu Sa. Bagaimanapun itu adalah darah daging lu sendiri. Lu harus kasih bayi itu asi Sa, jangan sia-siakan bayi itu hanya karena kondisinya yang seperti itu. Terimalah bayi itu Sa, kita akan menemukan jalan untuk memperbaiki segalanya." bujuk Rafael pada sahabatnya itu.
"Gak Rafa! gue gak mau nyentuh bayi itu, gue gak mau Fa!" seru Clarissa histeris.
Rafael membentak Clarissa dengan kasar, ia mengatakan jika mau tak mau bayi itu tetaplah darah dagingnya, dan Clarissa harus mengurusnya.
"Gue gak tahu dosa apa yang lu lakukan selama hidup lu, disaat suami lu terbaring gak berdaya di rumah sakit lu malah ngelahirin bayi dalam keadaan seperti itu. Kalau emang lu ngelakuin sebuah dosa lebih baik lu akuin semuanya Sa. Gue tahu ada yang lagi lu sembunyiin. Sekarang kondisi Sebastian tak hanya lumpuh di tubuh, bahkan dia gak bisa menggerakan saraf diwajahnya. Itu artinya Sebastian akan kesulitan untuk makan minum dan berbicara pada umumnya. Makanya lu jangan persulit keadaan dengan menolak kehadiran bayi lu sendiri." bentak Rafael dengan menghembuskan nafas panjang.
"Ap apa maksud lu Fa? dosa apa yang gue lakuin sampai gue punya keturunan cacat seperti itu? lu lagi nuduh gue fa? lu jahat banget sih hah! kalau lu gak ikhlas nolongin gue sama Mas Tian bilang aja. Gak usah ngejudge gue seperti itu!"
"Gue gak maksud begitu Risa! tapi gue kenal lu udah lama, gue tahu lu lagi nyembunyiin sesuatu yang gak gue tahu. Gue minta lu ngomong dari sekarang, biar gue bisa bantu lu nyelesain masalah. Kalian berdua adalah sahabat gue, jadi gue mau hubungan kalian baik-baik aja. Sekarang gue minta lu kasih asi ke bayi lu, segera beri dia nama biar gue bisa urus semua datanya."
Clarissa masih tercengang mendengar perkataan Rafael, tapi ia tak punya pilihan selain mendengarkan ucapannya. Dengan berat hati Clariss menyusui bayi itu, tapi tetap dengan pengawasan perawat. Karena perawat masih takut kalau sewaktu-waktu Clarissa histeris dan mencelakai bayinya.
...Bersambung. ...
Hai othor punya rekomendasi novel yang bagus buat kalian loh.
CEO And The Twins
Author: ingflora
Wajah mungkin sama, tapi tidak dengan hatinya.
Ian Xander terkejut ketika dikhianati kekasihnya yang cantik Elevika Zarin, yang meninggalkannya demi pria yang lebih kaya.
5 tahun kemudian, Ian menjadi seorang CEO di sebuah perusahaan terkenal di Indonesia. Tanpa sengaja ia bertemu dengan seseorang yang mirip dengan mantan kekasihnya itu walaupun dia berjilbab, berkacamata tebal dan tidak cantik bernama Noura. Ia jatuh cinta dan mengejarnya. Ia pun kemudian melamarnya.
Namun kemudian ia mengetahui bahwa Noura adalah kembaran Vika, mantan kekasihnya dulu. Saat itu juga ia marah dan berniat balas dendam dengan menyengsarakan Noura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
yuli Wiharjo
kalao gini kasian anaknya ya. ya allah.. tp iklan novel baru itu namanya ian upps jd ingat mantan thor zaman putih abu-abu hahaha
2022-12-04
0
Else Widiawati
perasaanku jadi ngga enak, ngga karuan gini yah?? cobaannya begitu bertubi2 terlalu berat lalo menurutku😔😔😭😭
2022-11-23
2