BAB 12

"Memangnya ada apa Pak? sepertinya ada yang ingin Bapak sampaikan ke saya?"

"Hmm itu anu Pak..." belum sempat menyelesaikan ucapannya, ponsel Bapak itu berbunyi. Dan ia berbicara dengan seseorang melalui panggilan telepon.

"Duh maaf ya Pak Tian, saya sedang ditunggu tamu di rumah. Lain kali kita ngobrol lagi saja, permisi."

Sebastian merasa penasaran dengan gelagat aneh tetangganya itu. Tapi ia memilih mengacuhkan nya dan melanjutkan joging nya. Di tengah-tengah komplek itu, samar-samar ia melihat seseorang yang familiar di matanya.

"Maylani, ngapain kamu disini?"

"Eh Pak Tian. Saya menginap di rumah kakak saya Pak. Kebetulan kos saya sedang direnovasi, jadi selama beberapa hari saya tinggal disini."

Keduanya berbincang di halaman rumah, kakak ipar Maylani menghampiri mereka. Ia mengingatkan Sebastian untuk berhati-hati dengan sopirnya.

"Kalai nyari sopir jangan yang masih muda begitu Pak, apalagi tampan wajahnya. Nanti istrinya bisa naksir loh, apalagi sering di tinggal-tinggal pergi." celetuk nya dengan wajah masam.

"Mbak ngomong apa an sih. Maaf ya Pak Tian, kakak ipar saya emang suka begini. Saya permisi dulu Pak."

Maylani mengajak kakak iparnya masuk ke dalam rumah. Ia memperingatkan sang kakak untuk menasehati istrinya.

"Lihat tuh Mas kelakukan istrimu, masa didepan bos ku, dia ngomongin istrinya yang enggak-enggak. Kalau aku sampai dipecat bagaimana?" kata Maylani dengan mengerucutkan bibirnya.

Sang kakak menegur istrinya, supaya tak terlalu mencampuri urusan orang lain. Tapi sang istri mengelak, ia berdalih mengatakan jika ia kasihan melihat Pak Sebastian dibodohi istrinya.

"Nih lihat deh Mas, kelakuan istrinya yang selingkuh sama sopirnya." ia menunjukkan video perselingkuhan Clarissa dengan Raymond.

Nampaknya kakak Maylani sependapat dengan istrinya. Ia meminta Maylani untuk memberitahu atasannya itu.

"Kakak yakin kamu gak akan dipecat dek, justru seharusnya bosmu itu berterima kasih ke kamu. Kalau sampai terbukti bayi dalam kandungan istrinya adalah anak sopirnya, pasti lelaki itu akan sangat terpukul. Apa kamu gak kasihan dek?"

"Tapi kak, aku gak tega ngomongnya. Pak Tian begitu menantikan bayi itu, bagaimana aku sanggup mengatakan segalanya. Apalagi menunjukan video itu." jelas Maylani menghembuskan nafas panjang.

Di sepanjang perjalanan pulang. Sebastian memikirkan ucapan kakak ipar Maylani. Ditambah tatapan aneh beberapa tetangganya, membuat hati Sebastian bertanya-tanya. Mungkinkah semua yang ia dengar memang benar adanya. Tapi ia tak mau menduga-duga, ia ingin memastikan segalanya.

"Aku harus melihat semua dengan mata kepalaku sendiri. Apakah benar yang mereka katakan tentang Clarissa dan Raymond? tapi kenapa Mbok Itoh yang berada satu rumah dengan mereka, tak pernah mengatakan apa-apa padaku?" batin Sebastian di dalam hatinya.

"Selamat sore Pak. Karena Bapak sudah di rumah, saya ingin berpamitan pulang." ucap Raymond dengan menundukan kepalanya.

"Tunggu! kamu bisa tinggal disini saja selama istri saya belum melahirkan."

Sebastian sengaja meminta Raymond tinggal di rumah nya. Ia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri. Apakah benar Clarissa mempunyai hubungan tersembunyi dengan sopir mereka. Karena Sebastian yakin dengan menjebak keduanya di rumahnya, ia akan lebih mudah mengetahui segalanya.

"Semoga saja keputusan ku tepat, dengan membiarkan Raymond tetap berada disini. Aku akan memergoki mereka, dan jika sampai semua terbukti, aku tak akan memaafkan Clarissa." batin Sebatas didalam hatinya gundah.

Sudah hampir satu minggu Raymond tinggal di rumahnya, tapi tak ada sesuatu yang mencurigakan nya.

Hari itu Sebastian sedang bermain golf bersama Rafael. Ia menceritakan segalanya mengenai kecurigaan nya pada Clarissa dan juga sopirnya.

"Jika beberapa orang di lingkungan lu mengatakan itu, berarti mereka mempunyai alasan. Gak mungkin lah mereka asal ngomong kalau gak ada sesuatu. Lebih baik lu pasang kamera tersembunyi di sudut-sudut tertentu. Mungkin aja lu bisa ngelihat apa yang selama ini gak bisa lu lihat. Bisa aja kan mereka menutupi hubungan itu rapat-rapat. Sampai gak ada satupun di rumah lu yang lihat. Bahkan Mbok Itoh yang selalu di rumah gak pernah ngomong macam-macam tentang mereka. Itu artinya ada sesuatu yang gak beres, dan lu harus segera ungkap semua. Dulu kan gue pernah cerita, kalau Clarissa pelukan sama cowok di Club. Tapi lu malah bela bini lu, ya udah dong gue gak mau perbesar masalah itu. Dan sekarang lu sendiri yang ragu sama Clarissa." kata Rafael dengan menggelengkan kepala.

"Sorry Fa, bukannya gue gak percaya sama lu. Tapi waktu itu Clarissa menjelaskan semua tanpa ada yang ditutupi, jadi ya gue langsung percaya sama omongannya. Jadi intinya sekarang lu bisa bantu gue gak?"

"Lu minta bantuan apa sih bro?"

Sebastian membisikkan sesuatu pada Rafael, ia meminta sahabatnya itu datang ke rumah. Lalu meletakkan kamera tersembunyi di beberapa tempat.

"Wah gila lu bro, lu nyuruh gue ngehianatin persahabatan gue sama Clarissa ya? kenapa gak lu sendiri aja sih!" seru Rafael seraya berjalan pergi.

"Lu ngelakuin itu demi kebaikan bro, gak ada siapa yang menghianati siapa. Seandainya Clarissa emang selingkuh, gue gak akan kasih tahu dia, kalau lu yang bantu gue ngebongkar kebusukannya. Oke?"

Sebastian terus memaksa Rafael, hingga ia terpaksa menuruti keinginan sahabatnya itu. Tanpa rasa curiga, Clarissa membukakan pintu untuk Rafael.

"Tumben lu kesini di jam kerja?" tanya Clarissa lalu mempersilahkan Rafael masuk ke dalam rumah.

"Gue diminta Tian buat ngambil berkasnya yang ketinggalan. Karena gue emang kebetulan di dekat sini ya udah gue ambilin sekalian. Tumben rumah lu sepi? dimana pembantu dan sopir lu?"

"Astaga aku lupa, kalau Raymond saat ini sedang ada di kamarku. Aku harus segera kesana dan melarangnya keluar!" batin Clarissa panik.

"Bentar ya gue cariin dulu berkasnya."

Clarissa berjalan tergesa-gesa ke kamarnya. Nyaris saja Raymond keluar dari kamar itu, ia membuka pintu yang masih setengah terbuka. Beruntung nya dengan cepat Clarissa menutup kembali pintu itu. Tapi Rafael sudah terlanjur melihat pintu itu setengah terbuka.

"Siapa yang buka pintu Sa?" tanya Rafael dengan mengaitkan kedua alis matanya.

"Oh itu Mbok Itoh di kamar gue, biasalah lagi bersih-bersih." jawab Clarissa menghembuskan nafas panjang.

Setelah berhasil mengalihkan perhatian Clarissa. Rafael dengan cepat meletakkan beberapa kamera tersembunyi di berbagai sudut ruangan. Salah satunya ada di depan pintu kamar utama.

"Selamat pagi Tuan, apa Tuan mau saya buatkan minuman?" sapa Mbok Itoh di belakang punggung Rafael.

Sontak saja Rafael terkejut, ia tak menyangka Mbok Itoh datang dari luar.

"Loh Mbok kapan keluar dari kamar? perasaan tadi disini gak ada orang."

Ketika Mbok Itoh akan menjawab pertanyaan Rafael, Clarissa terlebih dulu menjawab. Ia datang tanpa berkas di tangannya.

"Mbok Itoh udah keluar tadi Fa, lu aka yang gak lihat. Tolong Mbok buatkan teh untuk Tuan Rafael."

Clarissa bernafas lega, karena Mbok Itoh belum sempat mengatakan jika bukan dia yang berada di dalam kamarnya. Dan ia sudah meminta Raymond keluar melalui jendela kamarnya. Sehingga Rafael tak akan merasa curiga kenapa Mbok Itoh tiba-tiba bisa keluar dari kamarnya.

...Bersambung. ...

Hai othor punya rekomendasi novel yang bagus buat kalian loh.

Terpopuler

Comments

yuli Wiharjo

yuli Wiharjo

duh judul ceritamu thor, bikin ingat mantan antara cinta dan ego huwwaaa

2022-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!