"Mbak, punya waktu sebentar? Ada hal yang ingin ku bicarakan, tapi masih maju-mundur, takut kalau nanti Mbak Vanye marah," ucap Daniel. Sebenarnya dia ingin membahas ini dari semalam, tapi takut jika istrinya kelelahan.
"Pembahasannya saja belum kamu katakan, tapi kayak tau banget aku akan marah setelah mendengarnya," balasnya acuh.
Vanye lebih fokus menghabiskan sarapannya. Baru kali ini dia makan tanpa tanpa, padahal biasanya Vanye selalu ketat menjaga pola makannya agar tubuhnya selalu terjaga.
"Ya ... barangkali Mbaknya marah, kan jaga-jaga sebelum mengatakan semua," kata Daniel terus memperhatikan Vanye. Dia sangat senang jika masakannya di makan begitu lahap, setidaknya Daniel tenang Vanye tak terlalu pemilih makanan.
"Katakan saja, sambil makan nggak masalah kan?"
Daniel menggeleng, "nggak masalah kok, Mbak." balasnya sambil tersenyum. Setelah itu Daniel menatap Vanye dan langsung menceritakan rencananya.
"Aku mau kita pindah ke rumahku sendiri nanti siang," ucap Daniel pelan-pelan. Daniel takut Vanye tersedak atau bagaimana saat mendengar ucapannya. Tetapi, dia terus melanjutkan kembali niatnya.
"Aku terbiasa hidup mandiri, jadi ...."
"Baiklah kita akan pindah nanti siang, kemanapun kamu pergi aku pasti iku," jawab Vanye langsung tanpa protes.
Daniel pun tercengang mendengar jawaban istrinya, padahal tadi dia berpikir Vanye akan menolak apalagi rumahnya sangat jauh dari rumah orang tuanya.
"Kamu nggak keberatan, Mbak?" tanyanya untuk memastikan.
"Nggak! Kamu sekarang suamiku, sewajarnya aku ikut kemanapun kamu pergi. Walaupun ke ujung dunia, aku pasti mengikutimu dari belakang," jawabnya sesuai nasihat mamanya.
Daniel begitu bahagia mendengar perkataan Vanye, dia masih tak percaya jika istrinya segampang ini menurut. Padahal dia sudah mempersiapkan alasan cadangan jika Vanye menolak.
"Terima kasih, Mbak," ucap Daniel sangat lembut. Sedangkan Vanye hanya menganggukkan kepala, sambil menatap rendang di atas meja.
"Emm ... boleh nambah nggak? Dagingnya enak banget, baru kali ini aku makan daging sapi tapi rasanya sangat nikmat," ucap Vanye malu-malu. Dia masih tak percaya serakus ini, padahal tadi sudah nambah berkali-kali.
"Boleh banget! Silahkan kalau perlu habiskan, nanti kalau kurang aku buatkan lagi." Daniel langsung mengambil piring berisi daging rendang dan menaruh semua isinya di atas piring Vanye.
Vanye sangat senang melihat daging itu berpindah ke atas piringnya, dia sempat kesal pada Daniel, jika ada makanan seenaknya ini kenapa tadi membawakannya bubur ayam. Jelas-jelas dia sehat, tapi malah di kasih bubur.
Tapi, Vanye tak mau mempermasalahkan semua. Dia lanjut menyantap makanannya, tapi tiba-tiba Vanye penasaran siapa yang memasak semua hidangan di atas meja.
"Daniel, boleh tanya?"
"Tanya apa?" Daniel terlihat fokus mencicip kopi buatannya.
"Ini semua yang masak siapa? Kalau boleh sih, kokinya bawa ke rumah kita nanti dong. Masakannya sangat enak, jadi pengen di masakin setiap hari," ucap Vanye jujur.
Daniel pun terkekeh mendengar pertanyaan Vanye, jelas-jelas kokinya ada di depan matanya, tapi masih ditanya.
"Kok ketawa sih, Daniel!" kesal Vanye sedikit merajuk.
"Ha ha ha, bagaimana nggak ketawa Mbak. Lah kokinya ada di depan Mbak sendiri, tapi masih di cari," balas Daniel terus tertawa.
Kaget? Iya, Vanye sangat kaget saat mengetahui jika semua ini adalah masakan suaminya. "APA? Jadi semua ini yang masak kamu? Serius kamu Daniel, sumpah nggak bohong?"
"Iya Mbak! Semua ini masakan ku dan kalau memang suka, setiap hari nanti aku masakin," balas Daniel.
Daniel paham apa yang dirasakan istrinya, untuk jaman sekarang sangat sulit mendapati lelaki pandai masak. Jadi, bagi Vanye ini hal yang sangat luar biasa.
"Ya Ampun, ini sangat enak dan kamu pintar sekali Daniel. Ajarin aku dong, aku juga ingin bisa masak," kata Vanye sambil memohon. Vanye tak mau kalah dari Daniel, dia juga harus bisa memasak.
"Jelas enak dong, Mbak. Kan aku memiliki rumah makan, kalau nggak pandai memasak ya nanti gimana? Oh ya, menu ini sangat diminati pada pelanggan, coba deh rasain, pasti Mbak suka." Daniel menaruh beberapa lauk pauk lagi di atas piring Vanye
Seketika Vanye terdiam, dia memang tak tau tentang Daniel. Dari jaman dia pacaran Vanye tak pernah bertemu Daniel. Dia hanya mendengar jika Satria memiliki seorang adik, namun lebih memilih hidup mandiri daripada bergantung pada orang tuanya.
Tak menyangka saja, sekarang orang yang begitu mandiri itu menjadi suaminya. Sungguh beruntungnya Vanye, membuang limbah mendapat harta karun.
"Kamu hebat ya, kapan-kapan ajak aku kesana. Aku penasaran dengan rumah makanmu," kata Vanye.
"Pasti, nanti setelah kita pindah akan ku ajak ke rumah makan yang aku dirikan. Disana Mbak Vanye bisa makan sepuasnya, apapun ada di sana."
Vanye mengangguk bahagia. Dia sangat senang sekali mendapat perlakuan welcome dari Daniel, padahal sebelumnya dia berpikir suaminya ini akan bersikap kekanak-kanakan karena perbedaan usia mereka. Tapi, tak disangka Daniel jauh lebih dewasa darinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kedewasaan seseorang tdk harus selalu di nilai dari umur,Umur itu cuman Angka,.
2024-04-12
0
Sulaiman Efendy
MAKANYA JGN PERNH NILAI ORG DRI PENAMPILAN DN UMUR, PNAMPILAN BSA MNIPU, UMUR TK MNJAMIN KDEWASAAN DLM BRPIKIR, BRPRILAKU DN BRTINDAK... MAKANYA ADA KATA2 BIJAK YG MNGATAKAN, TUA ITU PASTI, DEWASA ITU PILIHAN, YG ARTINYA JIKA ORG PNJG UMUR PSTI AKN MNEMUI NMANYA USIA TUA, TPI TDK MNJAMIN, ORG YG SMAKIN TUA UMURNYA, SMAKIN DEWASA TINDAK TANDUKNYA..
2023-12-23
1
𝓐𝔂𝔂🖤
daniel...jangan panggil mbak dong..geli aku...🤭🤭🤭
2022-12-11
12