Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Daniel dan Vanye kini sudah resmi menjadi sepasang suami-istri, mereka berdua bersanding di pelaminan dengan balutan kebaya berwarna putih.
Vanye yang begitu cantik dan Daniel begitu tampan.
Namun, di tengah-tengah kebahagiaan itu banyak tamu yang kebingungan. Di dalam undangan tertera nama Satria, akan tetapi yang ada di atas pelaminan dan pengucapan janji suci adalah Daniel. Tapi, banyak pula yang tak mempermasalahkan semua.
Ketika Daniel dan Vanye sedang serius menyambut para tamu, tibalah sahabat-sahabat Daniel dan mulai merusuh. Mereka semua sangat terkejut saat Daniel bilang akan menikah, sebab itulah sekarang mereka datang ke pernikahannya.
“Hey, Bro! Kau ini nggak setia kawan sekali, padahal kita saling janji akan naik pelaminan setelah sukses tau-taunya nikah duluan," ucap Pamukas — teman kuliah Daniel.
"Maaf, Bro. Ini mendadak, jadi janji itu terlupakan," balas Daniel sedikit merasa bersalah.
"Sudahlah, sebenarnya yang bikin kita shock itu satu. Yaitu tentang pendampingmu, pacaran sama siapa nikahnya sama siapa. Ini yang bikin kita Shock,” kata Zac sambil melirik Vanye, takut ucapannya ini membuat istri Daniel marah.
“Bisa diam nggak, Zac! Jangan coba-coba bikin masalah, atau sampai mempermalukan istriku!" Geram Daniel.
Seketika Vanye merasa sangat malu. Kedua pipinya terasa panas dan bersemu. Selama menjalani hubungan dengan Satria, dia tak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini. Yang ada Satria selalu cuek sehingga Vanye iri pada teman-temannya.
“Cie … istriku, tapi omong-omong kasihan Lifta ya, karena dia selama ini menjaga jodohnya orang," ejek Zac ceplas-ceplos tanpa memikirkan keadaan sekitar.
Pamukas pun langsung menggeplak kepala Zac, dia malu sekali punya teman seperti Zac yang notabene ceplas-ceplos saat berbicara. Sekaligus membuat mereka was-was, apalagi mulutnya sangat lemas tak bisa di rem sedikitpun.
"Bisa dijaga nggak sih mulutmu? Ini tempat umum masa kamu nggak peka banget, Zac!" seru Pamukas sangat kesal.
"Apaan sih! Kan bener perkataan ku, Lifta itu jaga jodohnya orang. Buktinya, Daniel pacarannya sama Lifta tapi —"
"Stop!"
Daniel langsung berteriak mendengar perdebatan mereka, dia sangat tak enak dengan Vanye. Apalagi mereka selalu bahas Lifta, yang jelas Vanye belum tahu akan hal ini.
“Jangan membahas Lifta lagi! Sampai kamu bahas dia lagi, aku jamin mulutmu nggak akan bisa berbicara lagi!"
Daniel benar-benar marah, tanpa sadar mereka seperti menuduh dirinya lah yang meninggalkan Lifta padahal Lifta sendiri yang memilih pergi mencari lelaki lain.
"Maaf." Kedua lelaki itu pun diam. Baru kali ini mereka melihat seorang Daniel marah, padahal selama mereka bersama Daniel selalu lemah lembut.
“Bisa marah juga ini anak!" seru Zac masih tak takut akan ancaman Daniel.
"Mbak hati-hati waktu malam pertama, dia sangat buas sekaligus liar jadi harus waspada. Oh ya, sebelum kita dimakan, lebih baik kita pamit dulu,” ucap Zac berlari meninggalkan pelaminan sebelum Daniel benar-benar merobek mulutnya.
"Dasar nggak waras semua! Kamu jangan dengerin mereka ya Mbak, mereka memang seperti itu," kata Daniel agar Vanye tak kemakan ucapan kedua sahabatnya.
“Daniel, apa kita akan melakukan itu?”
"Apa? Uhuk ... uhuk!" Daniel sampai tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan Vanye.
"Emm, itu maksudnya malam pertama." Jujur Vanye belum siap jika harus melayani Daniel.
Hatinya masih belum menerima Daniel, apalagi sampai membayangkan main di atas ranjang bersama lelaki lebih muda darinya. Membayangkan saja, sudah membuat otaknya panas dingin.
“Ehem!" Daniel menetralisir rasa terkejutnya, "kamu tenang saja, Mbak. Jika Mbak belum siap, maka aku nggak akan melakukan itu. Toh ini juga terlalu cepat jika harus melakukan hubungan, kita perlu pendekatan juga," balas Daniel.
Sejujurnya, Daniel juga belum siap akan semua ini. Bukan dia jijik, tapi dia butuh waktu apalagi ini pertama kalinya dia akan unboxing. Jadi perlu belajar lebih dalam, agar Vanye juga merasa nyaman saat melakukan malam pertama mereka.
“Apa kau serius, Daniel?”
“Iya aku serius. Kita nikmati saja masa-masa bersama kita mulai dari perkenalan dan kita bisa memulainya dengan PDKT,” ucap Daniel semakin meyakinkan Vanye.
Vanye sangat senang mendengar penjelasan Daniel, bahkan penjelasan itu sangat terlihat tulus dan ini membuat Vanye merasa tenang. “Terima kasih, Daniel! Kamu sangat mengerti perasaanku, kamu juga orang yang sangat baik,” ucap Vanye sambil memeluk Daniel.
Terkejut? Jangan tanya lagi, jantung Daniel terasa mau copot saat Vanye memeluknya begitu saja. Baru kali ini juga dia merasakan jantungnya berdebar-debar saat seorang wanita memeluknya, padahal saat Lifta melakukan hal yang sama Daniel merasa bisa saja.
Daniel berusaha menetralisir perasaannya sendiri, setelah itu Daniel berusaha mengatur debaran jantungnya dan membalas pelukan Vanye
***
Hari pun semakin larut. Mereka kini sudah ada di kamar pengantin dan saling membersihkan sisa-sisa make-up secara bergantian. Setelah selesai mandi Vanye merasa kebingungan harus seperti apa, sampai dia memutuskan duduk di tepi ranjang sambil menunggu Daniel.
Jantungnya berdebar kuat, rasa gugup dalam hatinya semakin membuatnya tegang. Mungkin jika dia menikah dengan Satria sudah pasti tau apa yang harus dilakukan, tapi nyatanya Vanye menikahi orang lain dan ini membuatnya menjadi seperti orang bodoh.
"Aku bingung mau melakukan apa, astaga ini sangat membingungkan!" seru Vanye sambil memandangi isi kamar Daniel.
Tak lama setelah itu, Daniel keluar dari kamar mandi dan langsung mengelus lembut puncak kepala Vanye. “Tidurlah, jangan kaku seperti ini," ucapnya.
"Terus kamu?" tanya Vanye.
"Aku mau selesaikan laporan keuanganku dulu, nanti kalau sudah selesai aku nyusul," balasnya.
Vanye mengangguk. Karena mendapat izin untuk tidur, Vanye langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tak membutuhkan waktu lama, dia menuju alam mimpi.
Beberapa hari ini sungguh membuatnya stres, sampai sulit tidur. Tapi sekarang dia merasa tenang, seperti semua bebannya hilang dan dapat tidur dengan nyenyak.
Sedangkan pojok kamar, Daniel masih terus bergelut dengan laporan keuangan rumah makan yang didirikan. Konsentrasinya sangat kuat, namun semua langsung buyar ketika Daniel mendengar dering dari ponselnya.
Daniel menutup laptop dan melihat siapa yang menghubungi dirinya selarut ini. "Lifta?"
“Untuk apalagi dia menghubungiku? Sebenarnya malas untuk mengangkat panggilannya, tapi aku juga penasaran."
Daniel akhirnya memutuskan untuk mengangkat panggilan dari Lifta, dia ingin tau tujuan Lifta sekaligus ingin memperingati dia agar tidak menghubunginya lagi.
'Halo, Daniel!'
Daniel sedikit menjauhkan teleponnya saat Lifta berteriak sangat kencang. “Ada apa? Bukannya kamu sudah tenang bersama Joni? Aku sudah mengalah dan semoga puas atas keputusanku," jawab Daniel dengan nada sinis.
Namun tak lama setelah itu, Daniel mendengar suara tangisan dari seberang sana. 'Daniel kamu sangat keterlaluan, bagaimana bisa secepat itu melupakanku dan menikahi mbak, mbak pelakor itu!'
Marah? Iya Daniel sangat marah, ketika Lifta mengatai istrinya pelakor. Daniel tak suka Vanye di hina seperti ini, bagaimanapun Vanye adalah istrinya.
“Jaga mulutmu, Lifta! Dia bukan pelakor, dia istriku! Namanya Vanye dan gelarnya adalah nyonya Daniel, Jadi aku harap kamu mengerti itu!” tegas Daniel mengingatkan Lifta.
Daniel tak mau Lifta menghina istrinya, yang lebih suci daripada Lifta. Dia akan selalu melindungi harga diri Vanye dari siapapun itu.
'Apa bagusnya dia, daripada aku Daniel! Dia tua dan aku masih cantik, tega banget kamu sama aku,' bentak Lifta semakin membuat Daniel tertawa lepas. Dia sangat geli mendengar ucapan Lifta, padahal yang memulai perselingkuhan adalah Lifta sendiri.
“Vanye lebih dari segalanya, dia sangat berharga dari intan mulia, bahkan berlian yang senilai ratusan juta tak sebanding dengan Vanye!" tegas Daniel.
"Kamu juga jangan pernah lupa Lifta, kamu yang meninggalkanku terlebih dulu, jadi hiduplah dengan pilihanmu sendiri. Bukankah kamu menginginkan seorang yang selalu menemanimu!" serunya menahan amarah.
Daniel tak mau sampai kelepasan dan berakhir membangunkan Vanye. Sebisa mungkin dia mengecilkan suaranya, agar Vanye tak terganggu.
'Aku hanya ingin membuatmu cemburu Daniel, tapi apa? Kamu memanfaatkan semua dan pergi begitu saja, tanpa mau membujukku!'
Daniel semakin muak mendengar alasan Lifta, dia tak bisa menahan diri lagi sampai mulutnya kelepasan. 'Bulshitt! Semua bapak jelas, jika berniat membuatku cemburu pakailah cara yang benar bukan cara kotor seperti menjajakan tubuhmu! Kamu tau, sekarang dimataku harga dirimu sudah tak ada Lifta, semua terasa murah karena perbuatanmu sendiri!" seru Daniel tak bisa kontrol dengan mulutnya.
Dia terlanjur kesal pada Lifta, jelas-jelas dia yang salah tapi tak mau mengaku malah menyalahkan seseorang. Daniel tak suka perempuan seperti itu, manipulatif!
'Kamu jahat, Daniel!"
Tut!
Panggilan pun berakhir begitu saja. Sejenak Daniel menarik nafas panjang, rasanya sudah tak ada mood untuk menyelesaikan laporan, dia lebih memilih tidur di atas sofa dan memenangkan hatinya.
Sedangkan Vanye, ternyata dia belum tidur sepenuhnya. Dia mendengar semua ucapan Daniel dan Vanye langsung merasa terbang ke awan mendapatkan pembelaan dari suaminya. Dia merasa sangat dihargai oleh Daniel, padahal mereka baru saja bertemu.
"Apakah aku, seberharga itu?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Emang seharusnya Daniel jujur aja,Gak usah mikirin perasaan tuh cewek,Dia aja gak pernah mikirin perasaan kamu,Apa katanya tadi,ingin membuat Daniel cemburu?? Wkwkwkwk alesan apa itu?? gak banget..🙄🙄🙄
2024-04-12
0
Sulaiman Efendy
SANGAT BERHARGA... HNY SATRIA YG MATANYA BUTA HINGGA TK TAU MNILAI SBRP BRHARGANYA DIRI LOO
2023-12-23
2
𝓐𝔂𝔂🖤
ya ampun...maling teriak maling tuh lifta,,,dia yg selingkuh,,bersikap seolah dia yg diselingkuhi...gak waras😒😒😒
2022-12-11
8