Seorang lelaki berjalan keluar dari rumah makan miliknya menuju parkiran, setelah sehari penuh bergelut dengan bisnisnya dia ingin bertemu sang kekasih dan mengajaknya menikmati langit malam di salah satu pantai.
Setelah berada di dalam mobil, dia berniat untuk menghubungi sang kekasih. Namun, beberapa menit kemudian dia harus menelan pil pahit karena nomor yang dituju tidak aktif.
"Kebiasaan banget sih kamu, Lif. Berapa kali aku bilang, jangan matikan ponsel sebelum aku menghubungimu," keluh lelaki berparas tampan itu.
Dia adalah Daniel Anggara, anak kedua Dona sekaligus adik dari Satria. Dia sosok lelaki mandiri dan tak mau merepotkan keluarga besar, sehingga Daniel memutuskan keluar dari rumah untuk mengembangkan rumah makan miliknya.
Pernah sekali Daniel disuruh meneruskan perusahaan Doni, akan tetapi dia menolak dan menyerahkan semua pada kakaknya. Bagi Daniel, dunia perkantoran sangat membosankan, terlalu banyak orang jahat demi memenangkan tender perusahaan.
Daniel lebih suka berjuang sendiri, tanpa membawa nama keluarga. Dia juga bisa bebas, tanpa ada tekanan pekerjaan yang selalu membuat kepala sakit.
"Apa langsung ke kosannya saja, ya? Barangkali dia sedang kesulitan, sebab itu Lifta mematikan ponselnya," gumamnya.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Daniel memilih menghampiri Lifta ke kos-kosannya. Daripada menebak-nebak, lebih baik kesana langsung dan melihat sendiri kondisi sang kekasih.
Daniel ini memang sangat mencintai kekasihnya, apapun yang Lifta mau dia pasti akan berikan. Tapi dalam batas wajar, dia tak mau terlalu los menuruti Lifta karena Daniel juga harus menabung untuk masa depannya nanti.
Daniel ingin memiliki rumah kecil, yang dipenuhi anak-anaknya. Bahkan Daniel mendambakan keluarga bahagia, itulah impian Daniel sedari kecil dan dia akan mewujudkan semua itu bersama Lifta— kekasih hatinya.
Setelah menempuh perjalanan dengan kemacetan luar biasa, kini Daniel sampai ditujuan. Tetapi, saat Daniel akan turun dari mobil, matanya melihat pemandangan tak mengenakan.
Daniel melihat Lifta bersama Joni — sahabatnya sendiri, bahkan bisa dibilang mereka sangat mesra, padahal itu ada di luar rumah. Hatinya langsung bergemuruh, ingin sekali Daniel turun dan meminta penjelasan mereka.
"Apa ini? Kenapa mereka sangat mesra sekali, bahkan di depan umum mereka berani berciumann!" serunya amat kesal.
Daniel sangat penasaran dengan hubungan mereka, akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti mereka dari belakang, sampai akhirnya mobil mereka berhenti di salah satu hotel.
"Sial, kenapa mereka pergi ke hotel! Sebenarnya ngapain mereka kesini, berdua lagi!" kesal Daniel. "Aku harus mengikuti mereka, nggak tenang rasanya kalau belum tau kebenaran semua ini!" Sambungnya.
Daniel pun keluar dari mobil, dia sekarang terbakar api cemburu. Rasanya sangat sakit, hatinya juga panas. Apalagi dia melihat Joni merangkul pinggang Lifta sangat mesra, ketika memasuki sebuah kamar hotel.
"Ini nggak bisa dibiarkan!"
Dengan tekad kuat, Daniel berpura-pura menjadi pegawai hotel. Dia akan menciduk kebusukan mereka sendiri meski harus mengeluarkan banyak uang. Tak mau menunggu lama, Daniel segera mengetuk pintu kamar hotel.
Tapi sayang, tak ada pergerakan sama sekali dari dalam. Tangannya semakin mengepal kuat, bayangan mereka bercintaa pun memasuki indra pengingatnya. "Brengsekk!"
Daniel terus mengetuk, dia juga mengatakan dari layanan hotel. Sampai dua puluh menit berlalu, barulah pintu itu terbuka lebar sampai menampilkan sosok lelaki yang selama lima tahun menjadi sahabatnya.
"Daniel ...."
"Iya ini aku!" Daniel menatap tajam Joni.
"Ini semua bisa ku jelaskan, Daniel!"
"Apanya yang dijelaskan?" tanya Daniel semakin tajam menatap Joni. Ayolah dia benar-benar marah, kekasih yang selama ini dia bangga-banggakan ternyata selingkuh dengan sahabat sendiri.
"Ini hanya candaan, Niel. Iya kan Lif, kamu tolong jelaskan pada Daniel." Joni menatap Lifta, agar wanita itu ikut menjelaskan. Karena bagaimanapun, Joni tak mau kehilangan sahabat seperti Daniel.
"Oh ... apa benar begitu, Lifta?"
Daniel masih berharap ucapan Joni benar adanya, namun kenyataan pahit menikam hati Daniel saat Lifta terang-terangan mengatakan semua yang dilihat adalah kenyataan, semua kesalahan ditujukan padanya sehingga membuat Lifta memilih Joni.
Berbeda jauh dengan Joni, dia begitu ketakutan saat Lifta memilih jujur daripada berbohong. Joni sangat yakin jika Daniel akan membunuhnya, saat ini juga.
"Apa yang kurang dariku? Bukankah aku selalu menuruti Apa yang kamu mau, aku pun sudah memikirkan masa depan kita dan anak kita Lifta!" bentak Daniel sangat murka. Kejujuran Lifta benar-benar menikam hati Daniel, apalagi Lifta terlihat santai mengatakan semua.
"Aku tak membutuhkan semua itu Daniel, yang aku butuh cinta dan kasih sayang," jawab Lifta tak kalah nyaring. Bahkan Lifta menuduh Daniel tak pernah memberinya cinta, kasih sayang.
Senyum kecut pun di tampilkan Daniel. "Aku mencintaimu, Lifta! Bahkan sangat menyayangimu, sebab itulah kenapa aku kerja keras, semua agar bisa membahagiakanmu," jawab Daniel.
"Tapi maaf Daniel, aku ingin kamu selalu disampingku dan nggak terlalu memikirkan tentang pekerjaan. Maaf Daniel," ucap Lifta semakin menyakiti hati Daniel.
Selama ini Lifta haus akan kasih sayang dan cinta yang benar-benar tulus. Lisa ingin Daniel selalu ada disampingnya, tapi Daniel selalu mementingkan pekerjaannya sampai melupakan kapan mereka harus bertemu.
"Dasar, sampah!" umpat Daniel yang langsung memukuli Joni. Dia tidak bisa menahan emosi lagi dan melampiaskan semua dengan cara memukul Joni.
Bug ... bug ... bug ....
Daniel terus memukul Joni, meski Lifta berusaha melerai nya itu tak menjadi halangan. Dia ingin membunuh Joni, karena telah merebut kekasihnya.
"Daniel lepaskan! Dia tak bersalah, aku yang memilihnya! Harusnya kamu menerima, jangan egois kamu Daniel!" teriak Lifta terus melerai mereka.
"Dasar penghianat, kamu temanku yang munafik Joni! Kukira selama ini kamu baik, ternyata main tikung kekasih temanmu sendiri!" bentak Daniel sambil terus memukuli Joni.
Joni sama sekali tak membalas pukulan dari Daniel, dia sangat sadar Jika salah. Dia telah mengkhianati sahabatnya sendiri dan Joni merasa pantas mendapat pikulan itu.
Merasa puas telah memukul Joni, Daniel bergegas keluar dari kamar hotel. Daniel sudah muak melihat mereka berdua, apalagi melihat muka sok alim mereka.
"Ingatlah ini! Suatu saat nanti aku yang akan bahagia dan kalian pasti menderita! Kalian juga akan merangkak meminta belas kasihku. Ingat perkataan ku ini!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Makan tuh CINTA,JANGAN SAMPE SETELAH INI KAMU NGEMIS2 SAMA DANIEL,AWAS AJA..😠😠😠
2024-04-12
0
Qaisaa Nazarudin
Kenapa gak di ambil potonya atau videonya sebagai bukti..
2024-04-12
0
Qaisaa Nazarudin
Apa jangan2 ceweknya Deniel selingkuh sama Satria ya,Tuh pasti lagi wik wik sama Satria di kosan..
2024-04-12
0