Suasana tegang semakin terasa ketika dokter tak kunjung keluar dari dalam, Dimas maupun Vanye takut terjadi sesuatu pada Ratih. Mengingat ini kali pertama Ratih jatuh sakit, padahal sebelumnya sehat-sehat saja.
Dimas pun sedari tadi mondar-mandir di depan pintu, begitu juga Vanye yang terus menangis. Namun, ketika mereka sedang fokus mengkhawatirkan Ratih, telinganya menangkap langkah kaki seseorang mendekati mereka.
Tatapan Dimas pun langsung menuju ke sumber suara, tapi emosinya menjadi naik ketika tau siapa orang yang berjalan mendekatinya. Dengan amarah membara Dimas berdiri dan mendekati mereka, sambil menarik kerah Doni.
"Puas kalian! Kalian sudah membuat hancur keluargaku! Jika sampai terjadi sesuatu dengan istriku, jangan harap kamu bisa hidup dengan tenang!" teriak Dimas.
Melihat itu Vanye langsung memeluk tubuh Dimas. Dia tak mau papanya membuat kesalahan, apalagi ini di rumah sakit. "Papa, jangan begini,"ucapnya sangat lirih. Vanye bahkan menangis, memohon agar Dimas bisa mengontrol emosinya.
"Pergi kalian!" bentak mengusir mereka agar emosinya tak semakin tersulut.
"Baik kami akan pergi,"ucap Doni tak mau membuat kericuhan.
Sebelum pergi Dona sempat menghampiri Vanye. Dia ingin mengucapkan maaf sekali lagi padanya dan memohon agar Anya memaafkan Satria. Bagaimanapun juga, Satria adalah anaknya.
"Nak, maafkan kami. Sungguh kami juga sangat menyesal dengan perbuatan Satria. Tetapi, Mama mohon maafkan dia," mohon Dona.
Tapi tak di balas sedikitpun oleh Vanye.
Vanye terlanjur kecewa dengan Satria, tapi keluarga Satria malah memaksa dia untuk memaafkan semua kesalahan anaknya yang jelas-jelas sangat menyakiti keluarganya sendiri.
"Ayo mah kita pergi. Apa yang kita harapkan disini? Kita sudah menyakiti hati mereka, mana mungkin mereka mau memaafkan kita," ujar Doni sambil menarik tangan Dona.
Dengan perlahan mereka meninggalkan rumah sakit, dan membiarkan keluarga Vanye tenang Mereka juga tak bisa memaksakan kehendaknya, hanya karena ingin di maafkan. Mungkin, ini juga sudah menjadi takdir harus menjadi gelandang karena anak mereka.
***
Malam harinya, Daniel telah sampai di rumah orang tuanya dengan selamat. Akan tetapi, saat langkah kakinya memasuki pekarangan ada yang aneh. Rumah masa kecilnya terlihat sangat gelap gulita, tak ada cahaya sedikitpun dan ini membuatnya penasaran.
Padahal, Daniel memilih pulang ke rumah untuk mengobati rasa sakit hatinya pada Lifta. Tapi, dia malah di suguhi pemandangan mencurigakan di rumahnya. Dengan tergesa-gesa, Daniel masuk ke dalam dan mencari saklar agar ada sedikit cahaya. “Ma, aku pulang,” katanya terus melangkah masuk.
Karena tak menemukan orang tuanya, Daniel memutuskan menuju kamar Dona. Betapa terkejutnya Daniel ketika dia masuk, sudah melihat Dona menangis. Tanpa banyak bicara, Daniel masuk begitu saja dan langsung menanyakan kondisi orang tuanya.
“Ada apa ini? Kenapa Mama menangis. Apa Papa melakukan sesuatu, sampai Mama seperti ini! Jika Papa sampai melukai Mama, Daniel nggak akan maafkan Papa,” ucapnya sambil memicingkan mata ke arah Doni.
Namun pemandangan seperti ini, tak asing bagi Dona. Setiap Daniel pulang, pasti akan ada pertengkaran antara anak dan suaminya. Sebab itulah Daniel memilih keluar rumah dan tidak menerima tawaran untuk mengurus perusahaan.
“Daniel .... ” Dona langsung memeluk erat anaknya. Didalam pelukan Daniel, Dona menumpahkan air matanya sambil meraung-raung.
Hanya Daniel yang bisa membuatnya tenang, apapun masalahnya pasti dia yang bisa menyembuhkan rasa sedih Dona.
“Mama kenapa? Coba ceritakan pelan-pelan, jangan terburu-buru biar Daniel tau apa yang sedang terjadi,” kata Daniel.
Bukannya menjawab pertanyaan Daniel, Dona malah semakin menangis hingga Doni memutuskan menceritakan semua. “Ini semua karena kakakmu, Satria! Dia membuat kita bangkrut dan membuat keluarga Vanye terhina,” jawab Doni.
“Apa yang dilakukan, Kakak? Apa dia membuat masalah seperti dulu!" geram Daniel. Dia sangat muak jika ini memang terulang lagi, berkali-kali juga kakaknya membuat masalah hingga kedua orang tuanya malu.
“Satria bikin malu keluarga, Daniel. Setelah dia melamar Vanye, dengan entengnya dia pergi entah kemana dan kakakmu juga membatalkan pernikahannya," kata Doni berusaha menahan amarah.
Sedangkan Daniel sangat terkejut mendengar perkataan Doni. Dia tak habis pikir jika Satria belum juga berubah, sampai detik ini.
“Kenapa kakak melakukan ini semua? Sama saja dia merusak nama baik calon istrinya. Setau Daniel keluarga Burrak itu keluarga terpandang,” lirihnya masih tak habis pikir.
Padahal jika dilihat, keluarga calon istri kakaknya adalah orang ternama. Jika, yang ternama saja bisa di tinggalkan, bagaimana dengan yang remahan. Pasti akan dicampakkan langsung, tanpa meninggalkan kabar.
“Mereka tak akan pernah melepaskan, Doni. mereka sudah bilang akan mencari Satria sampai ditemukan dan mereka juga membuat kita bangkrut dalam semalam,” jawab Doni.
Jujur, meski Satria membuatnya seperti ini. Tapi hati kecilnya masih sangat khawatir, dia anak kesayangan satu-satunya Doni, jika sampai terjadi sesuatu, betapa hancur hatinya.
“Daniel, Mama kasihan dengan Vanye. Dia tak pernah melakukan kesalahan apapun, tapi dipermainkan oleh kakakmu. Parahnya lagi mamanya shock dan langsung anfal,” ucap Dona mulai mau bicara meski suaranya sangat serak.
“Mama jangan banyak berfikir, ini masih bisa kita bicarakan baik-baik dengan mereka," kata Daniel.
“Baik-baik gimana? Pernikahan kurang dua hari lagi, jika besok pagi terbit matahari pernikahannya hanya tinggal sehari. Kamu tau sendirikan, betapa terpandangnya mereka. Rekan bisnisnya saja banyak, dan bayangkan jika mereka tau pernikahannya batal,” ucap Dona sangat menggebu-gebu.
Daniel sebenarnya juga memikirkan hal itu, namun apa yang bisa dilakukan Daniel. Memikirkan semua semakin membuat kepalanya makin sakit. Niat awal hanya ingin menenangkan diri, tapi dia malah harus menyelesaikan masalah kakaknya.
"Pa, boleh aku tau alamat rumah keluarga Vanye? Barangkali aku bisa bantu sedikit," ucap Daniel tiba-tiba. Entah bantu apa, yang jelas dia harus bertemu mereka dulu.
"Untuk apa kamu cari tau alamat rumah mereka, mau bikin ulah juga?" Doni seperti tak percaya dengan Daniel.
Seketika Daniel mengepalkan tangannya, dia berusaha menahan emosi meski hatinya sakit mendengar Doni meremehkan dia. “Aku akan minta maaf dengan keluarga mereka, juga akan melakukan apapun agar mereka memaafkan Papa dan Mama,” jawab Daniel sangat tegas.
Namun Daniel langsung dapat kekehan kecil dari Doni, Doni tak yakin jika Daniel akan membantu keluarganya. Sangat mustahil, bahkan tak mungkin.
“Percuma Daniel, mereka sudah terlanjur membenci kita. Mereka sudah menganggap kita mempermainkannya, apalagi yang kita harapkan." Doni masih kekeh jika Daniel tak mungkin bisa. Tapi, Daniel bukan orang yang mudah menyerah. Sekali ingin, maka harus sampai tuntas.
“Serahkan semua padaku, percayalah jika aku akan memperbaiki semuanya."
Doni tak bisa menolak permintaan Daniel lagi, mau tak mau dia memberikan alamat rumah sakit itu. Walau tak yakin, Doni berharap Daniel bisa menyelamatkan keluarganya.
“Mama tunggu disini, akan ku selesaikan semuanya. Aku pastikan keluarga mereka tak akan pernah malu,” ucap Daniel sambil melepas pelukan Dona.
“Apa kamu serius, Daniel?" tanya Dona sedikit tenang.
“Daniel serius, Ma. Daniel akan lakukan apapun, agar kalian tidak menanggung malu karena ulah Kakak."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selamat membaca 🤧🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Itu lah yg di namakan JODOH, Walau Vanye dan Daniel udah memiliki kekasih masing-masing dlm waktu bertahun2,Namun Lamanya waktu pacaran bukan jaminan kita berJODOH..
2024-04-12
0
Qaisaa Nazarudin
Dasar Satria aja yg BODOH gak tau bersyukur dgn apa yg tlah dia miliki..
2024-04-12
0
Biduri Aura
waaahh 😍😍😍ini versi pria yg menolong orang tua ny dr k bangkrutan,, biasanya perempuan,, iiiih sweet bnget 🥰🥰🥰🥰
2022-12-21
2