Menjelang hari pernikahan, Satria benar-benar tak bisa di hubungi. Vanye merasa sangat khawatir, apalagi pernikahan mereka hanya tinggal menghitung hari namun Satria seperti ditelan bumi.
Vanye pikir, hari ini dia bisa bertemu Satria karena bertepatan Fitting baju pengantin mereka. Tapi, ternyata dugaan Vanye salah, yang datang hanya calon mertuanya saja, sedangkan Satria entah kemana.
Hati Vanye semakin bimbang, dia berusaha menelpon kembali Satria, akan tetapi Vanye lagi-lagi harus menelan pil pahit setelah mendapati ponsel Satria tak lagi aktif.
"Kemana sebenarnya kamu, Sat!" gumam Vanye.
"Van, kamu kok terlihat bingung gitu sih? Apa bajunya kurang bagus? Kalau iya, kamu bilang nanti kita cari yang lain," kata Dona — calon mertua Vanye.
"Ma, bolehkah aku bertanya?" Bukannya menjawab, Vanye malah mengajukan pertanyaan pada Dona.
"Tentu saja, boleh Nak. Silahkan, apa yang ingin kamu tanyakan." Dona begitu lembut membalas permintaan Vanye, dia memang sangat lembut sehingga Vanye merasa tak enak.
"Ma, apa Satria ada di rumah Mama?" tanyanya penuh keraguan, dia sempat menyuruh orang mencari Satria di apartemen, tapi sayangnya kekasihnya itu tak lagi di apartemen.
"Iya, dia ada di rumah Mama. Memangnya kenapa, Sayang? Apa dia tak memberikan kabar?" tanya Dona.
Vanye pun menggeleng. "Nggak ada kabar sama sekali, Ma. Semenjak hari lamaran kita, Satria seperti menghindar. Bahkan sekarang ponselnya tidak aktif lagi, Vanye takut Ma."
Akhirnya Vanye mengungkapkan rasa kekhawatirannya pada Dona, masa bodo lah jika dia dibilang manja, tapi kali ini Vanye benar-benar takut Satria menghilang.
"Takut kenapa, Sayang? Dia ada di rumah Mama kok, kalian kan memang sudah harus dipingit. Jadi sabar ya, sebentar lagi kalian bisa bertemu setiap hari," balas Dona sambil tersenyum.
Meski ucapan mertuanya benar, tapi tetap saja Vanye takut. Tak biasanya Satria seperti ini, tapi melihat Dona yang begitu yakin Satria baik-baik saja, membuat Vanye terpaksa tersenyum menanggapi ucapan Dona.
"Tapi, Satria nggak menghubungiku sama sekali Ma. Wajar kan kalau aku takut." Vanye menundukkan kepala, dia tak bisa menahan air matanya jadi Vanye terpaksa menghindari tatapan Dona.
"Mama paham, karena pernah mengalaminya. Tapi, kamu juga nggak bisa terlalu parno Sayang. Coba rileks, yakin jika semua akan baik-baik saja sampai hari H."
Bagaimana Vanye bisa rileks jika hubungannya dengan Satria terasa seperti permainan dan Vanye sangat takut Satria hanya main-main dengan pernikahan ini. Jika dugaannya benar, lebih baik dia hilang dari muka bumi.
"Sudah dong Sayang, jangan sedih terus. Lebih baik lanjut Fitting bajunya, nanti kalau sampai rumah Mama marahin Satria, karena cuekin kamu," kata Dona.
Meski malas malas melanjutkan fitting baju di saat mood nya lagi hancur, tapi Vanye tak bisa menolak permintaan calon mertuanya. Setelah selesai mengurus gaun pengantin, Dona pamit pulang.
Sedangkan Vanye masih terdiam di mobil. Tanpa henti dia menatap layar ponselnya, berharap Satria menghubunginya hingga tanpa sadar air mata mulai menetes membanjirnya pipinya.
"Kamu dimana, Sat?"
***
Vanye memasuki rumah dengan perasaan campur aduk, selama perjalanan dia hanya bisa menangis dan merasa ketakutan sendiri. Bahkan, nyawanya terasa melayang-layang entah kemana. Dunianya begitu gelap, seperti tak ada cahaya.
Tanpa sadar, sikapnya ini dilihat oleh orang tuanya yang tengah asik menikmati waktu santai. Beberapa kali juga Ratih memanggilnya, tapi Vanye tak menyahut sama sekali dan terus berjalan menaiki anak tangga.
"Vanye kenapa, Pa?" tanya Ratih mulai khawatir.
"Papa juga nggak tau, Ma. Coba kamu samperin dia, barangkali mau cerita masalahnya." Dimas menyuruh istrinya untuk menemui anaknya, karena berpikir mereka sama-sama wanita pasti akan paham.
"Papa benar, kalau begitu aku ke atas dulu ya. Kita tunda dulu rencana bikin dedeknya, kasian Vanye sepertinya dia memiliki beban berat," ujar Ratih.
"Iya, Ma. Bikin dedeknya nanti malam saja, sekarang lebih penting anak kita. Sudah sana, jangan sampai Vanye memiliki pikiran aneh-aneh."
Ratih mengangguk paham, dia segera menghampiri Vanye ke atas sedangkan Dimas memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Satria.
"Bagaimana? Apa dia masih ada?" tanya Dimas pada seorang dibalik telepon.
[Sudah pergi, Tuan. Dia membawa beberapa koper, serta pergi secara diam-diam.]
Dimas pun mengepalkan tangannya, dia saat ini ingin marah bahkan ingin membunuh seseorang. Firasat ternyata benar, Satria bukan orang baik dan hanya ingin memanfaatkan Vanye. Dimas tak terima, dia akan membuat perhitungan dengan mereka, tapi menunggu waktu yang tepat.
'Lihat saja kamu, Satria!'
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Emak : Duh, Van. Lupakan Satria, dia tuh seperti motor bagus luarnya saja pas di naikin nggak nyaman banget. 😕
Vanye : Terlanjur cinta maakk 😩😩
Emak : Cinta tak selamanya indah, Nak. Lupakan dia, nanti tak kasih yang baru dia lebih tampan dari Satria.
Rahasia : Ekhem! Daku merasa terpanggil. (penuh percaya diri)
Emak : Nah ini orangnya, ganteng kan. tunggu dia muncul ya nak, dia adalah jodohmu. 😝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
HARUSNYA DARI SATRIA SDH MULAI INGIN PACARAN MLENCENG. YAITU INGIN BRZINAH SBLM NIKAH, VANYA SDH HRS CURIGA JIKA SATRIA BKN LKI2 BAIK...
2023-12-23
0
Biduri Aura
siapa nie ya??? wah calon dewa penolongmu
2022-12-21
1
𝓐𝔂𝔂🖤
baguslah kalo Bang Sat pergi tapi.belum apa2in vanye...seenggak nya vanye gk rugi2 amat...😒😒
2022-12-11
5