Vanye menatap cermin dengan perasaan gugup. Dia sama sekali tak menyangka jika Satria akan melamarnya setelah dua hari mereka bertengkar, ada rasa bahagia tapi juga takut. Entah kenapa hatinya merasa akan ada sesuatu yang terjadi, namun Vanye berusaha berpikir positif.
"Ya ampun, Mbak Vanye cantik banget. Sampai pangling aku, Mbak masih lamaran saja seperti ini, apalagi saat menikah," kata MUA yang mendandani Vanye.
"Ah, Mbak bisa saja. Aku jadi malu, kan!" Vanye tersipu malu.
"Jangan terlalu memuji anakku, Mbak. Lihat tuh mukanya sudah merah banget, nanti dikira sedang flu sama keluarga pihak lelaki," ucap seorang lelaki dari balik pintu.
Seketika Vanye menoleh kebelakang, setelah mengetahui papanya lah yang berkata, Vanye langsung menggerutu. "Ish, Papa! Kebiasaan deh, godain aku!" serunya tak dapat menahan rasa malu, sampai Vanye menepuk-nepuk kedua pipinya.
"Kenapa di tepuk-tepuk, Sayang? Nanti riasanmu hilang, Satria nggak akan ngenalin kamu nantinya." Dimas mencegah tangan Vanye.
"Papa sih!" Vanye semakin cemberut di buat Dimas.
Sedangkan Dimas tertawa dan langsung memeluk erat putrinya. Matanya mulai berkaca-kaca merasa Vanye akan semakin jauh darinya, jika dia resmi menjadi istri Satria. Rasanya sangat berat, tapi Dimas harus rela melepas putrinya demi menjalani biduk rumah tangga.
"Kamu sudah besar sekarang, Van. Padahal baru kemarin kamu sekecil ini, sekarang sudah mau dilamar orang," ucapnya tak dapat menahan air mata.
"Ish, Papa jangan nangis dong. Nanti aku juga ikut nangis," ucap Vanye mulai meneteskan air mata.
Mereka pun saling berpelukan untuk saling menguatkan, sampai akhirnya salah satu keponakan Dimas memanggil mereka berdua karena rombongan Satria sudah datang.
Dengan perasaan campur aduk, Dimas menggandeng Vanye dan membawanya turun ke bawah. Acara lamaran pun berjalan sangat lancar, mulai dari pengajian, pengenalan keluarga sampai akhirnya tukar cincin. Semua orang terlihat bahagia, begitu juga Vanye, dia tak ada henti tersenyum sambil memandang cincin pertunangan mereka.
"Satria, terima kasih sudah melamarku. Aku janji akan menjadi istri yang baik untuk kamu, nanti" ucap Vanye sangat bahagia.
"Iya! Kelihatannya hari sudah semakin larut, aku harus pulang dan dirumah masih banyak pekerjaan," balas Satria sambil melepas tangan Vanye dari lengannya.
Kecewa? Itu pasti, apalagi ini hari bahagia, namun Satria begitu dingin dan tak memperlihatkan kebahagiaan sedikitpun. "Secepat itu?"
"Iya."
Sungguh hati Vanye terasa teriris saat ini, tanpa basa-basi Satria langsung meninggalkan dia sendiri di taman dan mengajak seluruh rombongan pulang. Meski mereka meminta waktu sedikit lagi, tapi Satria menolak sambil berkata jika dia akan pulang sendiri kalau orang tuanya masih mau tinggal.
Melihat itu, Dimas merasa ada yang tak beres dengan Satria. Namun, dia tak bisa asal tuduh dan harus mencari bukti. Dia tak mau asal melangkahkan, yang akhirnya nanti membuat anaknya terluka.
***
Vanye melamun di dalam kamar, sedari tadi dia menelpon Satria tapi lelaki itu tak kunjung mengangkat panggilannya. Hatinya begitu gelisah, takut jika Satria akan berubah pikiran. Di tambah mimik wajah tunangannya tadi, sangat tak berekspresi.
"Van, boleh Mama masuk?"
Vanye pun menaruh ponselnya di atas ranjang. Setelah itu dia tersenyum lembut ke arah Ratih, "Boleh, Ma. Sini duduk di samping Vanye," balasnya mempersilahkan Ratih masuk.
"Kamu sedang apa? Kenapa belum tidur, ini sudah jam sebelas loh," kata Ratih begitu lembut.
"Belum ngantuk, Ma." Bohongnya, padahal Vanye sedang menunggu kabar dari Satria.
"Oh ...."
"Iya, Ma." Vanye tersenyum kaku takut kebohongannya terbongkar. Keringat dingin mulai bercucuran, ketika mamanya terus menatapnya. Ingin sekali Vanye protes, tapi takut semakin membuat mamanya curiga.
"Van, kamu serius ingin menikah dengan Satria?" tanya Ratih tiba-tiba.
"Maksudnya, Ma? Kalau nggak serius, kenapa aku menerima lamaran dia," jawab Vanye langsung.
"Entahlah, Van. Mama merasa ada yang aneh, tapi ya sudahlah semoga itu hanya ketakutan Mama karena sebentar lagi kamu menikah," kata Ratih sekali langsung.
Vanye paham apa yang dirasakan Ratih, bagaimanapun juga dia anaknya pasti akan merasa waspada takut jika anaknya akan dipermainkan oleh lelaki.
"Ma, aku yakin Satria orang baik. Buktinya dia mau melamarku, jadi jangan khawatir lagi ya." Hibur Vanye.
"Iya, ya. Oh ya, sebentar lagi kamu menjadi istri se-seorang. Mama hanya ingin kamu hilangkan sifat manjamu, Nak. Jika sudah memiliki suami, semua harus bisa mandiri," ujar Ratih memberi wewejang pada Vanye.
"Jika suami minta kamu mengurus dapur, maka kamu harus mau. Layani suamimu sepenuh hati, jangan pernah membangkang, karena surga seorang istri ada pada suami."
Vanye menganggukkan kepala mendapat nasehat seperti itu. Dia juga sadar, jika belum bisa merubah sifat manjanya. Apalagi mengurus dapur, yang ada bisa kebakaran. Karena selalu gosong, saat memasak sesuatu. Namun, dia bertekad akan belajar semua demi menyenangkan Satria.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy Reading....
Selamat membaca, semoga kalian suka. 🍑
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
𝓐𝔂𝔂🖤
iya surga istri trletak pda suami....tpi suami yg kayak mana dulu....kalo suami nya duralim,,mana ada syurga..neraka iya mama😏😏
2022-12-11
6
Tiahsutiah
satria nama mu keren, tp kelakuan sangat buruk,,,😏
vanye cinta buta ke satria,,,,yg bikin dia jadi bodoh🤭 lanjut emak🤗
2022-11-05
0
mom's Arthan
satria gemblung... Vania kemakan cinta buta... wkwkk
2022-11-05
0