Suasana ribut terdengar sangat jelas di kediaman Dona, baru saja dia pulang dari butik tapi sudah mendapatkan kabar mengejutkan dari suaminya jika Satria kabur tanpa pamit dan hanya meninggalkan surat.
Seketika seluruh tubuh Dona menjadi lemas, dia jadi ingat ketakutan Vanye dan semua benar. Ada yang tidak beres dengan anaknya, sekarang dia bingung harus bicara seperti apa pada keluarga calon besannya.
"Pa, bagaimana ini? Calon besan kita pasti sangat marah, anak satu-satunya mereka di permainkan orang." Dona sangat pusing memikirkan masalah kedepannya.
"Aku juga bingung, Ma. Tapi kita juga nggak bisa diam saja, kita harus memberitahu keluarga Vanye. Barangkali mereka menemukan solusi, toh pernikahan masih dua hari lagi, ada waktu untuk mencari Satria," balas Doni.
"Keluarga Vanye keluarga terpandang, Pa. Mana mungkin mereka bisa bersikap tenang, yang ada kita digantung hidup-hidup." Dona semakin stres.
Lawannya kini bukan orang sembarangan, Dona yakin jika keluarga Vanye sudah mengetahui hal ini, tapi mereka ingin dia datang sendiri dan mengatakan semua secara langsung. Tapi, Dona terjadi sesuatu ketika jujur.
"Mau bagaimana lagi? Anak sialan itu sungguh menyusahkan, jika memang nggak mau menikah ngapain ngelamar anak orang!" Doni semakin geram dengan anak pertamanya.
Dia pikir, Satria benar-benar serius dan stop mencari wanita demi menopang perusahaannya setelah memutuskan melamar Vanye, tapi semua dugaan itu salah.
Doni sangat menyesal, telah mempercayai Satria sampai mengiyakan permintaannya untuk melamar Vanye. Sekarang, nasi sudah menjadi bubur dia hanya bisa menanggung semua perlakuan Satria.
"Bersiaplah, kita akan kesana sekarang. Lebih cepat lebih baik, daripada nanti menjadi bumerang bagi kita," titahnya.
Dona mengiyakan ucapan suaminya, setelah itu dia segera berkemas dan langsung berangkat ke rumah Vanye. Saat mereka sampai di sana, ada rasa maju mundur. Mereka begitu ketakutan, pikiran-pikiran buruk selalu menghantui mereka.
"Pa, Mama takut," lirih Dona.
"Sama, Ma. Tapi ... kita sudah sampai sini, maka ayo masuk." Doni pun menggandeng tangan istrinya. Mereka berdua masuk kedalam dan langsung disambut keluarga Vanye.
'Duh, tatapan matanya terlihat nggak enak sekali. Pasti mereka sudah tahu semua, matilah aku,' batin Doni ketakutan. Keringat dingin mulai bercucuran membanjiri seluruh tubuhnya.
"Ada perlu apa ini, sampai datang malam-malam? Apa ada masalah atau bagaimana?" tanya Dimas pura-pura tak tahu apa-apa. Padahal dalam hatinya, ingin sekali membunuh mereka.
"Emm ... kami datang ke sini untuk ... untuk ...." Dona sama sekali tak bisa berkata-kata dan bibirnya terasa keluh. Dia juga bingung mau mulai darimana, jika keadaannya sudah seperti ini.
"Biar Papa saja, Ma. Papa Yang akan menjelaskan pada mereka, lebih baik Mama dengarkan saja," ucap Doni ingin mengambil alih semua.
Dona mengangguk, dia membiarkan suaminya yang berbicara. Intinya Dia terima jadi, daripada salah bicara. "Baik, Pa."
"Sebelum saya bicara, saya ingin minta maaf sebesar-besarnya. Karena ulah anak saya, kalian jadi sakit hati nantinya. Sungguh ini di luar dugaan kami," ucap Doni sedikit berbelit-belit. Jujur saja, dia sendiri takut dan bingung mau mulai dari mana.
"Pa ... jangan buat Vanye bingung. Ada apa dengan Satria, apakah dia sakit?" Vanye mulai merasakan keanehan dari raut wajah mereka.
Jujur Vanye merasa ada yang aneh dengan kedatangan orang tua Satria. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan keluarga Satria, tapi Vanye mencoba menahan dan ingin mendengar langsung dari mulut mereka.
"Sebenarnya Satria kabur, Vanye. Dia hanya meninggalkan selembar surat dan berkata tak mau menikah denganmu. Satria juga membatalkan pernikahan kalian." Akhirnya Doni bisa mengatakan yang sejujurnya, meski kejujuran ini menyakiti banyak orang tapi itu lebih baik.
"A-apa, ini serius?" Vanye sampai terbata-bata. Dadanya seketika merasa sesak, air matanya pun juga semakin mengalir deras.
Vanye tak menyangka, lelaki yang sangat dia cintai tega meninggalkannya hanya dengan selembar surat, padahal pernikahan mereka akan dilangsungkan dua hari lagi.
"Van, maafkan Papa. Tapi, semua ini benar adanya. Satria pergi dari rumah dan hanya meninggalkan ini." Dino memberikan surat dari Satria pada Vanye.
Dia langsung mengambilnya dan membaca surat itu, seketika dia menjerit merasakan semua ini. Dadanya begitu sakit, sehingga Vanye harus menepuk keras dadanya agar bisa bernafas.
"Kalian tau kan konsekuensinya berurusan dengan keluarga Burrak? Tak ada ampun bagi orang yang berniat main-main, sekalipun kalian memohon!" seru Dimas masih terlihat tenang.
Diam, Doni hanya diam mendengar ucapan Dimas. Dia bukan orang bodoh, jadi Doni tau apa ending dari perbuatan Satria.
Brakk!
"Jawab!" bentak Dimas. "Kalian punya mulut, kenapa berlagak seperti orang bisu!" sambungnya. Emosi Dimas sudah tak dapat dibendung, dia murka dan ingin menghancurkan mereka semua.
Vanye adalah anak semata wayang-nya, tapi mereka mempermainkan anaknya dan jangan salahkan jika Dimas tak bisa mengontrol amarahnya ini.
"I-ya, kita tau konsekuensinya," jawabnya sangat tertekan.
"Maka siap-siap kalian menjadi gelandang. Semua aset kalian akan jatuh malam ini juga, penyaluran dana ke perusahaan Satria juga akan ku tarik. Seluruh keuangan kalian akan terblokir, inilah konsekuensi mempermainkan keluarga Burrak!"
Bagai disambar petir di malam hari itu yang mereka berdua rasakan, dalam sekejap semua musnah hanya karena Satria. Mereka ingin protes, tapi semua percuma jika sudah berurusan dengan Dimas.
"Terus pernikahannya bagaimana? Undangan sudah menyebar, apalagi persiapan seratus persen telah siap. Bagaimana dengan pandangan orang ... akkkhh!" Ratih langsung memegang erat dadanya ketika merasakan sakit luar biasa.
Untuk bernafas saja sangat sulit, setiap dia menarik nafas dadanya seperti tertusuk benda tajam sehingga membuat Ratih kesulitan bernafas.
"Ma, Mama kenapa?" Vanye panik melihat orang tuanya anfal.
"Sa-sakit!" serunya terus mencengkram punggung tangan Vanye.
Dimas juga tak kalah panik, dia mendekati istrinya dan berusaha memberikan arahan agar Ratih mengontrol emosi. Tapi, semua orang semakin heboh saat Ratih mulai tak sadarkan diri.
"Mama!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa tinggalkan komentar kalian 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
𝓐𝔂𝔂🖤
yahh...ngedubrak deh mama ratih...gara2 Bang Satt nih...bagus papa..kasih peljaran yg setimpal buat orang yg gk tau maluuu😏😏
2022-12-11
5
Winda
Yahh kismin dalam sekejap ,, lagian satria betingkH bgt🤭
2022-11-15
0
Tiahsutiah
semoga ibu nya vanye, baik baik aja
2022-11-15
0