Bab 18 - Saling Minta Maaf

"Lisa...." panggil Andre saat melihat Lisa keluar dari kelasnya.

Lisa pun menoleh ke belakang saat ada yang memanggil namanya. Dan terlihat di balik senyum sumringah gadis itu saat tau yang memanggilnya itu adalah si laki-laki yang selama ini di kagumnya.

Gadis itu pun berdiri sembari menunggu Andre yang menunggu ke arahnya. Saat laki-laki itu telah berada di depannya, laki-laki itu tersenyum dan menyentuh serta mengusap lembut pundak Lisa.

"Lisa, mau langsung pulang?" tanyanya kepada gadis itu.

Lisa pun segera mengangguk dengan cepat. "Iya kak, aku mau langsung pulang. Soalnya tidak ada pelajaran tambahan juga."

Andre hanya manggut-manggut saja mendengar ucapan Lisa. Dan membuat gadis di hadapannya itu mengernyitkan dahinya menatap ke arah Andre.

"Memangnya kenapa kak? Apakah ada sesuatu yang harus ku kerjakan di ruang OSIS?" tanya Lisa saat melihat Andre yang hanya menganggukkan kepalanya.

Dengan cepat Andre menggelengkan kepalanya. "Enggak kok! Aku hanya bertanya saja. Em, mau aku antarkan pulang?"

Brak!!!

Lisa menjatuhkan buku pelajaran yang di pegangnya saat mendengar perkataan Andre. Dia tidak salah dengar, kan? Laki-laki di hadapannya itu menawarkan dirinya pulang bersamanya? Betulkah itu? Atau pendengarannya sedang rusak, sehingga gadis itu salah dengar?

Lisa yang tersadar dari lamunannya segera menggelengkan kepalanya cepat dan segera mengambil buku-buku yang bergeletakan di lantai lorong sekolah. Saat sedang mengambil buku-bukunya, Andre malah turut membantu mengambilkan buku tersebut dan menyodorkannya kepada Lisa.

Lisa pun refleks menatap buku yang di sodorkan oleh Andre dan beralih menatap wajah laki-laki di depannya itu. Wajah mereka sangat dekat sehingga menimbulkan detak jantung yang sangat keras yang terdengar dari arah Lisa.

Otomatis gadis itu langsung mengambilnya dan segera berdiri untuk menghindari laki-laki di hadapannya itu agar tidak mendengar detak jantungnya yang berdegup cukup keras.

"Terimakasih." ucap Lisa dengan gugup. Ia pun segera membenarkan buku-bukunya agar tidak terjatuh lagi.

"Ayo Lisa!"

"Hah? Ayo apanya kak?"

Andre tersenyum kecil saat melihat tingkah gadis di hadapannya itu. Terlihat sangat menggemaskan dan rasanya laki-laki itu ingin mencubit pipi tembem Lisa. Namun, laki-laki itu tidak mungkin melakukanya.

"Mengantarkan kamu pulang." ucap Andre pelan sembari terus menunjukkan senyumannya pada gadis itu.

"Mengantarkan aku pulang?" tanya Lisa. Gadis itu ingin memastikan apakah benar pendengarannya tidak sedang rusak.

Andre pun menganggukkan kepalanya. "Iya, gak boleh ya? Atau sudah ada yang menjemput kamu?"

"Ah tidak! Tidak! Tidak ada yang menjemput ku kok kak." ucap Lisa dengan cepat. Sehingga membuat Andre lagi-lagi menyunggingkan senyumannya saat melihat tingkah gadis itu.

"Benarkah?" ucap Andre sembari menyipitkan matanya. Lisa mengangguk dengan cepat.

"Jadi aku boleh mengantarkan kamu pulang?" ucap Andre lagi.

"Iya boleh kak."

"Yaudah, yuk! Akan aku antarkan kamu pulang."

Lisa hanya mengangguk. "Iya."

Keduanya pun berjalan menuju ke arah parkiran sembari mencari letak motor yang di bawa oleh Andre. Laki-laki itu beberapa hari ini sengaja tidak membawa mobilnya, lantaran jalanan yang sangat macet di saat jam pulang sekolah.

"Naiklah!" ucap Andre saat sudah menaiki motornya, sembari memberikan helm kepada Lisa.

Lisa pun meraih helm tersebut, lalu memasangnya. Dan gadis itu pun langsung menaiki motor Andre.

Keduanya pun sudah keluar dari parkiran sekolah dan menghilang dari pandangan mata. Tanpa mereka sadari bahwa ada seseorang yang telah memandangi kepergian mereka dari balik dinding pembatas. Laki-laki itu nampak tersenyum getir saat melihat keduanya telah menghilang dari pandangannya.

Terdengar helaan nafas panjang yang keluar dari mulut laki-laki itu. Laki-laki itu pun melangkahkan kakinya menuju ke gerbang sekolah dengan memasang wajah tertunduk.

Andre dan Lisa pun akhirnya sampai di depan rumah gadis itu. Lisa turun dari motor Andre dan segera membuka helm yang melekat di kepalanya. Namun, gadis itu tidak dapat membukanya lantaran pengapit di helm tersebut terlalu keras.

Andre yang melihat Lisa kesusahan membuka helm miliknya, segera mematikan mesin motornya dan turun menghampiri Lisa.

"Sini biar aku bantu," ucap Andre saat berada di depan Lisa. Lisa pun hanya diam saja saat laki-laki di hadapannya itu membantunya membukakan helm yang di pakainya. Lisa pun dengan mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak saling bertatapan dengan Andre.

Kini detak jantung Lisa terdengar kembali sehingga laki-laki di hadapannya itu dapat mendengar debaran jantung Lisa. Andre sempat terhenti saat mendengar debaran jantung Lisa yang terdengar cukup kencang, membuat Andre menatap gadis di hadapannya itu.

"Lisa, detak jantung kamu sangat kencang sekali. Kamu gugup ya?" tanya Andre saat melihat Lisa dengan pandangannya yang menatap ke arah lain.

Mendengar perkataan laki-laki di hadapannya itu. Lisa segera memundurkan tubuhnya menjauh dari laki-laki itu, Gadis itu nampak mengusap tengkuk lehernya yang terlihat sekali bahwa gadis itu sedang gelisah. Benar saja Lisa tampak gelisah karena tidak tau harus berbuat apa atas pertanyaan yang di lontarkan Andre kepadanya.

Lisa pun memejamkan matanya, sembari memutar otak mencari jawaban yang pas untuk Andre.

"Em." Lisa nampak gelisah sembari kembali mengusap tengkuk lehernya.

Andre yang melihat sikap Lisa yang terlihat gelisah segera membalikkan badannya dan menaiki motornya. "Lisa, apakah helmnya sudah bisa di buka?"

Lisa yang sudah membuka matanya kembali melihat ke arah Andre yang sudah berada di atas motor. Dan menganggukkan kepalanya.

"Iya sudah kak. Ini helmnya." balas Lisa dengan cepat lalu mengembalikan helm tersebut kepada Andre yang berada di atas motornya itu. Andre pun meraih helm itu dan meletakkannya di setir sebelah kiri. Lalu, laki-laki itu menatap Lisa yang berdiri di sampingnya dengan gadis itu yang juga menatap ke arahnya.

"Terimakasih kak sudah mengantarkan aku sampai di depan rumah." ucap Lisa pada Andre.

Andre pun hanya tersenyum. "Iya sama-sama. Sekalian biar aku juga tau bahwa rumah kamu berada di sini."

Lisa pun hanya tersenyum kecil saat melihat laki-laki itu tersenyum lebar ke arahnya. Entah kenapa saat melihat senyuman laki-laki di depannya itu membuat Lisa terasa sangat nyaman.

"Yaudah, kalau begitu aku balik ya." pamit Andre.

Lisa pun mengangguk. "Iya kak. Hati-hati di jalan."

Andre pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu pun akhirnya melajukan motornya menjauh dari tempat Lisa berdiri. Lisa pun terus memandangi kepergian Andre yang sudah menghilang dari pandangannya. Ada rasanya senang di hatinya saat laki-laki itu mengantarkannya pulang. Namun, ada juga rasa takut jika laki-laki itu akan tahu tentang perasaannya. Karena detak jantungnya tadi yang sangat jelas terdengar di telinga laki-laki itu.

Lisa pun menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mengusap wajahnya dengan kasar. "Aduh Lisa. Kenapa kamu sangat bodoh! Bagaimana jika kak Andre berpikiran yang tidak-tidak dan mengetahui tentang perasaan ini?"

Saat berdebat dengan pikirannya, Lisa pun segera membuka pagar rumahnya dan menutup kembali pagar itu sebelum masuk ke dalam rumahnya.

Tommy nampak termenung di sebuah cafe dengan segelas jus jeruk yang berada di depannya sembari memainkan sedotannya. Nampak Devan yang berada di depannya tentu merasa heran dengan temannya itu.

Sejak bertemu dengannya di depan gerbang sekolah. Laki-laki itu memang sudah terlihat termenung sembari melangkahkan kakinya meninggalkan sekolah. Devan pun segera merangkul pundak sang sahabat dan mengajaknya ke cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolahnya.

Dan di sinilah mereka berdua, duduk berhadapan namun laki-laki di depannya itu masih dengan wajah di tekuk. Membuat Devan yang melihatnya memutar bola matanya jengah.

"Tommy...." panggil Devan pada sang sahabat.

Yang di panggil namanya pun hanya meliriknya dengan lirikan mata tak bersemangat. "Em."

"Kamu kenapa sih? Sejak aku melihat mu tadi, kau nampak termenung sambil jalan. Ada masalah kah?" tanya Devan sembari menatap Tommy.

Tommy pun hanya menggelengkan kepalanya. "Tidak ada."

"Apa karena soal di gudang tadi?" tanya Devan kembali menembak.

Tommy melihat ke arah Devan dengan pandangan heran. "Maksud kamu?"

"Iya, tentang apa yang ku bilang tadi di gudang. Soal masalah Lisa." ucap Devan.

"Tommy, maafkan atas perkataan aku tadi ya, aku hanya terbawa emosi. Sehingga aku lupa siapa kita." ucap Devan dengan nada sedikit pelan. Ada rasa penyesalan di wajah sahabatnya itu.

Tommy pun menghela nafasnya pelan sebelum kembali menatap sahabatnya itu. Di raihnya tangan Devan yang berada di atas meja dengan segelas kopi di sampingnya. Ditepuknya tangan sahabatnya itu pelan. "Kamu tidak perlu meminta maaf Devan. Karena tadi tidak hanya kamu yang terbawa emosi, aku juga terbawa emosi sehingga menimbulkan kita perdebatan diantara kita. Aku juga meminta maaf karena keras kepala ku tadi."

Devan tersenyum kecil saat melihat sahabatnya yang dingin itu akhirnya mengucapkan kata dengan sangat panjang kepadanya. Tentu hal itu membuat Devan senang. Karena sejak kecil mengenal Tommy, laki-laki itu tak pernah mengeluarkan kata-kata sepanjang tadi kepadanya.

Di balasnya tangan Tommy dengan tepukan pelan yang berada di atas tangannya. "Intinya kita sekarang sama-sama impas ya."

Tommy pun menganggukkan kepalanya dengan senyuman kecil yang terukir di bibirnya. Devan pun tahu senyuman kecil itu nampak samar di penglihatannya. Namun, Devan cukup senang dengan perubahan Tommy yang sedikit mulai berubah. Meskipun keras kepalanya masih belum hilang.

"Sudah ah ngebahas soal ini. Lebih baik kita cepat-cepat menghabiskan minuman ini! Karena aku pengen segera pulang ke rumah karena Bella sudah mengirimkan ku pesan agar cepat pulang." ucap Tommy melerai tangan keduanya yang masih menempel satu sama lain.

"Memangnya Bella sendiri di rumah?" tanya Devan sembari menyeruput kopinya.

Tommy mengangguk. "Iya."

"Emangnya Papa sama mama kamu keluar kota lagi?" tanya Devan sembari merapikan tasnya yang sempat terbuka karena ia lupa menutupnya.

"Mungkin." balas Tommy singkat. Laki-laki itu kembali teringat peristiwa kemarin saat ia bertengkar dengan sang mama.

.

.

.

...Terimakasih atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!