Devan yang sedang mencari Tommy mengelilingi di setiap sudut lorong sekolah, namun laki-laki itu belum menemukan sosok yang di carinya itu. Sehingga sampai di sebuah gudang dekat belakang sekolahnya, laki-laki melihat sosok yang di carinya sedang duduk di depan pintu gudang tersebut.
Devan pun yang akhirnya menemukan sang sahabat hanya menggelengkan kepalanya. Ia pun menghampiri Tommy dan duduk di dekatnya sembari menepuk pundak Tommy.
Tommy pun mendongakkan kepalanya dan menoleh menatap Devan yang ada di sampingnya itu. Lalu, kembali menundukkan kepalanya menatap ke arah tanah.
"Andre cuma bersikap baik saja pada Lisa karena gadis itu kan baru di OSIS, jadi Andre hanya ingin Lisa nyaman saat berada di OSIS." ucap Devan saat laki-laki itu melirik ke arah Tommy yang menundukkan kepalanya.
Tommy yang mendengar perkataan Devan, kembali menolehkan kepalanya ke arah Devan yang pandangannya menatap lurus ke depan. Tommy mengernyitkan keningnya bingung atas perkataan Devan barusan.
"Terus apa hubungannya dengan ku atas perkataan kamu barusan?" tanya Tommy.
Devan tersenyum kecil. Laki-laki itu terlihat menggelengkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Tommy. Devan pun mencoba menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara pelan.
"Kamu suka kan sama Lisa? Makanya kamu terlihat sangat kesal saat kebersamaan Andre dengannya." ucap Devan to the poin. Devan melihat reaksi Tommy yang hanya diam menatapnya.
"Benarkan, kamu suka sama Lisa?" tanya Devan kembali.
"Ngaco!" ujar Tommy sembari bangkit dari tempatnya. Laki-laki itu hendak melangkahkan kakinya meninggalkan Devan yang masih terduduk menatap kepergian nya. Namun, langkah itu harus terhenti saat suara Devan terdengar kembali.
"Aku menyukai Lisa." ujar Devan menatap ke arah Tommy yang sudah menghentikan langkahnya yang ingin pergi meninggalkannya. Tommy pun terdiam di tempatnya tanpa menolehkan kepalanya ke arah Devan yang berada di belakangnya.
"Terus! Kenapa kamu mengatakannya pada ku?" tanya Tommy tanpa mengalihkan pandangannya ke arah depan. Entah kenapa hatinya terasa sakit saat mendengar penuturan Devan yang juga menyukai Lisa.
'Sejak kapan dia menyukai Lisa?' batin Tommy.
"Jangan kamu kira, aku tidak tau tentang gimana reaksi kamu saat melihat Andre dan Lisa. Tidak hanya sekali aku menangkap kamu diam-diam tersenyum memandanginya. Apalagi saat melihat kamu tiba-tiba memasang wajah kesal seperti yang kamu tunjukkan tadi. Itu menunjukkan dengan sangat jelas kalau kamu menyukai Lisa." ucap Devan panjang lebar.
"Tommy! Aku tahu kamu menyukai Lisa. Aku tahu kamu memiliki perasaan padanya jauh sebelum aku. Jadi, aku sarankan kepadamu! Kau harus mengatakan perihal perasaanmu kepadanya. Jangan hanya menghindar atau berdebat mencari kesalahannya. Tapi jujurlah tentang perasaanmu padanya, sebelum kamu menyesal nantinya!" sambungnya lagi sembari menepuk pelan pundak Tommy.
"Kamu bicara apa sih Van? Yang suka sama dia siapa?"
Devan yang berada tepat di sampingnya kembali geleng-geleng kepala. Laki-laki itu tidak habis pikir dengan sikap sang sahabat yang tidak mengakui tentang perasaannya. Tidak hanya memiliki sikap dingin, rupanya sahabatnya itu juga memiliki sifat keras kepala.
"Yasudah! Jika kamu masih dengan keras kepalamu itu. Tapi perlu kamu ingat Tom! Jangan salahkan siapapun jika nantinya Lisa menemukan cintanya pada orang lain. Aku bahkan rela, melepaskan perasaan ku pada Lisa jika kamu memang menyukainya. Karena aku percaya kamu dapat membahagiakan nya. Tapi rupanya aku salah!" Devan pun pergi meninggalkan Tommy setelah mengucapkan perkataannya.
Tommy yang terdiam di tempatnya hanya menatap kepergian sang sahabat yang sudah menghilang di balik lorong sekolah. Laki-laki itu mengepalkan tangannya sembari menutup mata.
Devan pun sudah kembali ke dalam ruangan OSIS. Di sana Devan melihat Andre dan Lisa sedang berbincang dengan tawa yang tersungging di bibir keduanya. Laki-laki itu hanya tersenyum getir di balik wajahnya yang tertunduk. Sebenarnya ia juga merasakan ulu hatinya seperti ter-cubit melihat keakraban keduanya. Namun, laki-laki itu masih mampu menutupi perasaannya dan bersikap biasa saja di depan mereka.
Devan pun sudah duduk di meja tempatnya berhadapan dengan Andre dan Lisa. Keduanya pun menatap ke arahnya.
"Gimana Van. Kamu sudah ketemu sama Tommy?" tanya Andre saat melihat laki-laki itu sudah duduk.
Devan pun mengangguk sambil menatap keduanya secara bergantian. "Iya, dia hanya ingin mencari udara segar katanya."
Andre dan Lisa hanya menganggukkan kepalanya percaya dengan ucapan laki-laki di depannya itu. Devan tersenyum kecil di balik wajahnya yang menatap ke arah bawah, memandangi tangannya yang terlihat meremas kedua pahanya.
Sedangkan di gudang sekolah. Tommy nampak masih berdiri di tempatnya tanpa berniat melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Laki-laki itu mendongakkan kepalanya menghadap langit-langit yang terlihat cerah di siang itu. Namun tidak dengan hatinya.
Laki-laki itu terlihat menggelengkan kepalanya saat mengingat perkataan Devan beberapa saat lalu. Tapi jika dia memilih untuk mengikuti ucapan Devan agar mengakui perasaannya pada gadis itu. Bukankah hal itu sama saja akan membuat hati Devan terluka? Tentu saja Tommy tidak menginginkan hal itu terjadi, dirinya tidak ingin persahabatannya menjadi rusak.
Andre? Lalu bagaimana dengan Andre? Tentu saja Tommy tahu bahwa laki-laki yang menjadi sahabat kecilnya itu juga memiliki perasaan pada Lisa.
Laki-laki itu memang sangat terbuka dan baik kepada semua orang. Namun, kebaikan yang di tujukan sang sahabat kepada Lisa. Itu sangatlah berbeda pada gadis itu.
"Yasudah! Jika kamu masih dengan keras kepalamu itu. Tapi perlu kamu ingat Tom! Jangan salahkan siapapun jika nantinya Lisa menemukan cintanya pada orang lain. Aku bahkan rela, melepaskan perasaan ku pada Lisa jika kamu memang menyukainya. Karena aku percaya kamu dapat membahagiakan nya. Tapi rupanya aku salah!"
Ucapan Devan terus muncul di kepalanya, Sehingga membuat kepala laki-laki itu terasa berat dan berdenyut-denyut.
"Kenapa aku harus berada dalam situasi seperti ini?" ucap Tommy saat dirinya telah terduduk di rerumputan tanah dekat gudang.
"Kenapa? Kenapa?" lirihnya. laki-laki itu menangkupkan kedua tangannya menutupi wajahnya yang terlihat gusar.
"Devan, kenapa kamu hanya diam saja?" tanya Andre saat melihat sahabatnya hanya diam saja sembari menatap ke arah luar jendela sejak tadi. Entah apa yang ada dipikirkan oleh sang sahabat.
Mendengar Andre memanggilnya. Devan memalingkan pandangannya yang menatap ke arah luar ke arah Andre. Ia pun hanya menggelengkan kepalanya. "Aku enggak apa-apa kok."
"Kamu yakin? Atau kamu butuh istirahat?" tanya Andre lagi saat melihat laki-laki di depannya itu hanya menampilkan senyuman kecil ke arahnya. Membuat Andre mengkhawatirkannya.
Lagi-lagi Devan hanya menggelengkan kepalanya dan sesekali pandangannya mengarah pada gadis di hadapannya itu. Lisa yang juga melihat ke arahnya pun bersuara.
"Kak Devan istirahat saja! Biar aku yang akan menyelesaikan tugasnya kakak." ujar Lisa pada Devan.
Devan nampak tersenyum getir saat melihat gadis itu. "Kalian pada kenapa sih, pada menyuruhku buat istirahat! Aku kan gak sakit. Aku baik-baik saja kok."
"Benar ya. Awas aja kalau nanti minta istirahat, gak bakal aku ijinkan!" ucap Andre sembari menunjuk ke arah Devan dengan telunjuknya.
Devan menyingkirkan tangan Andre dari hadapannya. "Iya, tenang aja! Aku gak akan minta istirahat sebelum tugas-tugas ku selesai."
Saat mereka sedang asyik mengobrol. Muncullah Tommy dari balik pintu. Dan tatapan ketiganya pun secara bersamaan menatap ke arah Tommy yang sudah duduk di sampingnya Devan. Andre yang melihat Tommy duduk di samping Devan tanpa menoleh ke arah ketiganya merasa ada yang aneh dengan kedua temannya itu.
Sejak keduanya kembali dari luar, mereka terlihat sangat berbeda dengan pandangan keduanya sama-sama tidak saling bertatapan.
"Mereka kenapa ya, apa telah terjadi sesuatu saat mereka berada di luar tadi?" gumam Andre dalam hati saat melihat kedua temannya yang saling menunduk.
.
.
.
...**Terimakasih atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. ...
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments