Dan di sinilah mereka. Mereka berdua sedang duduk bersama di sebuah taman yang tidak jauh dari tempat mereka bertemu sebelumnya.
Keduanya nampak terdiam satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Perasaan keduanya menjadi canggung, karena ini kali pertama bagi keduanya saling bertemu di tempat terbuka. Biasanya mereka hanya bertemu di sekolah di ruang OSIS, itu pun keduanya saling berdebat.
Lisa nampak melirik ke arah laki-laki di sampingnya yang sedang menghembuskan nafasnya kasar. Lisa dapat melihat raut wajah laki-laki itu nampak terlihat sendu.
"Apakah dia ada masalah? Kenapa wajahnya terlihat sendu?" gumam Lisa dalam hati.
"Em, oh iya, kakak mau menemani aku gak, memberikan ini pada kucing-kucing yang ada di sana?" ucap Lisa memecahkan keheningan bagi keduanya, sembari menunjuk ke arah kucing yang sedang asyik makan.
Tommy pun mengikuti arah tangan Lisa yang menunjuk ke salah satu kucing yang tidak jauh dari keduanya duduk. Lalu, beralih menatap Lisa yang terlihat menyunggingkan senyumannya ke arah kucing tersebut.
Lisa pun kembali menatap ke arah kakak seniornya yang juga menatapnya. Karena belum ada jawaban dari laki-laki itu, Lisa pun segera menarik lengan Tommy. "Ayo kak, kita ke sana!"
Lisa pun menarik lengan Tommy melangkah menuju ke arah dimana kucing tersebut berada. Dan Tommy pun nampak tidak menolak ajakan Lisa. Laki-laki itu malah terus menatap lengannya yang masih di pegang oleh Lisa.
Keduanya pun berjongkok kala tiba di tempat kucing itu berada. Lisa melepaskan genggamannya dari lengan Tommy dan mengambil plastik yang sedari tadi ia pegang di tangan kirinya.
"Makanlah, yang banyak supaya kau bisa dapat tumbuh menjadi kucing yang sehat." ucap Lisa saat ia telah memberikan makanan itu pada kucing yang baru ditemuinya itu.
"Kakak gak mau mencoba memberikan kucing ini makanan?" ucap Lisa saat laki-laki itu nampak diam di sampingnya.
Tommy melihat ke arah plastik yang di sodorkan oleh Lisa ke arahnya. Terlihat Lisa menganggukkan kepalanya menandakan bahwa laki-laki itu harus mencobanya. Tommy pun mengambil plastik tersebut dan memberikannya pada kucing itu sedikit demi sedikit.
Keduanya nampak menyunggingkan senyuman sehingga membuat keduanya nampak tidak canggung lagi seperti sebelumnya. Hingga tidak terasa waktu telah menjelma menjadi sore, keduanya pun nampak sedang berjalan menuju ke arah halte.
Tommy yang tampak lebih banyak diam, membuat Lisa melirik kembali ke arah laki-laki itu. Sebenarnya gadis itu heran melihat sosok kulkas yang menjelma sebagai manusia di sampingnya itu.
"Ternyata ada juga orang yang seperti itu di dunia ini. Apakah dia tidak bosan, hanya diam saja?" batin Lisa yang terus melihat kearah Tommy. Sehingga tatapannya di sadari oleh laki-laki itu.
"Kenapa terus menatapku? Apakah aku terlihat tampan?" ucap laki-laki itu tiba-tiba. Membuat Lisa yang menatapnya sedari tadi segera kembali pada pandangannya ke depan.
"Siapa juga yang menatapmu?" ucap Lisa dengan sedikit gugup.
Tommy pun hanya menoleh sekilas pada gadis itu, lalu kembali menatap jalanan yang nampak banyak kendaraan yang berlalu-lalang di depannya. Hingga bus yang mereka tunggu pun datang.
Keduanya pun naik dan duduk bersama di pojok kanan belakang. Kecanggungan pun mulai terasa kembali diantara mereka. Sehingga Lisa bersuara.
"Kamu sedang apa berada di daerah sini?" tanya Lisa kembali memecahkan keheningan yang terjadi di keduanya.
"Aku senior mu di sekolah. Jadi berlaku sopan lah pada yang lebih tua!" kata Tommy tanpa mengalihkan pandangannya yang menatap jalanan lewat jendela bus.
Lisa nampak memutar bola matanya jengah pada laki-laki itu. Ia pun memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya secara pelan untuk mengurangi emosinya.
"Iya maaf! Tapi kalau boleh tau kakak sedang apa disini? Mencari sesuatu kah?" tanyanya lagi dengan nada yang sedikit pelan.
"Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku ada di sini?" ucap laki-laki itu. Lisa yang berada di sampingnya menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya.
Lisa dapat menangkap bahwa laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja. Namun, laki-laki itu menutupinya dengan wajah dinginnya. Mungkin laki-laki itu pandai menutupi masalahnya dengan sikapnya yang dingin. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Lisa, justru gadis itu tau bahwa kakak kelas itu menyimpan banyak masalah di pikirannya.
"Kak...." panggil Lisa.
Tommy yang mendengar panggilan itu, segera menoleh ke arah Lisa dan melihat gadis di sampingnya itu. "Apa?"
"Tentang di sekolah."
"Kenapa dengan sekolah?"
"Itu, itu...,"
"Itu apa?" tanya Tommy mulai menyipitkan matanya karena penasaran dengan ucapan gadis itu yang setengah-setengah dalam berbicara.
Lisa pun nampak menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan-lahan. Di tatapnya mata kakak kelasnya itu. Sembari mendekatkan wajahnya ke wajah laki-laki itu.
Tentu saja hal itu membuat Tommy membelalakkan matanya dan segera menjauhkan wajahnya ke belakang hingga membentur jendela bus.
Deg~
"A-apa yang kamu lakukan?" ucap Tommy sembari memegang kedua pundak Lisa yang terus mendekatkan dirinya kepadanya.
"Hahahahaha."
Tommy yang tampak gugup dengan sikap Lisa membulatkan matanya saat gadis itu tertawa sembari menahan perutnya dengan kedua tangannya. Itu saja itu membuat laki-laki itu nampak bingung.
"Aduh, sakit perutku!" ucapnya sembari terus memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
"Gak waras!" ucap Tommy sembari memposisikan dirinya kembali ke posisi semula. Merapikan bajunya yang terlihat kusut dan kembali menatap ke arah keluar membiarkan gadis itu terus tertawa tanpa ia sendiri tidak tahu kenapa gadis itu tertawa. Apakah ada yang lucu?
"Kak Tommy." terdengar kembali suara Lisa memanggil namanya. Namun, kali ini panggilan tersebut tidak di gubris oleh laki-laki itu.
"Kak Tommy."
"Kak Tommy."
Lisa terus memanggil namanya tapi belum ada jawaban dari pemilik nama itu. Hingga terdengar kembali Lisa berucap. "Maaf kak, jika barusan membuatmu jadi marah."
Mendengar perkataan gadis itu. Tentu saja membuat Tommy tidak bisa menahannya, laki-laki itu memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap ke arah Lisa dengan tatapan matanya yang sedikit menyipitkan.
"Cepat katakan, apa yang ingin kau sampaikan kepada ku!" ucapnya dengan tegas ke arah Lisa yang juga menatap ke arahnya.
"Bisakah, kak Tommy bersikap ramah kepadaku saat di sekolah?" kata Lisa dengan menundukkan kepalanya sembari memainkan jemari tangannya.
"Kita jadi berdebat tak karuan hanya karena aku masuk ke dalam OSIS. Aku tidak tahu letak kesalahanku dimana sehingga membuat kakak jadi membenciku."
"Tapi setidaknya, aku mohon, tolong bersikaplah seperti kak Andre dan kak Devan. Tolong jangan bersikap acuh atau mengundang pertengkaran diantara kita."
"Apakah kak Tommy sebegitu bencinya ya sama aku?" sambungnya lagi dengan nada pelan namun dapat di dengar oleh lawan bicaranya.
"Aku tidak membencimu." ucap Tommy yang sekarang telah beralih menatap ke arah luar.
"Aku hanya tidak menyukaimu," ucapnya lagi dan membuat Lisa yang mendengarnya menundukkan wajahnya.
Lisa pun sudah tidak bersuara lagi. Dan membuat keduanya saling diam satu sama lain. Hingga bus pun berhenti di tempat pemberhentian.
Lisa pun turun karena telah sampai di tempat tujuannya. Tanpa menyadari bahwa laki-laki yang berada di sampingnya tadi ikutan turun mengikutinya. Sontak membuat Lisa kaget saat menyadari kakak kelas itu mengikutinya dari belakang.
"Kakak kenapa mengikuti ku?" tanya Lisa saat dirinya membalikkan badannya melihat kearah Tommy yang berada di belakangnya.
Laki-laki itu nampak diam tak menjawab pertanyaan Lisa. Membuat Lisa kembali melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Saat sampai di tempat tujuannya, Lisa pun kembali menoleh dan mendapati laki-laki itu masih mengikutinya.
"Kakak kenapa terus mengikuti ku, hah?" ucapnya mulai kesal.
Tommy yang tetap diam di atas pertanyaan Lisa. menolehkan kepalanya mencari sosok dua laki-laki yang bersembunyi di balik dinding pembatas jalan. Menyadari persembunyiannya diketahui oleh Tommy kedua laki-laki pun pergi meninggalkan keduanya.
Tommy tau saat turunnya gadis itu di bus tadi, terlihat dia orang yang tidak dikenalnya sedang mengikuti gadis itu. Nampak laki-laki itu sangat mencurigakan di mata Tommy, akhirnya pemuda itu pun ikutan turun dan mengikuti Lisa di belakangnya.
Setelah melihat kedua orang tersebut telah pergi. Tommy pun melihat kearah Lisa yang ternyata gadis di hadapannya itu terlihat bingung dengan arah pandangnya tadi.
"Aku hanya memastikan saja bahwa kau sampai di tempat tujuan." ucapnya dengan wajah datarnya.
"Kalau begitu, aku pergi," ucapnya lagi dan hendak pergi meninggalkan Lisa yang menatapnya.
"Tunggu!" ucap Lisa dan membuat langkah Tommy terhenti, laki-laki itu memalingkan wajahnya menatap ke belakang.
"Apa?" tanyanya dengan nada dingin seperti es.
"Terimakasih sudah mengantarkan ku sampai di sini." ucap Lisa sembari tersenyum kecil ke arah Tommy.
Tommy yang melihat senyuman Lisa hanya memandangnya tanpa membalas senyuman tersebut. Ia pun pergi meninggalkan Lisa yang menatapnya dengan wajah yang terlihat masam.
"Benar-benar ya cowok itu! Dasar kulkas!" ucap Lisa dengan kesal sembari menghentakkan kakinya. Lalu ia pun masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan kesalnya.
.
.
.
...**Terimakasih atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. ...
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments