"Baik, karena diskusi kita mengenai Lisa yang menjadi anggota tamu telah selesai. Bagaimana kalau kita pergi ke kantin saja?" ajak Andre saat dirinya telah memasuki ruang OSIS setelah mengantarkan sang guru dan merapikan buku-bukunya ke tempat penyimpanan.
"Apakah kau akan mentraktir kami?" sahut Devan dengan cepat. Laki-laki itu menampakkan wajah bersemangatnya sembari memainkan kedua alisnya.
Andre yang melihat ke arah Devan hanya menunjukkan senyuman lalu mengangguk. "Iya aku yang traktir. Apa kau senang sekarang?"
"Tentu saja aku sangat senang sahabat ku," ucap Devan sembari menghampiri Andre yang sedang berdiri di samping Lisa. Memeluk laki-laki itu dengan erat ke pelukannya sambil berkata kembali, "Aku mencintaimu sini biar aku cium."
"Aish." Tommy menatap keduanya jengah. Ia menggelengkan kepalanya sembari menutup buku yang ia baca, lalu berdiri untuk menyusul Devan yang telah melesat keluar lebih dulu setelah memeluk Andre.
"Lisa. Apakah kau ingin ke kantin bersama kami?" Andre bertanya kepada Lisa yang masih di tempat duduknya. Sehingga Tommy yang berdiri hendak pergi menghentikan langkahnya saat mendengar suara Andre yang bertanya kepada gadis itu. Lalu Tommy pun melihat ke arah gadis itu. Apakah laki-laki itu berharap Lisa ikut bersama dengan mereka?
"Sepertinya tidak. Lain kali saja ya kak, karena sekarang aku juga harus kembali ke kelas. Terimakasih kak sudah membantuku untuk hari dan atas ajakan, tapi maaf aku tidak bisa karena aku harus ke kelas." tolak lisa dengan lembut saat Andre mengajaknya ke kantin.
Sebenarnya ia ingin ikut bergabung bersama mereka. Namun, ia mengurungkan niatnya saat melihat tatapan gadis di sampingnya itu. Ia pun terpaksa tidak ikut karena tidak nyaman akan gadis itu. Yah gadis itu yang tidak lain adalah Shinta.
Tommy mendengar Lisa menolak ajakan Andre untuk bergabung merasa sedikit tidak bersemangat. Ada rasa kecewa di hatinya. Kenapa? Entahlah. Ia pun segera pergi dari ruang tersebut menyusul Devan yang mungkin telah sampai di kantin.
"Ah, benarkah?" ucap Andre yang di angguki oleh Lisa. Entah mengapa laki-laki itu juga merasa tidak bersemangat saat Lisa menolaknya untuk bergabung bersama mereka. Tapi laki-laki itu juga tidak bisa memaksakan gadis itu untuk pergi bersamanya.
"Andre sebaiknya kita pergi sekarang sebelum bel masuk." Shinta meraih tangan Andre dan menyeretnya keluar ruangan meninggalkan Lisa yang menatapnya. Lisa pun hanya tersenyum kecut sembari menunduk saat tangan gadis itu menyeret tangan laki-laki itu. Ada perasaan tidak suka pada diri Lisa melihat pemandangan itu.
****
Pulang sekolah pun tiba. Semua orang yang berada di kelas masing-masing pun berhamburan keluar. Ada yang sedang bersantai di kelas tersebut sembari menunggu kelas itu sepi, ada yang langsung berlari menuju gerbang sekolah untuk menghampiri sopir yang menjemput mereka. Dan ada juga yang langsung hampir ke kantin karena ingin mengisi perutnya lapar. Dan berbagai macam lainnya orang-orang menuju ke tempatnya masing-masing.
Tommy memasuki kamarnya saat dirinya telah tiba di rumah. Ia meletakkan tas miliknya pada tempatnya, lalu seperti biasa ia akan merebahkan tubuhnya pada kasur empuknya untuk beberapa saat, menghilangkan rasa lelahnya saat seharian bergelut dengan mata pelajaran di sekolah.
Setelah di rasa lelahnya berkurang. Ia bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju pintu berniat untuk mengambil air minum. Saat dirinya sampai di dapur, ia pun segera mengambil air dari dalam kulkas dan meneguknya.
"Hm, enak ya setelah pulang sekolah langsung menuju kamar dan tidak melakukan apa-apa." ucap seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba telah berdiri di meja makan dekat dapur. Menatap tajam ke arah laki-laki yang sedang menikmati air minumnya.
Tommy yang mengetahui pemilik suara itu, hanya menarik nafasnya pelan. Lalu saat dirinya hendak pergi dari tempat itu langkahnya terhenti saat perkataan wanita itu yang tidak lain adalah mamanya kembali berucap. "Dasar! Anak tidak berguna!"
"BERHENTI MEMANGGILKU SEPERTI ITU! BERHENTILAH MEMANGGILKU ANAK YANG TIDAK BERGUNA!" Teriak Tommy pada wanita di hadapannya itu. Yang membuat sang mama kaget atas teriakan Tommy.
Laki-laki itu pun sudah tidak tahan atas perlakuan mamanya yang tidak pernah menganggap kehadirannya. Ia pun mengepalkan tangannya sembari menatap wajah sang mama yang telah menatapnya dengan tatapan terkejut.
"Aku sudah melakukan apa yang anda suruh ataupun yang anda mau selama ini, aku sudah melakukannya. Tetapi kenapa?" ucapan laki-laki itu tertahan bersama matanya yang mulai berkaca-kaca menahan air mata yang sudah siap mengalir kapan saja.
"Tetapi mengapa anda masih tetap memanggil ku orang yang tidak berguna? Tolong! Tolong jangan katakan kata-kata tidak berguna itu padaku! Apakah aku sebegitu tidak diinginkannya oleh kalian? Apakah aku sebegitu menjijikkannya untuk kalian, sampai kalian tidak pernah menganggap ku?"
"Aku sudah tidak tahu harus berbuat apalagi agar anda tidak mengatakan kata-kata 'tidak berguna' itu padaku! Apakah anda bisa melihat mata ini tampak ingin meneruskan hidup?" ucap Tommy dengan nafas yang memburu sembari menunjuk matanya dengan telunjuknya ke hadapan wanita itu.
"Mata ini bahkan tidak ingin meneruskan hidupnya." ucapnya kembali. namun, di kalimatnya yang terakhir ia mengatakannya dengan lirih. Laki-laki itu sudah tidak tau apa yang harus ia buktikan kepada wanita di hadapannya yang merupakan orang tuanya sendiri. Orang yang selama ini telah melahirkannya ke dunia.
Setelah mengatakan kata-kata yang selama ini terpendam di hatinya. Laki-laki itu membalikkan badannya karena air matanya yang ia tahan sedari tadi telah meluncur begitu saja, ia pun menghapusnya segera agar tidak terlihat oleh wanita di belakangnya. Ia pun segera pergi meninggalkan wanita itu yang masih berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sedangkan seseorang yang tengah berdiri di anak tangga, meratapi kepergian sang kakak yang melangkah pergi menuju pintu utama dengan pakaian seragam yang belum di gantinya.
'Kakak. Maafkan Bella,' batin gadis itu. Seseorang yang berada di tangga tersebut adalah Bella sang adik. Ia meneteskan air matanya tidak sanggup melihat sang kakak diperlakukan tidak adil dalam keluarganya. Bella melirik ke arah sang mama yang telah melangkah pergi.
"Aku merindukan kalian yang dulu," gumamnya kembali sembari menundukkan kepalanya sembari mengeratkan genggaman kedua tangannya.
Tommy melangkah kakinya menjauh dari rumah yang selama menjadi tempat berteduh nya. Tempat yang menjadi tambatan hatinya untuk pulang. Namun, keberadaannya tidak pernah dianggap oleh sang pemilik rumah yang tidak lain adalah orang tuanya sendiri.
Ia terus melangkah menelusuri jalanan yang cukup sepi pengendara. Mungkin karena hari ini masih sore atau apapun itu, laki-laki itu tidak mempedulikannya. Ia hanya ingin terus berjalan menjauhi pikirannya yang terus berkecamuk di kepalanya.
Sehingga pandangannya teralihkan pada satu gadis yang sedang berdiri tidak terlalu jauh dari hadapannya. Tommy nampak memiringkan kepalanya melihat sosok gadis itu, gadis itu nampak familiar dengannya.
"Kak Tommy?" ucap gadis itu saat ia sudah bangkit dari tempat dan membalikkan badannya. Tommy melihat ke arahnya yang sedang memegang makanan kucing yang ada di tangan gadis itu. Lalu, beberapa saat terlihat kucing itu muncul di balik gadis itu.
"Kakak sedang apa di sini?" tanyanya gadis itu kembali saat melihat ke arah Tommy sang kakak kelasnya. Gadis itu adalah Lisa yang sedang memberikan makanan untuk kucing jalanan yang di temui nya saat pulang sekolah.
.
.
.
...**Terimakasih atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. ...
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments