Keesokan harinya..
Tommy bergegas menuju tempat meja makan. Dan saat menuruni anak tangga ia melihat keluarganya sudah berkumpul di tempatnya masing-masing seperti biasanya. Tommy mulai berjalan dengan raut wajah sedikit tidak bersemangat, ia pun duduk di samping Bella, adiknya. Tersenyum manis pada sang adik, yang dibalasnya tak kalah manis dari sang adik.
Bella mengambilkan selembar roti di hadapannya dan meletakkannya di atas piring Tommy sang kakak dan tidak lupa meletakkannya beberapa selai kacang, dan stroberi untuk sang kakak dapat memilih kesukaannya.
Tommy melihat ke arah Bella lalu berkata. "Terimakasih Bella."
"Sama-sama."
Mereka pun mulai memakan sarapannya tanpa ada yang mengeluarkan suara. Tiba-tiba sang papa meletakkan sendok yang dipegangnya di atas piring sehingga menimbulkan suara dentingan yang lumayan keras. Tommy dan Bella mengalihkan pandangannya pada sang papa yang terlihat kesal.
Sang papa pun berdiri hendak meninggalkan tempat itu. Namun, suara Bella menghentikan langkahnya. "Pa..? Kenapa terburu-buru sekali? Bahkan sarapan papa belum habis."
Sang papa membalikkan badannya menatap anak bungsunya sekaligus anak kesayangannya itu. Sang papa pun tersenyum manis pada anak bungsunya itu, sembari mengusap lembut rambut sang anak. "Papa ada urusan penting yang harus papa kerjakan hari ini sayang dan Lagipula papa—.."
Ucapan sang papa terhenti sembari melirik ke arah Tommy yang menatapnya tidak suka. Tommy yang melihat tatapan mata itu hanya menunduk. Pemuda itu tahu bahwa papanya tidak suka ia berada di tempat itu. Lalu sang papa pun kembali menatap Bella. "Papa sudah kenyang. Ya sudah papa berangkat dulu ya, kamu ke sekolahnya hati-hati ya."
Sang papa pun mengecup kening Bella dengan lembut dan beralih mengecup kening sang istri lalu kemudian berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Tommy sendiri bagaimana? Tentunya tidak! Pemuda itu tidak dipedulikan oleh mereka.
Bella menatap sang kakak yang menundukkan kepalanya dengan wajah yang di tengkuk kan ke arah bawah. Bella meraih tangan sang kakak sehingga Tommy pun menatapnya dengan sedikit tersenyum.
Melihat Bella yang memegang tangan sang kakak membuat sang mama yang melihatnya menatapnya tidak suka sehingga ia memutuskan untuk pergi meninggalkan keduanya. Bella melihat ke arah mamanya yang sudah menaiki tangga menuju kamarnya, lalu kembali menatap pemuda di sampingnya.
"Kak ...," panggil Bella pelan.
Tommy pun menoleh. "Hm?"
"Kak Tommy belajarnya yang rajin ya, sebagai wakil ketua OSIS, kakak harus semangat. Tunjukkan kalau kakak bisa," ucap Bella memberikan semangat kepada Tommy.
Tommy yang mendengar itu hanya mengernyitkan dahi. "Kenapa kamu bicara seperti itu tiba-tiba Bel? Kakak yang mendengarnya sedikit geli atas penuturan mu itu."
"Hiyaaaak! Bella sedang memberikan semangat kepada kak Tommy agar kakak semangat di sekolah," balas Bella dengan memukul pelan lengan Tommy.
"Aduh! Sakit dek, iya iya kakak hanya bercanda." ujar Tommy sembari terkekeh karena telah berhasil mengerjai adiknya.
Di sekolah. Lisa terduduk di salah satu kursi yang berada di ruang OSIS. Ia berada di sana lantaran pak Agus menyuruhnya untuk mengantarkan beberapa barang yang di butuhkan oleh OSIS dan akan ada pertemuan kembali tentang masalah dirinya untuk masuk di OSIS tersebut. Jadi pak Agus menyuruhnya untuk menunggu sampai ke tiga laki-laki yang kemarin ditemuinya itu datang.
Di sela-sela menunggunya. Lisa berdiri untuk melihat-lihat yang ada di sekitarnya. Sehingga terdengar suara pintu terbuka menandakan bahwa seseorang telah memasuki ruang itu. Lisa pun menghadap ke arah pintu dan mengernyitkan dahi. "Mencari siapa?"
"Kamu sendiri siapa? Kenapa berada di ruang OSIS ini?" ucap orang tersebut dan mengabaikan pertanyaan Lisa. Lisa pun menghampiri orang itu yang juga merupakan seorang cewek.
"Aku Lisa yang mendaftar sebagai salah satu di OSIS ini," ujar Lisa.
Orang tersebut sempat menyipitkan matanya menatap Lisa. "Apa? Kamu mendaftar di OSIS ini?"
Lisa pun mengangguk. "Iya."
Terlihat perempuan di hadapannya memandang Lisa tak suka. "Ck, apa aku tidak salah dengar?"
Lisa pun dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tentu saja kamu tidak salah dengar," ucapnya sembari melihat ke arah tag nama si gadis itu.
'Shinta? Siapa dia, kenapa aku baru melihatnya? Apakah dia salah satu anggota disini? Tapi tidak mungkin, secara di ruangan ini hanya ada tiga orang dan semuanya cowok' batin Lisa saat melihat tag nama tersebut.
.
.
.
...**Terimakasih atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. ...
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments