"Nak, kita akan berusaha untuk membantu kamu."
Diana merasa senang setidaknya mereka sudah memaafkan Diana. Tetapi dihati Diana masih ada rasa sedikit gelisah, karena tidak tau joko mau menerima kebenaran yang dari dulu dia sembunyikan.
Tak lama kemudian Joko datang berniat untuk menjemput mama dan Nara. Ketika Joko datang ia langsung menuju ke tempat adiknya diperiksa.
" Siang sus. Apa dokter Natan di dalam?."
" iya pak. Ada yang bisa saya bantu?"
" Saya mau ketemu dengannya. Boleh saya masuk?."
" Maaf, tapi didalam sedang ada pasien. Apa bapak sudah buat janji terlebih dahulu?"
"Saya temannya. Nggak perlu janji."
"Maaf pak tapi bapak nggak bisa masuk kalau tidak ada janji."
"Sombong banget tu anak. ok panggilkan doktermu itu!."
Suara Joko sangat keras sehingga membuat Natan dan Nara yang didalam ruangan mendengar perdebatan Joko dan perawat.
" Itu Bukankah suara Joko?"
" Haa.... benar gimana ini aku harus kemana?.(Diana merasa gelisah sambil mondar-mandir)."
" Pakai jas ini dan tutup wajahmu dengan masker." Natan mencoba menenangkan Diana.
krekk.... pintu terbuka dan Joko masuk.
Joko masuk dan melihat adiknya masih diperiksa seorang dokter perempuan yang rapi mengenakan jas dokter serta wajah yang ditutupi masker. Mereka yang ada di dalam ruang merasa sangat gugup. Tapi untungnya Natan bisa mencairkan suasana yang membuat Nara dan Diana tenang.
" maaf dokter saya sudah mencoba memperingatkan tuan ini, tapi dia masih nekat masuk."
" nggak pa pa sus, dia kakak pasien. Kamu silahkan kembali ketempat."
" baik dok."
Natan mempersilahkan Joko masuk dan duduk di kursi. Sejenak suasana hening hingga Joko berbicara.
" Sejak kapan diruang dokter ada dua dokter?". Joko melihat ke arah Diana.
" Dia dokter magang. Makanya gue suruh dia buat praktek biar dia tau gitu brow hehehe....(senyum canggung Natan).
" jadi lho jadiin adik gue kelinci percobaan gitu? gila lu. kalau adik gue kenapa-kenapa gimana? gue tuntut lho." Joko sedikit emosi membuat ruangan sedikit panas.
" bu..bukan gitu. Tadi gue udah periksa terus habis itu dia gue suruh buat cek biar dia juga tau. Jadi nggak asal periksa."
"Joko begitu menyayangi adiknya, sampai ia tak ingin adiknya celaka. Sungguh beruntungnya aku bisa mengenal orang sepertimu Joko."(batin Diana)
" Kalau gitu hei...dokter baru gimana keadaan adik saya?"
Diana bingung ingin menjawab. Karena jika dia menjawab Joko pasti mengenali suaranya.
" ah..... Nara baik-baik saja kok brow. Dia hanya butuh makan-makankan yang bergizi aja."
" Kenapa lu yang jawab. Gue tanya sama dokter itu(menunjuk kearah Diana). "
Diana merubah suaranya.
" Nona Nara hanya butuh tambahan asupan vitamin dan makan makanan yang bergizi supaya sakit nya tidak kambuh lagi."
" Oke. Apa masih ada pemeriksaan lagi?."
" Tidak tuan, sudah selesai dan nona Nara bisa kembali pulang. Saya menyarankan, jangan biarkan pikiran dan beban hidup menjadi berlarut-larut karena bisa menyebabkan stres. Stres bisa memicu kesehatan seseorang menurun dan akhirnya sakit."
" Oke, bisa kami pulang sekarang. " dengan nada datar dan wajah dinginnya.
" Maaf tuan sedikit saran untuk anda tuan. Luangkan waktu beberapa menit setiap hari untuk memastikan bahwa pikiran Anda terpelihara dengan baik dan positif. Bagaimanapun, pikiran yang sehat mengarah pada pandangan hidup yang lebih bahagia dan dengan pandangan hidup yang lebih bahagia, jauh lebih mudah untuk melawan dampak negatif dari masalah dalam hidup.”
"Saya tidak sedang konsultasi dengan anda dokter. Jadi saya tidak butuh saran anda."
" Saya melihat anda banyak pikiran dan mungkin ada masalah jadi saran memberikan sedikit saran. Lupakan masalah yang membebani anda dan cobalah untuk menjalani kehidupanmu yang akan datang tuan."
Joko menunduk sambil berdiri dari duduknya lalu menghadap Diana yang masih memakai masker. Mata mereka bertemu dan saling memandang satu sama lain.
" kehidupan nyata tak semudah teori dokter."
" Dasar dari kebahagiaan adalah kesehatan tuan. Tubuhmu mendengar semua yang dikatakan pikiranmu. Jadi jangan terlalu pikiran semua beban hidupmu. Hilangkan semua beban itu dan sambut...."
Kata-kata Diana terpotong oleh Joko.
"Ketika takaran beban pikiranmu melebihi dari standar hidup. Saat itulah kamu akan tau bahwa semua teorimu itu tidak akan ada gunanya dokter.!"
Diana membeku dan Joko menatap tajam mata Diana. Semua orang yang ada diruang itu menatap Joko dan Diana. Seketika suasana kembali hening, sampai akhirnya mama Ratih memecah keheningan itu.
Mama Ratih mengusap pundak Joko.
" Nak sudah. Kita sudah selesai ayo pulang. Kasian adikmu."
Joko masih menatap netra mata Diana. Joko seketika mengenali mata itu namun Joko ragu, karena perempuan dihadapannya berstatus seorang dokter. Hingga adiknya yang membuyarkan aksi tatap menatap antara Joko dan Diana.
" jangan saling menatap tar cinta lhoo... hehehe..."
Joko langsung mengalihkan pandangannya.
" Dasar bocah, ayo pulang.!"
" bay.... Kaka Natan, bay... dokter cantik. Semoga bisa jadi jodohnya kakak aku yaa.."
Joko memelototi adiknya, sedangkan Diana pipinya memerah karena malu.
Nara, Joko, dan mama Ratih akhirnya pulang. tak butuh waktu lama merek sampai di rumah.
" Kak kapan kakak nikah? aku pengen punya ponakan yang lucu ni." Nara mencoba menggoda kakaknya.
" Iya ni, Joko kapan nikah? mama pengen cepet punya cucu." mamanya ikut menggoda
" mama pengen punya cucu?. Ni (sambil memegang dan mendorong tubuh adiknya) suruh dia kawin dan cepet punya anak."
" Ihh.... kakak aku aja baru lulus SMA. Mau nikah ama sapa ?"
" tu anaknya pak lurah, dia masih jomblo"
" idih.... ogah.... mending kakak tu sama dokter yang tadi juga boleh, cantik lho kak."
Joko menjewer telinga adiknya "pikirin tu sekolah ngerti!"
mama Ratih yang melihat kelakuan kedua anaknya begitu mearasa bahagia.
hari yang dinanti itupun tiba. Nara dan semua keluarganya sibuk menata semua kebutuhan yang dibutuhkan Nara dijakarta.
" Bismillahirrahmanirrahim..... semoga hari ini berjalan lancar dan semoga kak Joko dan kak Diana bisa bersatu kembali Aamin." Nara berdoa didalam hati.
" Ngapain kamu..... "
" Haa..... nggak kok kak. Cuma lagi berdoa aja semoga dilancarkan ketika Nara dijakarta nanti."
" Ohh.... apa berdoamu sudah selesai?."
" huum....(Nara menganggukkan kepalanya)."
" ya udah yukk kakak antar."
Didalam perjalanan Nara dan Mama Ratih saling memandang dan memberikan kode melalui mata mereka. Didalam perjalanan mereka saling diam dan berdoa didalam hati masing-masing, sehingga tercipta suasana hening.
" Sepi amat! pada ngapain dibelakang? nangis yaa? kalau nggak ada yang rela kita kembali kerumah aja. Daripada pada nangis tar."
"Nggak! kita tetap berangkat.!" Mama dan Nara kompak menjawab.
" Wuiihhh.... kompak amat. Pa mesti dikasih piala tu kekompakan mereka. hahaha...."
Papa Pramudya hanya geleng-geleng kepala. Tidak lama kemudian mereka sampai di bandara. Tak jauh dari tempat parkir Joko sudah terparkir mobil Diana bersama Natan. Natan sengaja ikut dengan mobil Diana, karena tak ingin ketahuan Joko. Semua mobil yang dimiliki Natan sudah dikenali joko. Merekapun masuk ke dalam bandara.
" Ayo kakak antar chek in dulu."
" iya kak. Mama disini dulu ya sama papa."
" Iya sayang.."
Dari kejauhan terlihat Diana dan Natan datang menghampiri. Mama sebelumnya sudah menjelaskan sama papanya, dan papa Pramudya juga mencoba untuk mempercayainya.
" Apa mama yakin akan melakukannya?"
" Iya pa. semoga saja dengan ini Joko bisa kembali seperti dulu lagi. mama ingin melihat anak mama bahagia pa."
" Assalamualaikum Tante Om. Om saya....."
" Waalaikumsalam.." mereka kompak menjawab salam.
" Mama sudah menjelaskan semuanya. Saya mencoba percaya, semoga kalian bisa bersatu lagi. Papa hanya ingin Joko bahagia."
" Bismillah semoga Joko mau memaafkan saya om"
Joko dan Nara kembali kearah mama dan papanya. Nara melihat Natan dan Diana sudah duduk di kursi yang direncanakan. Nara ijin ke Joko untuk ketoilet.
" Kak aku ke toilet dulu ya kebelet ni..." Nara pergi meninggalkan kakaknya sambil mengacungkan jempol ke arah Diana.
Diana datang dari arah berlawanan dengan Joko. Joko tak mengenali karena Diana sengaja memakai masker dan topi. Saat mereka berpapasan dengan sengaja Diana menabrak Joko.
bruukkk......
" Maaf nona."Joko menangkap tubuh Diana dan seketika itu mereka saling memandang.
Joko melihat netra mata yang ia kenali. Joko mencoba untuk menghilangkan perasaan dihatinya dan ketika Joko melepas tangan dari tubuh Diana. Diana membuka masker dan topinya.
Joko membelalakkan matanya melihat gadis yang dihadapannya adalah Diana. Mereka saling memandang satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments