". Haa... adiknya.???"
" humm .... (Natan menganggukkan kepalanya). Apa kamu nggak aku kalau Joko punya sodara?"
" Joko pernah cerita dia punya adik itu aja. Joko nggak pernah cerita lebih tentang adiknya. Dan selama itu aku juga nggak pernah ketemu sama dia. Tiap kali aku kerumah Joko adiknya selalu pergi."
" Waahh.... sayang sekali. Andai saja lu waktu itu kenal Nara, Udah pasti dia bakal bantu kakaknya buat satuin kalian."
" Mungkin aku dan Joko tidak berjodoh. Tapi semua sudah terlambat. pasti Joko sangat membenciku mungkin dia nggak akan pernah mau bertemu denganku."
" Kalian harus ketemu dan jelaskan semuanya. Gue yakin Joko pasti memaafkan lu."
" Entahlah, aku merasa tak punya keberanian untuk menemuinya. Aku sudah terlalu membuatnya kecewa dan sakit hati."
" Aku akan coba bantu. Ahh.... Nara iya kuncinya pada Nara. Joko akan selalu menuruti apa yang diminta Nara."
" Nara! Apa dia bakalan mau bantu aku. Aku belum pernah bertemu dengannya. Apa mungkin dia mau? kayaknya nggak."
" Asal kamu tau, Nara itu punya hati yang baik dan lembut. Ah... gue bakal atur pertemuan kalian nanti. Oya gue lupa siang ini Nara pulang. Sebelum dia pulang aku akan mencoba bicara dengan dia."
" benarkah.... (Diana merasa dia memiliki sedikit harapan untuk bisa bersatu dengan Joko) hikshikshiks.... aku nggak tau harus berkata apa sama kamu.( tiba-tiba air mata Diana menetes dipipinya).
" Dahlah... jangan nangis. Tar gue dikirain ngapa-ngapain lu lagi. bisa hilang Image dokter baik gue deh. Udah udah berhenti nangisnya.
Diana tersenyum dan menghapus air matanya.
" Dokter baik apa dokter playboy" Diana kembali tersenyum.
" hehehe.... sekarang gue nggak kaya dulu lagi kok. Sekarang dihati gue udah ada satu gadis yang selalu buat hatiku berdebar-debar saat membayangkan wajahnya. Cek.... Aisa..... haa.... dia sangat manis.(sejenak Natan melamun)."
" hemm.... cieee..... Siapa gadis beruntung itu?."
" ahhh....belum saatnya. Nanti kalau memang dia jodoh yang dikirim tuhan untuk gue. gue bakal umumim kesemua orang. Tuhan jodohkan dia untukku. Aaminn...."
" Aaminn....."
" Astaga udah jam 11. Semoga saja dia belum pulang. Diana gue tinggal dulu sebelum Nara pulang. bay...."
" huum.... Natan.!'
Seketika Natan berbalik arah.
" sekali lagi makasih ya"
Natan hanya melambaikan tangannya.
" Semoga belum pulang. Jangan pergi dulu jangan pergi dulu oh bidadariku tunggu aku. Aku harus bertemu dengannya demi Diana ehh.... demi diriku sendiri juga. Bidadari tunggulah kedatanganku." Natan berlari kencang menuju kamar Nara dirawat.
Sesampainya didepan kamar Nara.
"Alhamdulilah.... mereka masih disini"
tok tok tok....
" Permisi selamat siang Tante, selamat siang Nara. Waahh... sepertinya sudah siap pulang ya..."
" Iya ni Kak tinggal nungguin kak Joko aja lagi dibagian administrasi."
" Oh iyaa. Ini infusnya belum dilepas yaa. Saya akan bantu buat lepas. sebentar saya ambilkan alatnya."
Natan keluar ingin menuju ruang perawatan. Ketika sampai didepan pintu Natan bertemu perawat dan ia sengaja meminta brangker alat-alat medis.
" Desi kebetulan lewat. Saya minta sebentar yaa... penting ni. Biar saya saja yang bawa."
" Tapi dok ini kan tugas saya. Dan ini juga untuk kamar sebelah."
" Kalau gitu plester sama gunting aja. Makasih Desi. Nggak pa pa saya ada perlu dengan pasien."
" Lho kak cepet banget baliknya."
" hee.... kebetulan ada perawat datang saya minta sayang ini."
" Nak Natan Tante tinggal sebentar yaa mau bawain ini ke mobil biar nanti waktu pulang bawaannya ringan."
" Kesempatan gue buat ngomong sama Nara.(batin Natan). Iya Tante saya jagain dulu anak Tante yang cantik ini."
Mama Nara dan simbok tersenyum menggoda. Lalu mereka meninggalkan Nara dan Natan.
" Nara aku maj tanya. Apa kamu ingin Joko bahagia seperti dulu?.'
" Kenapa kakak bicara seperti itu. Tentu saja aku mau. Memangnya kenapa?."
Lalu Natan menceritakan segalanya tentang Diana. Dan mengatakan rencananya untuk membantu Joko dengan kerjasama bareng Nara.
" Benarkah kak. Jadi kak Joko dan kak Diana masih bisa bersatu lagi. sungguh aku ingin melihat kak Joko bahagia seperti dulu lagi."
". Benar Nara. Makanya kita harus kerjasama untuk kebahagiaan mereka. Kita buat mereka bersatu seperti dulu lagi."
" Oke kak. Kapan rencana itu kita jalankan?"
" Tunggu sampai kamu pulih total dulu oke.'
" Tapi sebelumnya aku ingin bertemu dengan kak Diana."
" Hari ketika kamu kembali chek up ke sini saat itu aku bakalan ketemuin kamu dengan Diana. Tapi rencana kita ini rahasia kita oke, jangan ada yang tau dulu oke."
" oke kak."
" maaf nak Natan Tante terlalu lama ya."
" Nggak pa pa Tante. Saya juga nggak ada jadwal kok. ("makin lama makin seneng Tante karna gue bisa makin puas mandangin Nara" batin Natan)."
"Ehhh..... Pak dokter lagi. Makin sering lu nongolnya. Makan gaji buta yaa pak dokter." Joko datang dan langsung menyindir Natan.
"Ah... bisa aja lu brow. Nggak pa pa kan mumpung ada keluarga di sini. Kan kesempatan buat kumpul hehe... iya kan Tante."
"Iya Joko. Mama kan jarang-jarang ketemu dengan Natan sekarang. Dia terlalu sibuk."
" Mulai sekarang kita akan sering ketemu lagi Tante . terutama gue sama Nara hihihi....(batin Natan)."
Joko melihat Natan tersenyum membuatnya Joko menatap Natan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
" Joko apa sudah selesai administrasinya?."
"Udah ma. Sekarang kita bisa pulang. Ehh.... dokter gadungan infus adik gue udah dilepas kan?"
"Dokter beneran kali PUNYA IJASAH....udah dong, dokter Natan sendiri yang melepasnya." Natan dengan bangga sambil menepuk dadanya sendiri.
" Ya udah ngapain masih disini. Sono pergi!."
"Suuttt.... Joko nggak boleh kaya gitu. Nanti kalau di denger perawat gimana. Dikira kita nggak bisa sopan.''
" haisss.... belain aja terus..,(Joko sambil mengambil tas isi pakaian Nara."
Ketika mama Nara membantu Nara turun ranjang, seketika Natan juga membantu Nara memegang tangan Nara. Hal itu membuat Joko sedikit kesal dan menarik tangan Natan, serta melemparkan tas isi pakaian ke tangan Natan.
" Eh eh eh.... srett...(tangan Natan ditarik Joko). Niiiii bawain tas aja. Adik gue biar gue yang bantuin. heee...(Joko tersenyum lebar)."
Natan memanyunkan bibirnya. " sialan lu. Kalau nggak karena kakaknya Nara udah gue cekek lu(batin Natan). hmmm....(Natan geram sambil meremas tas yang dibawanya)."
" Ehhh.... mas Natan kok yang bawa tasnya. Siniin biar simbok yang bawain. Apa kata orang nanti kalau dokter bawain tas pasiennya.'
" Nggak pa pa mbok. Sekalian antar Nara di mobil."
Sesampainya di mobil Natan dan Nara berpisah. Sebelum pergi Nara memegang tangan Natan untuk berterima kasih.
" Kak Natan. Makasih yaa... sering-sering main kak kerumah yaa... Nara tunggu."
Joko berdehem dan sengaja membunyikan klakson mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments