Part 19

Fanny Blair memegang d*a*d*a*n*y*a. Debaran jantung nya masih kencang. Mengapa tidak berhenti juga? Apa selama nya akan begini? Fanny tidak tahu jika efek dari sebuah ciuman akan seperti ini. Miranda atau senior-senior nya tidak pernah memperingatkan nya bahwa ia harus waspada pada sebuah cumbuan. Ini tidak baik. la sebaik nya melakukan sesuatu untuk mengalih kan perhatian.

Mungkin minuman dingin bisa meredakan debaran ini, terutama panas yang masih menjalar di pipi nya. Fanny lekas pergi mencari dapur. Untuk menemukan nya membutuhkan waktu lama. Banyak sekali ruangan di rumah itu. Fanny mengambil sebotol air mineral dari lemari pendingin lalu meneguk nya.

Astaga, baru beberapa menit berada di rumah ini, ia sudah kewalahan. Jika terus seperti ini, bagaimana ia bisa melaksanakan tugas nya dengan baik? Berdekatan dengan Cam saja sudah membuat jantung nya berdebar kencang. Entah apa yang terjadi saat Cam bertindak lebih jauh dari itu.

Fanny baru menyadari rumah ini benar-benar sepi. la tidak mendengar suara orang. Ia sendirian di sana. Bukankah biasa nya rumah seluas ini memiliki banyak asisten rumah tangga? la memutuskan berkeliling rumah sekaligus mencari Cam. la harus mengenali rumah baru nya. Sejauh pengamatan nya, rumah itu nyaman dan di rancang untuk keluarga besar. Namun, aneh nya, Cam tidak merasakan kehangatan, seakan sudah lama rumah ini tidak ditinggali.

Apa Cam benar-benar tinggal sendiri di rumah ini? Apa dia tidak memiliki orang tua atau saudara untuk tinggal bersama nya? Di dinding tidak ada satu pun foto Cam atau keluarga nya. Hanya lukisan dan hiasan dinding. Fanny juga penasaran usia Cam saat ini dan mengapa pria itu memutuskan hidup sendiri. Fanny ingin mengetahui segala hal tentang Cam.

"Whoaa..., ada kolam renang di dalam rumah!" Fanny tidak mengira Cam memiliki kolam renang di rumah nya.

Tanpa berpikir panjang, Fanny menggeser pintu kaca yang memisahkan lorong dengan ruang kolam renang itu, lalu berlari ke sisi kolam. Air nya terasa dingin dan segar. Fanny sangat suka berenang. Saat ini, ia ingin melompat ke air, lalu berenang paling tidak satu putaran. Namun, ia tidak yakin apakah Cam membiarkan nya berenang tanpa izin. Ia akan menanyakan nya nanti. Sekarang, ia harus pergi dari sini agar tidak tergoda untuk menceburkan diri ke dalam kolam.

***

Kau sudah memiliki kekasih bayaran sekarang. Lalu apa?

Cam mengempaskan berkas yang sedang di periksa nya ke atas meja. la memutuskan menyudahi pekerjaan nya, lalu menyandarkan punggung nya ke sandaran kursi. Ia mendesah. la sekarang sedang melarikan diri. la tengah berusaha mengenyahkan emosi aneh yang menggelayuti hati nya setelah mencium Fanny. Setelah berjam-jam mencoba, Cam sadar ia tidak bisa. Akibat nya, ia tidak bisa berkonsentrasi dengan tumpukan dokumen yang harus di periksa nya.

Sebenar nya, dorongan apa yang membuat nya tiba-tiba mencium Fanny? Cam pasti sudah mengejutkan gadis itu. Lalu, bukan nya memberi penjelasan, ia malah kabur meninggal kan Fanny begitu saja. Fanny mungkin akan menganggap nya pria berhati dingin.

Cam melihat langit di luar sana sudah gelap. Lebih baik sekarang ia menemui Fanny. la sudah meninggalkan Fanny terlalu lama, Gadis itu pasti kebingungan di rumah ini karena Cam pergi tanpa penjelasan apa-apa.

Apa yang sedang Fanny lakukan sekarang? Melirik jam, sudah tiba saat nya makan malam. Cam jarang makan malam di rumah. Karena itu asisten rumah tangga nya tidak pernah ada di rumah selepas matahari terbenam. Apa sebaik nya ia menelepon restoran langganan nya dan memesan makanan untuk di antar ke mari? Cam keluar ruang kerja nya lalu mencari Fanny.

"Fanny ...." Cam tak melanjutkan perkataan nya, perhatian nya teralih oleh bau harum makanan yang sedang di masak. Siapa yang memasak? Bukankah semua pembantu nya sudah pulang? Apa mungkin Fanny? Cam segera ke dapur.

Dugaan nya tepat. la melihat Fanny berkeliaran di dapur dengan apron dan spatula. Panci sup tampak mengepul kan asap di atas kompor dan sesuatu mendesis di atas wajan di tungku sebelah nya. Bau harum itu berasal dari sana. Cam membelalak takjub. Biasa nya, ia selalu melihat dapur nya dalam keadaan bersih dan rapi. Sudah lama ia tidak melihat dapur begitu berantakan dan hidup. Fiona tidak terlalu pandai memasak sehingga selalu mengandalkan pembantu untuk menyiapkan makanan. la tidak mengira Fanny bisa memasak.

Fanny Blair menyadari keberadaan nya. Gadis itu berhenti mengaduk sup dan menatap tepat ke arah nya yang berdiri di ambang pintu.

"Maaf, aku mengacak-acak dapur mu tanpa izin. Aku lapar dan melihat banyak sekali bahan makanan di kulkas. Karena itu, kupikir sekalian saja aku menyiapkan makan malam untuk kita," jelas Fanny disertai senyum.

Melihat Cam terdiam dengan ekspresi tak terbaca, Fanny cepat-cepat menambahkan. "Jika kau keberatan, aku tidak akan mengulangi nya lagi. Aku janji ini akan menjadi kali terakhir aku memasak di dapur mu."

Cam merasa bersalah telah membuat Fanny ketakutan. la harus mengatakan sesuatu sebelum Fanny salah paham. "Tidak masalah. Aku hanya tidak biasa melihat orang memasak di dapur ini.

"Bahkan pembantu?"

Cam menggeleng.

"Kalau begitu kau bisa menunggu di ruang makan. Tak lama lagi masakan siap di hidangkan."

Tidak tahu apa yang harus di katakan, Cam menuruti kata kata Fanny, la sengaja mengambil posisi duduk yang menghadap ke dapur agar tetap bisa memerhatikan Fanny. Di lihat dari gerak gerik nya yang santai dan luwes, Fanny pasti sudah terbiasa memasak. Cam merasakan hati nya menghangat untuk alasan yang tidak di mengerti nya. Siapa sangka memerhati kan gadis itu memasak terasa begitu menyenangkan?

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!