Fanny Blair bersyukur kejadian di bar lalu tidak membuat Madame Jasmine murka sampai memberi sanksi berat kepada nya atau pun Camilla. Fanny hanya di beri peringatan untuk tidak ikut campur, sementara Camilla tidak di izinkan keluar melayani klien. Sanksi ringan tetap tidak membuat Fanny terhindar dari kebencian gadis itu. Fanny sadar, ia di musuhi saat Camilla mulai menghindari nya dan menolak bicara dengan nya. Fanny memang tidak mengharapkan pertemanan dengan gadis itu, tetapi ia juga tidak ingin dibenci. Rasa nya melelahkan di perlakukan dingin oleh orang di sekitar nya.
"Fanny, Madame memanggil mu agar ke kantor nya sekarang juga." Seseorang berkata di ambang pintu ruang baca. Fanny menutup novel yang sedang dibaca nya, lalu mengembalikan nya ke rak.
Mengapa Madame memanggil ku? Fanny penasaran sekali. Apa ia harus mempelajari keterampilan baru lagi seperti sebelum nya? Sejauh ini, Fanny sudah diminta mempelajari manajemen bisnis, otomotif, memasak, memainkan alat musik, hingga berbahasa Mandarin, Jepang, dan Prancis. Fanny bingung mengapa ia harus mempelajari nya, sementara yang ia tahu pekerjaan seorang Comfort Women hanya melayani klien. Salah satu senior nya pernah berkata bahwa mungkin saja Madame Jasmine menyuruh nya mempelajari semua itu karena permintaan khusus klien yang akan membeli jasa nya kelak.
Huh, membeli? Jadi, diri ku di samakan dengan sebuah barang? Fanny selalu kesal saat mengingat nya. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah fakta bahwa ia berada di sana memang untuk dibeli.
"Ah, Fanny anak ku, duduklah," ucap Madame Jasmine tenang ketika Fanny memasuki kantor. Fanny menunduk kan kepala sejenak lalu duduk.
"Ada perlu apa memanggil ku kemari, Madame?" Fanny yakin apa yang akan di sampaikan wanita itu sangat penting. Sebab, jika tidak, ia tidak akan dipanggil kemari, ia akan menyuruh orang lain menyampaikan pesan itu.
"Sudah saat nya bagimu untuk debut."
Pernyataan itu membuat jantung Fanny seperti dihantam dengan keras. Inilah saat yang paling ditakuti nya. "Debut," ulang Fanny gamang, terlalu kaget. Bagi seorang Comfort Women, debut berarti melayani klien, dan ia belum siap. Madame Jasmine mengabaikan wajah Fanny yang memucat.
"Seorang klien yang sudah menandai mu sejak lama, akhir nya meminta mu."
Fanny tercekat. Tangan nya mendadak gemetaran. Jadi, memang benar, selama ini ia disiapkan untuk melayani seorang klien karena permintaan khusus klien tersebut. Fanny ingin menolak dan kabur-jika ia bisa. Namun, bibir nya justru berkhianat. Ini adalah tugas nya sejak ia diserahkan oleh ayah nya di sini.
"Baik, aku mengerti." Suara nya bahkan tenang, berlawanan dengan batin nya yang berantakan bagai diterjang angin ****** beliung. "Siapa dia, Madame?" Fanny heran bagaimana ia masih bisa sok tenang.
"Kau bisa memanggil nya Tuan Scott. Aku dilarang memberitahu mu nama lengkap nya sampai kalian bertemu langsung. Tuan Scott seorang pengusaha kaya. Usia nya kau akan tahu saat bertemu dengan nya. Itu saja yang perlu kau tahu."
Jadi, Fanny hanya boleh tahu nama nya? Mengapa Tuan Scott ingin terlihat misterius? Apa dia takut Fanny menyelidiki lebih jauh tentang nya? Ah, Fanny tahu, tentu Tuan Scott menolak nama lengkap nya disebutkan karena dia tidak ingin orang luar tahu rencana nya menyewa jasa seorang Comfort Women, apalagi keluarga atau istri nya. Setelah memahami nya, Fanny tersenyum tipis.
"Apa ada yang lain?"
"Tuan Scott mengajak mu makan siang hari Minggu ini. Tempat dan jam nya akan di beritahu lagi nanti." Madame Jasmine kemudian memberi nya senyuman manis. "Sebagai permulaan, Tuan Scott memberi mu beberapa hadiah kecil."
Arah pandang Fanny berputar menuju tempat yang ditunjuk Madame Jasmine. Fanny memang sudah bertanya-tanya mengapa ada beberapa tumpuk kotak hadiah di atas meja. Rupa nya, semua itu hadiah kecil pemberian Tuan Scott untuk nya. Kecil apa nya? Fanny melihat beberapa kotak itu berukuran besar.
"Semua itu untuk ku?" Kedua mata Fanny menatap lekat kotak-kotak itu.
"Tentu saja, Sayang. Tuan Scott seperti nya sangat menyukai mu. Sejak pertama kali dia melihat foto mu, dia langsung memilih mu. Tuan Scott bahkan rela membayar mahal untuk mendapatkan mu. Dia tidak mau kau diberikan pada orang lain sebelum diri nya. Karena itu, layanilah dia dengan sepenuh hati. Aku yakin Tuan Scott akan sangat memanjakan mu."
Ekspresi Madame Jasmine di penuhi kebanggaan saat mengucapkan nya, sementara Fanny merasa hati nya di remas. Jadi, ia akan menjadi seorang Comfort Women seumur hidup nya? Sungguh kehidupan yang menyenangkan. Fanny mencemooh diri nya sendiri. Tapi di hadapan Madame, Fanny tersenyum palsu.
"Baik, aku mengerti."
"Nah, untuk sekarang hanya itu saja. Kau boleh pergi."
Fanny tidak tahu bagaimana menyikapi pemberitahuan Madame Jasmine tadi. Apakah ia harus senang karena akan menjadi wanita simpanan seorang pengusaha kaya raya ataukah sedih karena harus menyerahkan milik nya yang paling berharga pada pria yang bahkan nama lengkap nya saja ia tidak tahu?
Satu hal yang pasti, jika ia bisa memilih, ia ingin melarikan diri saat ini.
***
Tidak, tidak, tidak!
Cam ingin meneriak kan kata itu di depan wajah bibi nya ketika lagi-lagi wanita itu menyodorkan foto seorang gadis ke hadapan nya. Bibi Bell (Jovanka) belum menyerah. Begitu tahu kencan buta Cam dengan Catherina Davis tidak berjalan lancar, Bibi Bell kembali menawari nya kencan buta yang lain. Bahkan, dia mau repot-repot menemui nya langsung di kantor untuk menawarkan kencan itu.
"Nama nya Paula Carter, putri bungsu Direktur Carter dari Carter Construction. Dia baru menyelesaikan pendidikan di Universitas Kyoto. Dia seorang arsitek."
"Sudah jelas sekali dia pintar dan muda," jawab Cam sekenab nya.
"Betul! Dan, Paula gadis manis." Melihat Cam masih tidak berminat, Bibi Bell menambahkan, "Paling tidak, coba kau lihat foto nya."
Hanya untuk menyenangkan bibi nya, Cam mengambil foto itu. la tidak benar-benar mengamati sosok Paula Carter, hanya melihatnya sekilas.
"Aunty benar, dia memang cantik."
"Nah, kalau kau berpikir begitu," Bibi Bell menepuk tangan nya, "Temui dia akhir Minggu ini. Aku sudah mengaturkan pertemuan kalian."
Tidak lagi! Azri menahan diri agar tidak memutar bola mata. la ingin menolak, tetapi tidak ingin membuat bibi nya sedih apalagi khawatir. la tidak mau membebani siapa pun. Karena itu. Kali ini Cam mengangguk. la akan mengikuti permainan kecil bibi nya hingga bosan dan menyerah karena tak kunjung berhasil menemukan pendamping untuk nya. Dan, memang tidak akan berhasil. la masih belum bisa mengenyahkan Fiona dari hati nya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments