"Anda harus melepas kaca mata, Tuan. Atau, para wanita itu akan terus menatap Anda dengan pandangan aneh."
Cam tersenyum kecil mendengar nasehat Edward, tetapi tidak berniat menuruti. Ia terus melenggang memasuki lobi hotel ternama itu. Setelah berkali-kali menghadiri pertemuan dengan gaya seperti sekarang, Cam mulai terbiasa. Kali ini, ia memakai kaca mata bukan untuk mengikuti kencan buta. la hendak menghadiri acara makan malam Austin dan dua teman wanita pria itu.
Austin ingin mengenalkan teman kencan baru nya dan teman dari wanita nya itu. Oleh karena itu, ia mengundang Cam untuk menemani nya. Cam mengajak Edward karena ia tidak mau makan malam kali ini menjadi semacam kencan ganda. Bagai mana pun, Cam bisa membaca niat terselubung teman nya itu. Austin pasti ingin menjodohkan nya. Cam curiga, Bibi Bell mulai meminta bantuan pada Austin agar mencarikan pasangan untuk nya. Austin tidak mungkin mau jika tidak dimintai tolong. Atau mungkin, Cam saja yang berpikir berlebihan. Ia tidak boleh mencurigai Austin atau menduga sesuatu yang belum terbukti kebenaran nya.
"Tak perlu mengkhawatirkan ku, Ed. Aku cukup nyaman dengan penampilan ku sekarang. Sebaik nya kau mempersiapkan diri karena akan berkenalan dengan gadis cantik." Cam berkata dengan tenang.
Mereka tiba di restoran. Seorang pelayan langsung mengantarkan mereka begitu Cam menyebutkan nama nya. Austin yang sudah tiba lebih dulu langsung melambaikan tangan saat melihat Cam. Edward semakin terlihat gugup melihat dua wanita yang duduk mengelilingi meja bersama Austin.
Cam memberi salam sambil memperkenalkan diri nya serta Edward pada dua wanita itu. Mereka pun melakukan hal yang sama. la langsung mengenali jenis tatapan meremehkan yang di perlihatkan dua wanita itu saat bertemu pandang dengan nya, walau pun berusaha di samarkan dengan senyuman manis.
Bagus sekali. Jangan tertarik pada ku, batin Cam penuh kemenangan. "Jangan menilai dari penampilan nya. Sebenar nya teman ku ini sangat tampan dan hebat. Dia..."
"Apa kau sudah lama menunggu?" Cam sengaja memotong sebelum Austin membeberkan jati diri nya. Ia tidak mau wanita ini tahu bahwa ia seorang CEO. Mereka pasti akan langsung mencoba menarik perhatian nya.
Cam muak dengan sikap seperti itu. Sejak kematian Fiona, ratusan wanita yang berusaha merayu nya dengan sikap sok baik. Mereka berharap bisa menggantikan posisi Fiona menjadi istri pengusaha kaya. Cam tidak akan tertipu, la tidak akan membiarkan dimanfaatkan. Lagi pula, ia sudah memutuskan tidak menikah lagi karena tidak akan ada wanita yang bisa menggantikan kedudukan Fiona di hati nya. Cam tidak mau lagi jatuh cinta.
Makan malam sudah di sajikan, obrolan pun mengalir dengan lancar, tetapi Cam merasa suasana hat inya memburuk. la tiba tiba saja menyesali keputusan nya datang ke acara makan malam ini. Seharus nya ia di rumah saja.
"Kalau begitu aku permisi sebentar." Cam bangkit menuju toilet. Cam perlu menenangkan diri. la mulai merasa lelah dengan rencana bibi nya untuk mendapatkan kekasih. Cam tidak menginginkan nya. Untuk apa mencintai seseorang jika akhir nya akan kehilangan nya? la terlalu sibuk melamun hingga tidak memerhatikan pelayan yang kerepotan membawa nampan berisi gelas minuman. Alhasil, tabrakan pun terjadi. Pelayan itu menjatuhkan nampan yang di bawa nya. Suara gelas-gelas pecah memenuhi ruangan.
Ketika tersadar dari lamunan nya, ia langsung meminta maaf sambil membantu membenahi pecahan gelas. Kejadian itu menarik perhatian beberapa orang pengunjung restoran. Mereka melihat nya kesulitan, tetapi tidak ada satu pun yang membantu. Mereka malah menonton dan sibuk bergunjing. "Apa Anda membutuhkan bantuan?"
Gerakan tangan Cam berhenti. Ia mengangkat wajah dan langsung berhadapan dengan gadis bergaun putih yang sedang berjongkok membantu nya membereskan pecahan gelas. Cam tercekat, tak menyangka gadis yang dipikirkan nya beberapa hari ini muncul. Namun, mengapa lagi-lagi Fanny Blair mendapati nya dalam keadaan memalukan?
***
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments